Minggu, 24 Juli 2011

SI BULE ...

SI BULE DAN TONGKAT AJAIB

Setelah mengirimkan renungan semalam dan mencari menu yang cocok untuk
santap malam, aku sedikit repot berkeliling untuk menemukannya. Ya, bagiku
tidak
ada makanan yang paling enak nan murah meriah selain nasi goreng apa pun
macamnya. Akhirnya, kutemukan di sebuah rumah makan kecil yang dilengkapi
dengan musik dan layar lebar yang membuat kita bisa mendengar musik sambil
melihat para penyanyi dan gerakan tubuh nan gemulainya. Kupesan nasi goreng
"seafood dengansegelas ice tea" menjadi cukup untuk santap malamku.

Kira-kira 3 meter dari mejaku seorang bule tua dengan tongkat kecil di
tangannya sedang bersantai ria dengan 2 botol beer hitam. Ada yang lucu dari
penampilan bule tua ini yang sendiri mengakui bahwa dia telah berumur 67
tahun, yakni ia selalu menyanyi mengikuti si penyanyi di layar walaupun
kadang ia sendiri tidak
menghafal syair lagunya. Maklum mungkin beberapa botol beer telah
dihabiskannya sehingga ia mulai mabuk dan berbicara sembarangan. Setiap lagu
diperdengarkan dan penyanyi tampil di layar yang berukuran besar itu, si
bule selalu berkomentar; "Aku menyanyi lebih bagus darinya." Ia mengulang
terus kalimat
yang sama untuk setiap lagu. Dari instrument awal lagu berikutnya langsung
kutahu bahwa itu lagu "To Love Somebody" sehingga ketika beliau mencoba
mengingat judul lagunya, aku langsung berteriak; Sir, itu lagu "To Love
Somebody." Terlihat kegembiraan di raut wajahnya ketika dia mendengar
suaraku
sebagai dukungan baginya. Maklum, cuma ada dua orang asing di dalam
restaurant kecil itu, yakni si bule dan aku. Ia langsung beranjak dari
tempat duduknya
dan menjabat tanganku seraya mengatakan; "You are my brother! I really love
the black man." (Dalam hati saya mengeluh; Sial si bule ini…biar pun hitam
begini
tapi suaraku lebih bagus dari kamu, tahu!) Aku membalasnya; "Thank you,
brother! Kita berdua seperti apa yang dinyanyikan oleh Michael Jackson
dalam
lagunya; "Black or white." Dia memelukku sekejab dan mengatakan; "I really
like your words" Kemudian, si bule langsung kembali ke tempat duduknya
ketika ia
melihat si pelayan telah menghampiri mejaku dengan nasi goreng seafood dan
segelas ice tea pesananku. Reaksi minuman membuat si bule sudah benar-benar
mabuk dan mulai berkomentar terhadap apa saja yang dilihat dan didengarnya
di dalam restaurant kecil itu. Kadang ia menjadikan tongkat kecilnya itu
sebagai
gitar dan memainkan mengikuti irama music, atau kadang ia menggunakannya
sebagai mikrofon dengan memperdengarkan suara jeleknya yang katanya lebih
bagus
dari para penyanyi di layar itu. Wow, sungguh seorang tua yang sedang
menikmati masa tuanya kalau tidak dengan secara negatif dikatakan sedang
menghibur diri.

Saudaraku,
Di sekitar kita pun atau di dalam komunitas atau di dalam keluarga, sering
kita bertemua bahkan hidup bersama dengan mereka yang sudah lanjut usianya.
Ada
sebagian yang tenang tanpa banyak bicara, tapi ada juga yang rewel dalam
sikap dan tingka lakunya, yang kadang membuat kita sulit untuk menerima
kehadiran
mereka. Si bule tua dalam cerita di atas adalah salah satu diantaranya.
Kendatipun suaranya jelek ketika terdengar di telinga tapi ia masih mau
menjabat
tanganku dan menguncapkan "good night" ketika aku meninggalkan restaurant
kecil itu. Ia merasa bahwa haya akulah satu-satunya yang mendengarkan dia,
yang
mau memuji dia dan rela menjadi sahabatnya tadi malam. Ia merasakan bahwa di
masa tuanya masih ada orang yang peduli dan mau berbagi dengannya.

Apa yang bisa kita petik sebagai pelajaran dari kisah kecil ini bahwa di
satu pihak, sebagai orang tua (lanjut usia) sebaiknya kalian tidak perlu
membandingkan masa lalu dengan masa sekarang, membandingkan dirimu dengan
diri orang muda di zaman ini seperti si bule tua yang selalu berkomentar;
"Saya dapat menyanyi dengan lebih baik darinya." Apa yang indah adalah
mengakui bahwa zaman telah berubah. Anda tidak mungkin membawa semua
kelebihan, keunggulan dan
segalanya di masa lampau ke masa sekarang dan memaksakan generasi muda untuk
mengikutimu dalam segala hal dan segi kehidupan. Biarlah masa lalumu menjadi
sebuah kenangan indah yang tak terlupakan dan akuilah ciri khas dan keunikan
masa sekarang ini sehingga hidup dan kesekitarannya tidak dikeluhkan setiap
saat melainkan dinikmati. Rasanya terlalu singkat waktu bagimu untuk
mengeluh dan tidak akan ada yang berubah sesuai dengan keinginanmu. Apa yang
singkat dalam hidupmu saat ini adalah menikmatinya tanpa keluhan sehingga
hidupmu sungguh menjadi berkat bagi generasi muda yang hidup bersamamu.
Sebaliknya, bagi generasi muda, hidup bersama orang-orang yang sudah lanjut
usia juga menjadi kesempatan untuk melatih kesabaran serta menjadi saat
pemberian terindah dari Tuhan untuk berbagi kasih, belajar mengerti dan
memahami kesepian dan kerinduan mereka yang lanjut usia. Menjadi seorang
sahabat bagi mereka di masa tua adalah sebuah kekuatan bagi mereka untuk
merasakan bahwa kehadiran mereka sungguh menjadi berkat bagi anak-cucu
mereka. Memang tidak semua hal pasti mengenakkan dari mereka, tapi mengikuti
kemauan mereka untuk beberapa kali rasanya tidak membuat hidupmu menjadi tak
berarti, kan?

Saudaraku,
Aku hanya mempunyai sebuah keyakinan dan keyakinan ini ingin kubagikan
kepadamu sebagai saudaraku malam ini bahwa "jika yang tua mau menyesuaikan
diri
dengan dunia sekarang dan yang muda rela memahami yang tua, maka keduanya
dapat hidup bersama dalam satu dunia dengan aman dan damai." Jika ini dapat
terjadi maka hidup ini sungguh menjadi sebuah berkat bagi orang lain di
sekitarmu. Keakraban dan keharmonisan antara yang tua dan muda sungguh
menjadi sebuah tanda bahwa damai itu indah bila kita masing-masing bisa
berpartisipasi di dalamnya. Bila itu terjadi maka hidup sesungguhnya menjadi
sebuah kesempatan untuk selalu bersyukur kepada Sang Pemberi hidup, yakni
Tuhan Pencipta kita. Ya, Anda putih saya hitam; Anda berambut lurus saya
keriting; Anda tua saya muda; Anda miskin saya kaya; Anda seorang karyawan
saya adalah bos; dan berbagai status dan ciri khas lainnya yang membuat Anda
dan saya berbeda, tetapi Anda dan saya adalah manusia. Ada sebuah lagu
karismatik yang syairnya sungguh indah untuk dimaknai;"beragam-ragam kita
hadir di sini tapi kita satu" semoga tetap mengingatkan saudara dan aku
(kita) untuk saling menerima yang lain apa adanya, dan hanya dengan inilah
kita dapat hidup dengan damai dan harmonis dalam dunia ini.

Salam seorang sahabat untuk para sahabat,

***Duc in Altum***
Efix Sj

Tidak ada komentar: