(Sebuah Percikan Permenungan)
Penyair Amerika – Douglas Malloch (1877 – 1938) menulis puisi:
Bila Anda tidak bisa jadi pohon cemara di atas bukit
Jadilah belukar di lembah – tetapi harap jadilah belukar indah di pinggir
parit;
Jadilah perdu, bila Anda tak bisa jadi pohon.
Bila Anda tidak bisa jadi perdu, jadilah rumput, dan buatlah jalan-jalan
jadi semarak;
Bila anda tidak bisa jadi gurami, jadilah teri – tetapi teri yang paling
indah di tambak!
Kita tidak semuanya bisa jadi komandan, harus ada yang jadi pasukan, semua
ada kepentingannya masing-masing.
Ada pekerjaan besar ada pekerjaan kecil, semua harus dilakukan.
Dan tugas yang harus kita kerjakan ialah yang terdekat dengan kita.
Bila Anda tidak bisa jadi jalan besar, jadilah pematang.
Bila Anda tidak bisa jadi matahari, jadilah bintang.
Bukan besarnya yang mengukur Anda kalah atau menang – yang penting jadilah
wajar dan matang!
(Dale Carnegie (1888 – 1955), penulis yang lahir di Missouri dalam Petunjuk
Hidup Tentram dan Bahagia.)
Merenungkan puisi tersebut di atas, saya menjadi ingat akan para penulis dan
motivator yang menekankan makna menjadi yang terbaik. Mereka sering
menuliskan kisah tentang Rajawali, "Jangan terbang seperti ayam, kalau
engkau mampu terbang tinggi seperti seekor rajawali." Kisah ini dapat di
baca pada: Antony de Melo – lahir di Bombay (19319 – 1987) dalam Burung
Berkicau, Napoleon Hill – lahir di Virgina (1883 – 1970) dalam Benih-Benih
Ajaib Kesuksesan. Andre Wongso dalam 15 Wisdom and Success Classical
Motivation Stories. Tapi sebenarnya kisah-kisah seperti ini sudah terlebih
dahulu diceriterakan oleh Aesop – penulis fabel dari Yunani Kuno (620 – 560
seb. M) dalam bukunya yang berjudul Fabel Aesop. Inti dari ungkapan itu
adalah supaya kita menggunakan kemampuan kita secara optimal untuk
mengemban cita-cita. Pepatah Latin yang berbunyi, "Hodie melius quam heri,
cras melius quam hodie" yang berarti: Hari ini lebih baik dari pada kemarin,
besok lebih baik dari pada hari ini, menyadarkan kita supaya setiap hari
itu kita mengerjakan secara total dan baik, bahkan harus menjadi yang
terbaik. Cicero (106 – 43 seb.M), selengkapnya, Marcus Tullius Cicero
adalah orang yang membenci perang. Ia kemudian belajar menjadi ahli pidato
dan ahli hukum. Karena kerja kerasnya – ia bersemboyan seperti Achilles,
pahlawan Perang Troia, yaitu "selalu menjadi terbaik dan mengalahkan yang
lainnya". Karena ketekunan dan fokusnya terhadap profesinya, maka dia
menjadi yang terbaik. Seandainya pada waktu itu Cicero tidak memilih
pekerjaan (meminjam istilahnya Douglas Malloch) "yang tidak dekat
dengannya" tentunya dia tidak akan menjadi yang terbaik.
Arvan Pradiansyah dalam Talk-Show Smart FM, pernah mengulas tentang latihan
menjadi pemimpin. Tulisnya, "Orang lebih baik menjadi kepala kucing dari
pada ekor singa." Dengan kesetiaan memimpin dalam kelompok kecil, seseorang
berlatih untuk menjadi pemimpin dan tentunya menjadi pemimpin yang terbaik.
Pardi Suratno dalam Pemimpin, mencetuskan sebuah gagasan bahwa seorang
pemimpin itu hadir untuk melayani. Para menteri itu mendapatkan amanah dari
Tuhan untuk melayani masyarakat. Minister (bhs. Latin yang berarti menteri)
itu memang memiliki arti melayani (bhs. Inggris, to minister, artinya
melayani). Maka sangat mengherankan jika para pejabat pemerintah dalam
tugas – pelayanannya malah membuat rakyat menderita itu sangat disayangkan.
Kalau begitu, mereka telah mengkhianati amanah.
Dunia memang membutuhkan orang-orang yang terbaik. Untuk menjadi yang
terbaik, dibutuhkan latihan dengan memakan waktu yang cukup panjang dan
menurut The Beatles itu muncul dalam lagu yang berjudul, The long and
winding road, jalan panjang dan beriku. Ketekunan untuk menghasilkan
prestasi yang tertinggi itu nampak dalam pertandingan Olimpiade (776 seb.
M). Motto itu adalah citius, altius, fortius (lebih cepat, lebih tinggi,
lebih kuat). Untuk menjadi "pribadi yang lebih", dalam ilmu motivasi kita
sebut sebagai "prestasi di atas rata-rata". Dan untuk memiliki sikap hidup
yang lebih dari yang lain, maka seseorang menomorsatukan pelayanan
(service). Nil satis nisi optimum, yang berarti: Yang bisa dibilang cukup
bagus itu tak lain tak bukan adalah yang terbaik, mengajak kita untuk
menghadapi masa depan penuh dengan optimisme yang tinggi (Tajuk Rencana -
Kompas 31-12-2011). Niat dalam diri untuk menjadi yang terbaik menjadi
motivasi yang kuat untuk menemukan nilai yang terbaik dalam setiap
kesempatan. Tetapi amat disayangkan bahwa kita ini cenderung menjadi pribadi
"yang sedang-sedang saja" (mediocre) dan mudah merasa puas dengan pencapaian
prestasi yang tidak optimal. Kalau ingin menjadi yang terbaik, bergaulah
dengan orang-orang yang memiliki positif thinking. Pepatah Inggris menulis,
"Birds of a feather flock together" yang berarti: Burung-burung berkelompok
menurut jenisnya. Orang cenderung berkelompok dengan mereka yang memiliki
selera dan kepentingan yang sama.
Samuel Willard Crompton dalam 100 Peperangan yang Berpengaruh di dalam
Sejarah Dunia, salah satu bab-nya mengulas tentang Penaklukan Alexander
yang Agung (356 – 323 seb. M). Ketika ia sedang dalam perjalanan, tiba-tiba
terserang demam dan meninggal dunia (Bdk. Michael Hart dalam Seratus Tokoh
Yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah), para komandan bertanya kepada sang
Raja, "Siapa yang akan menggantikanmu ?" Dengan tenang ia berkata, "Yang
akan menggantikanku adalah yang terbaik di antara kalian."
Tatkala nyantrik di Seminari Menengah Mertoyudan (1982 – 1986), setelah
siesta (tidur siang) para seminaris mengadakan opera (kerja tangan: pel,
menyapu kebun dls). Selama bekerja ada lagu-lagu pengantar gairah dan
semangat, seperti: the Police, The Beatles dan Queen. Namun entah kenapa
lagu, "We are the Champions" yang dinyanyikan oleh Freddie Mercury dari
Queen hingga detik ini masih terngiang-ngiang. Yah, kita adalah para juara
dan menjadi yang terbaik dari bidang kita masing-masing dan kita berhak
mendapatkan mahkota.
Skolastikat MSC, 20 Februari 2012
Biara Hati Kudus – Pineleng
Jl. Manado – Tomohon, KM. 9
MANADO – 95361
Markus Marlon msc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar