Selasa, 05 Februari 2013

Waktu

WAKTU
(Kontemplasi Peradaban)

Kabupaten Merauke, adalah sebuah kota yang termasuk cepat sekali perkembangannya. Kota Merauke itu datar, tidak ada bukit dan uniknya tidak ada batu. Investor menanamkan modal dengan aman dan yang pasti, penduduk kota Merauke semakin membludag. Hotel-hotel dan pusat-pusat pembelajaan sedang dibangun. Di pusat pusat
kota terdapat bangunan dengan papan nama yang asing, "Cito". Saya segera kembali ke biara dan buka Kamus Kedokteran dan ternyata cito itu berarti "segera", "dalam waktu singkat". Cito adalah laboratorium klinik untuk pemeriksaan darah. Disana juga ada dokter praktek dan Apotek. Lengkap sudah. Orang yang sedang sakit supaya
selamat harus ditangani dengan segera
dan dalam waktu singkat, cito.

Waktu memiliki dimensi yang berbeda bagi pelari 100 meter yang sedang bertanding dan mereka yang sedang pacaran. Bagi para pebisnis, waktu dianggap sebagai uang, "Time is money". Maka, para pebisnis itu selalu sibuk, busy dan dan penuh kesibukan, bussiness sebab berkejar-kejaran dengan waktu. Maka tidak heranlah jika ada pepatah Latin yang berbunyi, "Tempus fugit" yang berarti waktu berlari. Kadang orang lupa untuk refreshing atau kumpul dengan keluarga dan mereka hanya sibuk dengan bisnisnya. Orang-orang juga lupa dengan apa yang telah ditulis oleh Pengkotbah, "Untuk segala hal dan segala pekerjaan ada waktunya" (Pkh. 3: 17).

Dalam menyikapi waktu, sering muncul angan-angan seseorang, "Nanti kalau aku sudah.....". Misalnya, nanti kalau aku sudah menikah, aku akan rajin bekerja. Kalau aku sudah lulus S2, aku akan giat belajar. Nanti kalau aku sudah memiliki rumah mewah, aku akan rajin bersih-bersih rumah bla-bla-bla. Apa artinya sudah menikah? Apa artinya S2 dan apa artinya memiliki rumah mewah? Kita lupa bahwa tempus fugit. Karena itu, Plautus (251 – 183 seb.M) yang dikenal sebagai penyair termasyur pada zamannya – dramanya yang paling terkenal: Amphitryon tentang kelahiran Hercules –memiliki moto yang sangat memikat, Age si quid agis – "Jika melakukan sesuatu, lakukan segera." Pepatah Inggris juga mempunyai pepatah yang indah Don't put off till tomorrow what you can do today – "Jangan tunda sampai besok apa yang bisa Anda dapat kerjakan hari ini". Kita memiliki budaya suka menunda dan untuk pembenaran diri kita berkata, "Esok khan masih ada. Untuk apa tergesa-gesa, santai saja-lah!" Orang Romawi dalam setiap pekerjaannya selalu berkata, "hic et nunc" – kini dan di sini. Sebuah tindakan yang terjadi dalam ruang dan waktu. Orang yang sudah terbiasa menghargai waktu akan mengerjakan dengan segera dengan apa yang sudah diprogramkan.

Benar kata Eckhart Tolle, "Authentic human power is found by surrending to the now" – kekuatan autentik manusia bisa ditemukan ketika manusia ikhlas total pada masa kini. Mental hic et nunc di sini untuk meretas budaya instant – orang ingin segera cepat selesai atau ingin cepat ahli tanpa adanya belajar yang membutuhkan waktu. Kualitas dari karya seseorang diukur dari keseriusan "menikmati" waktu demi waktu secara terus-menerus. Mengontemplasikan makna waktu tersebut, kita bisa merujuk pada Pepatah Latin,"Gutta cavat lapidem, non vi sed saepe cadendo" – Tetesan air melubangi batu bukan karena kekuatannya, tetapi karena menetes terus-menerus.

Tempus fugit! Dan sebagai manusia kita tidak boleh ketinggalan waktu tersebut, ibaratnya hidup kita selalu di-update atau upgrade. Ovidius (43 – 17 seb.M) berkata, "Tempora mutantur, et nos mutamur in illis" – waktu berubah dan kita pun berubah karenanya. Ovidius mengajak kita untuk menyadari pentingnya melakukan perubahan pola pikir, mindset ataupun bertindak sesuai dengan tuntutan zaman. Suatu keharusan agar kita tidak ketinggalan zaman harus berani berubah. Orang bijak berkata, "Tidak ada yang abadi dalam hidup ini kecuali perubahan itu sendiri."

Kita tidak dapat menyangkal bahwa kasih, perasaan, pekerjaan dan hidup itu sendiri selalu berubah. Tempus fugit! Kehidupan manusia berlalu dengan cepatnya.

Markus Marlon dalam Pisah menulis:
Banyak sekali yang telah dilalui.
Ada yang lancar.
Ada yang penuh rintangan.
Ada yang penuh kegembiraan.
Ada pula yang penuh kegetiran.
Semua pasti mengalaminya.
Itulah kehidupan manusia.

Saat kita berumur 20 tahun merasa sungguh enak kalau kita tampan atau cantik.

Saat kita 30 tahun merasa sungguh enak andaikan kita kembali muda lagi.

Saat kita 40 tahun merasa sungguh enak andai kita punya banyak uang.

Saat kita 50 tahun merasa ada kesehatan sungguh enak sekali.

Saat kita 60 tahun merasa untuk dapat hidup saja sudah sangat bagus.

Saat kita 70/80 tahun merasa kenapa hidup ini serasa sangat singkat sekali. Tempus fugit!! (301212)

Markus Marlon
Selamat Tinggal 2012 dan Selamat Datang 2013
Sent by PDS
http://pds-artikel.blogspot.com

Tidak ada komentar: