Kamis, 04 Juni 2015

Bon Kamu Aku Hapus

BON KAMU AKU HAPUS
(Kisah Nyata)

" Gratis Mbok?? ", heran bertanya si Barjo

"Ya , kenapa ? Makan aja apa yang kamu suka"
"wah ..terimakasih mbok. Terimakasih…"
SI Mbok tersenyun riang ketika memperhatikan Barjo , langganannya yang biasa berhutang diwarungnya. Sekarang menyantap makanan dengan lahapnya. Mungkin kali ini pria itu dapat menikmati makanannya dengan tanpa beban. Keringat meleleh dikeningnya.
"Jo "
"ya Mbok. Ada apa…apa ini hanya guyonan saja Mbok" Barjo melongo kearah si Mbok dengan bingung dan mulut yang masih terisi nasi. 
Tapi si mbok tetap tersenyum.

"Ini Catatan Bon kamu ya?" Tanya si Mbok dengan tersebyum

"ya Mbok. Aku endak ada duit sekarang."

"ya aku tahu. Kamu memang selalu endak ada uang akhir akhir ini. Ya sudah bon kamu aku hapus." jawab simbok dengan senyum.

"Hapus?" teriak Barjo dengan bengong. "wah, lelucon apa lagi ini Mbok. Jangan bikin aku jantungan Mbok. Gratis saja aku sudah bingung…lah sekarang bon ku hapus lagi. "

"ya ..kamu endak perlu jantungan. Terima aja. Aku senang kok" Jawab simbok.

Hari itu ada hampir 40 orang yang datang makan di warung Mbok Mijah. Mereka semua adalah supir bajay, pemulung, pedagang asongan, pengamen jalanan dan tukang minta minta yang biasa nongkrong disudut jalan. Semua menikmati makanan dengan gratis. Bahkan sebagian dari mereka yang punya catatan hutang dinyatakan hapus oleh Simbok. Keceriaan jelas sekali terpancar di wajah si Mbok. Pemandangan tersebut di atas aku saksikan sendiri sambil asik menikmati kopi hangat. Mereka yang datang seakan tidak memperdulikan ku. Tapi tidak ada satupun ekspresi wajah dari mereka yang luput dari perhatianku. 

Hari itu memang aku sengaja datang ke warung si Mbok. Si Mbok hampir tidak percaya ketika aku datang pagi pagi. Sebelum pelanggannya datang.

'Maksud mas ?" Tanya siMbok dengan sedikit terkejut.

"ya Mbok. Aku ingin tahu berapa jumlah penjualan Si mbok bila seluruh makanannya habis terjual." Tanyaku tanpa memperdulikan keterkejutannya.

"Rp400 ribu rupiah Den tapi tidak semua simbok terima karena sebagian dihutangin"

"Ok. Berapa jumlah catatan hutang dari semua pelanggan siMbok " tanyaku lagi.

"Ada Rp. 700 ribu " jawabnya lagi tapi masih bingung.

"Ok. Nah ini saya kasih uang Rp. 1.500.000. " kataku sambil memberikan uang itu kepadanya.

"Ah.Untuk apa ini Mas…" Sekarang benar benar bingung dia.

"Aku hanya ingin memberikan uang ini kepada SiMbok. Karena dalam keadaan sulit siMbok masih bisa berbuat baik sama orang. SImbok bisa ngutangin orang yang butuh makan walau simbok sendiri tidak tahu kapan orang itu akan membayar."

Sambil memperhatikan wajahnya yang berseri dalam kebingungan. Kupegang tangannya dan menyerahkan uang itu. "Nah, apa yang akan siMbok lakukan dengan uang ini" sambung ku.

"SiMbok hanya ingin memberi kesempatan semua langganan makan gratis hari ini. Menghapus semua hutang mereka." Jawabnya

"Mengapa." Sekarang aku yang bingung.

"Simbok orang miskin. Simbok pengen bersedekah tapi endak pernah bisa. Wong hidup juga sulit begini." Katanya.

Ketika senja mulai berangkat malam. Aku melangkah menjauhi sudut jalan itu. Aku termenung. 

Selama ini kita begitu hebatnya menggunakan retorikan bahwa kita peduli dengan simiskin. Kita marah kepada ketidak adilan. 

Tapi kita tidak berbuat banyak. Tapi sebetulnya kehadiran Allah tetap ada di lingkungan si miskin.

Dengan kesehajaan di antara mereka dan cara mereka, mereka berbagi untuk saling peduli. Itu. 

Negeri ini kuat karena rahmat Allah yang meniupkan pesan cinta kehati siapapun untuk saling berbagi. Masalahnya ada yang membaca pesan itu dan ada yang tidak membacanya.

Si Mbok adalah contoh pesan cinta Allah dibacanya dengan baik, walau sedikit yang dia punya itulah yang dia bagi... dan dia bahagia karena itu.

✅ Memang cinta selalu menyehatkan dan menentramkan walau harus memberi sesuatu yang pada waktu bersamaan sangat membutuhkannya.

✔️✔️ sebuah Kisah nyata dari seorang dermawan di penghujung Tahun 2008.
Sent from my BlackBerry®

Tidak ada komentar: