Rabu, 27 Mei 2009

Angin telah menerbangkannya kemana-mana.

Angin telah menerbangkannya kemana-mana.

Ada sebuah ceritra rakyat abad kesembilan-belas yang mengisahkan tentang
seorang lelaki yang berkeliling sebuah kota kecil menyebarkan fitnah
terhadap orang bijak kota kecil itu.

Suatu hari, ia pergi ke rumah orang bijak itu untuk meminta maaf. Sang
bijak, menyadari kalau lelaki itu belum sepenuhnya sadar akan apa yang
sebetulnya telah diperbuatnya, memberitahunya bahwa ia hanya memaafkannya
atas satu syarat: pulang ke rumahnya, mengambil sebuah bantal bulu,
merobeknya, dan menebar bulu-bulu itu melalui tiupan angin. Setelah
melakukannya, ia boleh kembali ke rumah sang bijak itu.

Kendati merasa bingung akan permintaan aneh itu, si pemfitnah merasa senang
bisa menebus dosanya itu sedemikian mudah. Dengan tergesa-gesa ia memotong
dan merobek bantal itu, menebarnya kemana-mana dengan bantuan tiupan angin,
dan kembali lagi ke rumah sang bijak.
"Apakah saya sekarang dimaafkan?" tanyanya.
"Hanya satu syarat lagi," jawab sang bijak. "Sekarang, pergi dan
kumpulkanlah kembali semua bulu-bulu bantal itu."
"Itu tidak mungkin. Angin telah menerbangkannya kemana-mana."
"Persis," jawab sang bijak. "Kendati kamu benar-benar berniat memperbaiki
kejahatan yang telah kamu perbuat, tidaklah mungkin memperbaiki kembali
kerusakan yang kamu timbulkan melalui kata-katamu itu, semustahil
mengembalikan bulu-bulu bantal itu seperti sediakala. Kata-katamu itu
sekarang beredar di pasar, menebar kebencian, bahkan saat kita sedang
berbincang ini."

Sungguh menarik untuk diamati kalau kita, sebagai anak manusia, sedemikian
cepatnya mempercayai kejelekan yang dikatakan orang lain tentang seseorang,
sedemikian mudahnya menerima "berita-berita" yang terkandung dalam
bentuk-bentuk cetakan dan tabloid-tabloid televisi, serta sedemikian
siapnya
untuk beranggapan buruk terhadap perbuatan orang lain, dimana kita
menyangka
kalau tindakan jahat yang kita tebar tentang seseorang itu bukan berarti
apa-apa.

Lebih tidak masuk akal lagi adalah, kita tampaknya tidak bisa segera dan
dengan tegas menyadari fakta bahwa gosip yang kita bicarakan bisa -dan
memang sering- menimbulkan kerusakan signifikan terhadap seseorang.

~ Lori Palatnik dan Bob Burg.

Tidak ada komentar: