Sabtu, 23 Juni 2012

BIARLAH KAKIKU YANG SATU DIPOTONG

BIARLAH KAKIKU YANG SATU DIPOTONG
(Perjumpaan-Perjumpaan dalam Perjalanan yang Meneguhkan)

Minggu, 29 April 2012, saya mengadakan perjalanan dari Bitung – sebuah
kota pelabuhan – menuju Lotta – Pineleng. Tentu saja, perjalanan ini
melewati tempat-tempat yang bersejarah. Pertama-tama saya mampir di Maumbi,
10 kilometer arah timur Manado. Di sana pula saya sempat melihat monumen
Maria Walanda Maramis (1872 – 1924), "pendidik kaum perempuan" dan hingga
detik ini "spirit emansipasi"-nya masih sangat kentara.

Setelah beberapa menit, saya melanjutkan perjalanan dan kebetulan diminta
singgah untuk makan siang di Citra Land. Rumah sahabatku itu sekitar patung
Yesus yang sedang memberkati kota Manado. Monumen Yesus yang dibangun
Ciputra ini memiliki tinggi 30 meter dan penopangnya 20 meter. Sungguh
indah memang! Saya masuk ke pekarangan rumahnya dan melihat di sana ada gua
Maria (ciri khas orang Katolik). Tetapi sangat disayangkan bahwa bunda
Maria yang cantik sudah terpolesi dengan lumut. Bahkan kedua mata sang
Bunda itu sudah tidak terlihat. Kemudian, sambil bergurau saya berkata,
"Hai! sahabat, alangkah baiknya jika kalian meningkirkan lumut-lumut itu
dari wajah sang Bunda, sehingga tidak kelihatan buta. Tapi ternyata jawaban
sang tuan rumah di luar dugaanku. Katanya, "Biarlah Bunda Maria ini "buta"
supaya ia tidak melihat kelakuanku yang buruk dan tidak terpuji itu, namun
senantiasa mendengarkan permohonan-permohonanku. Sebelum saya menanggapi
jawabannya itu, tuan rumah langsung mengajakku makan siang. Di sana ada
pelbagai masakan yang menggiurkan: ular patola, tikus ekor putih dan paniki
serta babi kecap tentunya. Kami menyantap makanan yang pedas-pedas sampai
lupa perbincangan tadi tentang Bunda Maria.

Setelah pamit, saya mengadakan perjalan ke arah Lota – Pineleng. Dalam
perjalanan ini, saya sempat nonton vcd – maklum deh, mobilnya ada
vcd-player-nya – dengan judul "The Iron Lady – Never Compromise" yang
dibintangi Meryl Streep (peraih golden globe winner sebagai best actress).
Namun pikiranku bukan di Margareth Thatcher, yang senantiasa memakai topi
itu, melainkan pada kata-kata, "biarlah Bunda Maria tetap buta." Tidak
saya sadari, pikiranku menerawang jauh di masa lampau ketika bertugas di
sebuah paroki di Keuskupan Purwokerto. Pada waktu itu, masa Prapaskah yakni
masa untuk pengakuan dosa. Salah seorang dewan datang kepada saya dan
berkata, "Romo, ini ada usul dari salah satu domba. Kalau bisa untuk romo
tamu yang membantu pengakuan dosa di paroki kita, dicarikan romo tua sekali
yang kami tidak dikenal dan hampir tuli!" Kemudian saya berkata, "Karena
apa?" Jawab bapak dewan ini, "Romo ini koq seperti kura-kura dalam perahu!"

Lamunanku buyar seketika, ketika driver berkata, "Bos, sudah sampai nih! Di
Wisma Lorenzo – Lotta" Di sana saya diminta mendampingi Rekoleksi singkat
dari Wilayah Rohani St. Katarina dari Siena (1347 – 1380), sebuah paroki di
bilangan Manado. Banyak keutamaan yang dimiliki oleh orang kudus ini. Salah
satunya, St. Katarina adalah seorang pribadi yang tulus dan tentunya
bukanlah orang yang suka iri hati.

Kemudian ada seorang peserta yang membagikan pengalamannya yang sangat
indah. Ia mulai berkisah. Ada dua orang ibu yang rumahnya berhadap-hadapan.
Mereka berdua itu bersaing tidak sehat dan saling iri hati. Jika warung yang
satu ada pembeli, ibu ini mulai membuat "gerakan tambahan" bahwa
warungnyalah yang paling laris. Ini juga yang membuat mereka berdua saling
dengki dan benci.

Suatu malam, ibu yang satu bermimpi berjumpa dengan Yesus. Dan Yesus
berkata, "Ibu, saya hendak memberikan sesuatu kepadamu. Namun ibu pemilik
warung di depanmu juga akan saya beri. Jika ibu mendapat laba Rp.
1.000.000,- sehari, maka ibu di depanmu itu akan mendapatkan laba Rp.
2.000.000,- sehari. Jika ibu saya beri dua mobil, maka ibu tetanggamu itu
akan saya beri empat mobil. Jika putra mu lulus S1, maka tetangga ibu akan
lulus S2. Bagaimana ibu, apa permintaanmu ?"

Ibu itu diam sejenak berpikir dan bermenung. Kemudian setelah itu, ia
berkata, "Tuhan Yesus, biarlah kakiku yang satu dipotong, supaya orang di
depanku itu kakinya dipotong dua-duanya!"

Kemudian saya nyeletuk, "Luar biasa yah kekuatan iri hati itu, sampai-sampai
mau menderita, asal orang lain lebih menderita" (30 April 2012).


Markus Marlon msc
Skolastikat MSC,
"Biara Hati Kudus"
Jl. Raya Pineleng KM. 9 PINELENG
Jaga IV – Kecamatan Pineleng
MANADO – 95361

Tidak ada komentar: