Minggu, 24 Juli 2011

PIDATO SANG PEMIMPIN

PIDATO SANG PEMIMPIN
(Sebuah Percikan Permenungan)

John Kennedy (29 Mei 1917 – 22 November 1963), dalam usia 43 tahun dilantik
sebagai Presiden Amerika Serikat, menjadikannya sebagai pria termuda dan
sekaligus penganut Katolik pertama yang menjadi presiden sepanjang sejarah
Amerika. Pidatonya yang memukau saat dilantik menjadi presiden memupus
ketakutan masyarakat bahwa ia terlalu muda dan tidak berpengalaman untuk
menduduki jabatan setinggi itu. Kennedy pandai dan senang berpidato. Ia
mempersiapkan dan memperbaiki sendiri naskah pidato pelantikannya sebagai
presiden selama dua bulan. Pidato yang disampaikan di Washington, 20
Januari 1961 saat pelantikannya menggoncang dunia. Ia berorasi, "Jangan
tanya apa yang bisa dilakuan negara untukmu; tanyakan apa yang bisa kamu
berikan untuk negaramu". Menarik juga apa yang diucapkan oleh Martin Luther
King Jr (15 Januari 1929 – 4 April 1968) dalam pidato terkenalnya berjudul,
"I have a dream" di Lincoln Memorial, Washington DC, 28 Agustus 1963.
Pidato yang mengagumkan juga disampaikan oleh Bung Karno (1901 - 1970),
"Kemerdekaan hanyalah dimiliki oleh bangsa yang jiwanya bekobar-kobar
dengan tekad merdeka – merdeka atau mati!"

Pidato yang disampaikan oleh "singa podium" ini mampu mengubah cara pandang
orang atau mindset, sehingga dengan kesadaran kolektif bisa mengubah dunia.
Pidato John Kennedy yang tekenal itu, rupanya sulit kita temukan dalam
pidato-pidato yang disampaikan oleh pemimpin kita zaman sekarang ini.
Apakah kita pernah menyaksikan pidato pelantikan Presiden kita dihadiri
oleh mantan-mantan Presiden sebelumnya ? Seharusnya sebagai Pemimpin bukan
lagi menjadi milik partai ini atau partai itu. Yang terjadi seharusnya
adalah sebagai satu kesatuan membangun negara. Secara tidak sadar, saya
diingatkan kembali akan motto Kota Merauke yang berbunyi, "Izakod Bekai,
Izakod Kai" yang berarti Satu Hati Satu Tujuan. Anehnya para pemimpin kita
terang-terangan mengatakan bahwa dirinya adalah tokoh oposisi yang tugasnya
mengawasi jalannya pemerintahan. Memang benar bahwa setiap kebijakan
Pemerintahan itu perlu untuk dievaluasi, supaya terkontrol. Namun sangat
disayangkan bahwa bentrokan terjadi di mana-mana, sehingga energi yang
sebenarnya dipakai untuk membangun negara
malah terkuras habis untuk urusan remeh-temeh.

Seorang pemimpin bertugas melindungi, mengayomi dan memotivasi para
rakyatnya. Pidato yang disampaikan bagaikan kata-kata inspirasi yang
mendorong mereka melaksanakan tugas sesuai dengan peran masing-masing.
Semakin sang pemimpin itu dicintai, maka para rakyat ingin berlomba-lomba
berbuat kebaikan baginya. Bahkan karena fanatiknya, seorang rakyat jelata
mempunyai jargon demikian, "pejah gesang ndherek Paduka" yang artinya hidup
mati saya ikut Paduka. Kepasrahan total kepada orang yang memimpin
mendorong rakyat semakin mencintai panutannya. Di sini bukan karena
pengaruh pidato yang disampaikan, melainkan karena sang pemimpin itu layak
untuk dibela dan layak untuk dicintai. Janji-janji ketika kampanye merebut
hati rakyat sudah saatnya diuji ketika rakyat tertimpa pelbagai masalah.
Seorang pemimpin ucapannya bisa dipegang dan tidak boleh plin-plan. Untuk
melukiskan seorang pemimpin yang tidak konsekwen bisa dikatakan, "Esok
dhele, sore tempe", yang artinya pagi hari mengatakan kedelai, sore harinya
berubah menjadi tempe. Ini yang bisanya mengecewakan hati rakyat.
Pidato-pidato yang disampaikan kepada rakyat, akan menjadi afdol jika
dibarengi dengan tindakan-tindakan nyata yang bertujuan mengangkat martabat
rakyatnya. Napoleon Bonaparte (15 Agustus 1769 – 5 Mei 1821) di sela-sela
waktu luangnya mencoba berjumpa dengan para prajurit dan bersendau gurau
serta menanyakan kabar keluarganya. Betapa bahagianya, orang yang disapa
oleh sang Kaisar tersebut. Perhatian, meskipun kecil dari seorang Pemimpin
dapat menumbuhkan semangat yang membara dan pada gilirannya membela
mati-matian Sang Pemimpin tersebut. Pidato-pidato Sang Pemimpin bagaikan
kata-kata magis yang menyihir orang-orang yang mendengarnya. Pidato-pidato
yang diucapkan oleh pemimpin itu memberikan inspirasi dan motivasi bagi
orang-orang yang mendengarkannya. Ki Hajar Dewantoro (2 Mei 1889 – 28 April
1959), sesepuh pendidikan pernah berujar : "Ing ngarso sung tuladha, ing
madya mangun karsa, tut wuri handayani" yang artinya, "Di depan menjadi
teladan, di tengah mendampingi dan di belakang memberi semangat". Pidato
Sang Pemimpin, akhirnya bukan sekadar berbicara ba-bi-bu, melainkan
bagaimana dirinya memenuhi janji-janji dan komitmen yang telah dipidatokan.
Menurut Sujatmoko seorang cendekiawan, sebuah ide haruslah memiliki kaki.
Demikian pula, pidato yang telah diucapkan akan ditangkap oleh para asisten
ataupun dewannya dan dilancarkan dengan program-program yang pada
gilirannya diharapkan dapat menyejahterakan yang dipimpinnya.


Merauke, 2 Februari 2011

Markus Marlon msc

Tidak ada komentar: