Sabtu, 02 Juli 2011

CEMBURU

CEMBURU
(Sebuah Percikan Permenungan)

Bahasa Ibraninya Cemburu adalah qin'a. Kata itu aslinya ialah menyala,
kemudian berarti warna merah yang kelihatan pada wajah seseorang yang
diliputi perasaan membara, lalu perasaan tidak senang terhadap seseorang
yang memiliki sesuatu, yang tidak dimiliki sendiri. Kata itulah yang
dikenakan pada sikap Rahel terhadap kakaknya. Ketika dilihat Rahel bahwa ia
tidak melahirkan anak bagi Yakub, ceburulah ia kepada kakaknya itu, lalu
berkata kepada Yakub, "Berikanlah kepadaku anak; kalau tidak, aku akan
mati." (Kej. 30: 1). Rahel cemburu terhadap Lea yang dikaruniai banyak
anak, sedangkan dirinya belum mendapatkan seorangpun. Kecemburuan ini
disebabkan karena dirinya tidak memiliki apa yang dimiliki oleh orang lain.
Tetapi ketika anak-anak Rahel yakni Yusuf dan Benyamin disayangi Yakub, maka
pada gilirannya anak-anak Lea cemburu kepada Yusuf si tukang mimpi itu,
sehingga sampai hati menjual kepada orang asing (Kej. 37: 12 – 36).
Kecemburuan sungguh mempunyai efek yang luar biasa.

Ada sebuah kisah rekaan tentang rasa cemburu yang mungkin bisa untuk kita
renungkan. Diceriterakan dua orang ibu pedagang sembako (Sembilan bahan
pokok) yang warungnya berhadapan. Tetapi amat disayangkan bahwa mereka
berdua memiliki rasa saling cemburu satu dengan lainnya. Pada suatu hari,
datanglah seorang malaikat untuk memberikan sesuatu kepada salah satu ibu.
Katanya, pada suatu kali kepada seorang ibu, "Ibu, saya akan memberikan
kepada ibu sesuatu. Jika saya memberi ibu satu rumah baru, maka ibu di
seberang jalan itu akan saya beri dua rumah baru. Jika Saya membuat warung
ibu laris dua kali lipat, maka ibu di seberang ibu akan mendapatkan laba
empat kali lipat. Sekarang ibu minta apa dari padaku?" Ibu itu berpikir
sejenak, kemudian berkata, "Malaikat yang baik, saya minta butakan mataku
sebelah kiri saja, supaya ibu di seberang jalan tersebut matanya buta
dua-duanya." Orang mau menderita – asal – orang yang dicemburui itu lebih
menderita. Cerita rekaan tadi merupakan kecemburuan karena kepemilikan
yang kurang. Orang menjadi puas, jika dirinya sudah berkelebihan dan orang
lain yang adalah "saingannya" berada di bawahnya. Orang yang memiliki
rasa cemburu kepemilikan, senantiasa berusaha menjadi "orang yang lebih".
Perasaan ini yang membuat dirinya tidak tenang dan tidak merasa berdamai
dan dia terus-menerus berusaha hidup dalam situasi yang tidak nyata.

Yang paling sering terjadi adalah cemburu dalam dunia percintaan. Bahkan
dikatakan dalam sebuah kelakar bahwa "cemburu adalah bumbu cinta." John is
jealous when he sees his girl joking around with another guy. (Si Joni
cemburu melihat pacarnya bercanda dengan cowok lain). Rasa cemburu yang
terjadi dalam percintaan, ada kecenderungan bahwa pihak yang satu ingin
memiliki yang lain. Maka tidak mengherankan jika kadangkala ada pertumpahan
darah dalam percintaan hanya karena cemburu. Drama tregedi berjudul
"Othelo" karangan William Shakespeare (1564-1616) hendak memperlihatkan
kepada kita betapa dahsyatnya cemburu itu. Wajah Othello menjadi menyala
ketika melihat Desdemona, istrinya sedang bercakap-cakap dengan Cassio.
Othelo cemburu karena disulut oleh Iago, yang provokasinya berhasil dengan
baik. Cassio dilukiskan sebagai letnan yang tampan, handsome, simpatik
sedangkan Othello orang Moor yang wajahnya - maaf - jelek dan cenderung
menakutkan. Rasa cemburu yang tidak beralasan itu mencapai klimaksnya pada
kematian istrinya di ranjang, yang yang dibunuh oleh Othello, dengan
menutup hidungnya dengan bantal sampai tidak bernafas lagi. Kecemburuan
dalam percintaan yang juga menghebohkan terjadi dalam diri Achilles dan
Agamemnon karena merebutkan seorang budak bernama Bereas (Bdk. "Illiad" –
tulisan Homerus – yang hidup ± 8 Seb. M). Cemburu bisa juga terjadi
tatkala orang masih kecil dan bertumbuh menjadi dewasa. "Bibit" kecemburuan
itu ditanam oleh orang tua serta leluhurnya, dan ini memicu perang yang
besar yakni Mahabartha (Bdk. "Mahabaratha", tulisannya Nyoman S. Pendit).
Rasa cemburu yang lain juga dialami oleh Gulliver, yang menjadi "tontonan"
baru di sebuah istana di negeri Brobdingnag karena badannya yang kecil.
Penghibur istana yang sudah lama di situ, karena banyolannya dan disayangi
oleh para bangsawan, kini mulai tidak laku lagi, sebab ada saingannya. Tidak
ayal lagi bahwa Gulliver itu pun terancam jiwanya karena kecemburuan si
cebol (Bdk. "Gulliver's Travels" tulisan Jonathan Swift, yang hidup tahun
1667 - 1745).

Ada lagi kisah tentang cemburu berkenaan tentang persaingan yang pada
akhirnya malah mematikan dirinya sendiri. Dikisahkan bahwa di kota Athena
ada seorang juara lari dalam olimpiade. Maka, sang juara tersebut dimahkotai
dan diarak sekeliling kota. Bahkan tidak tangung-tanggung, persis di
perempatan jalan, didirikanlah sebuah patung besar dari beton untuk
menghormati dirinya. Tentu saja, patung monumental tersebut semakin membuat
cemburu saingannya. Si Pencemburu, dengan maksud yang jelek ingin merobohkan
patung tersebut. Maka – setiap malam – ketika orang-orang di alam mimpi,
dirinya mendatangi patung tersebut untuk merobohkannya. Sedikit demi
sedikit, ia mencoba untuk melobangi beton tersebut. Tidak terasa, apa yang
dilobangi tersebut semakin menganga dan tumbanglah patung itu hingga menimpa
orang yang cemburu itu. Tak dapat disangkal, orang itu akhirnya mati konyol.

Rasa cemburu tidak hanya menyangkat hal-hal duniawi (percintaan, kekayaan,
persaingan dan ketrampilan), namun juga bagi mereka yang bekerja dalam ranah
religius. Karya pastoral yang telah dibuat oleh seorang pastor dan sukses
bisa menimbulkan rasa cemburu bagi pastor lain. Istilah dalam bahasa Latin
adalah invinida clericalis. Tentu saja, kecemburan dalam bidang pastoral
ini membuat bingung umat yang dilayani dan terkadang membuat umat jadi
terpecah belah (Bdk. 1 Kor 1:12 dan 3:4). Selain itu kita juga memiliki
Allah yang pencemburu (Kel. 34: 14), sebab Dia mempertahankan hak-Nya
sebagai Satu-satunya yang boleh disembah dan Dia tidak akan memberikan
kemuliaan-Nya kepada orang lain (Yes 42: 8). Sifat cemburu Allah itu membuat
kita semakin mencintai-Nya dan tidak menduakan-Nya.

Rasa cemburu adalah pengalaman yang amat nyata karena kita sering
mengalaminya sendiri. Melihat orang lain lebih maju, kita cemburu.
Akibatnya, jantung berdetak tidak teratur serta membuat hidup tidak tenang.
Ada seorang istri yang cemburu dengan Surat Kabar. Karena setiap pagi,
sembari minum kopi sang suami yang pertama-tama pegang adalah Surat Kabar.
Istrinya tidak hanya cemburu, tetapi marah juga kepada kertas yang diberi
nama Surat Kabar tersebut. Akhirnya, sebelum dibaca oleh sang suami, Surat
Kabar tersebut sempat diremas-remas karena gemasnya. Ah, ada-ada saja!!

Kantor "Percikan Hati", 30 Mei 2011
Biara Hati Kudus,
Skolastikat MSC - Pineleng
Jl. Manado – Tomohon KM. 10
Pineleng II, Jaga VI
Minahasa – MANADO
Sulawesi Utara – 95361

Markus Marlon MSC

Tidak ada komentar: