Seorang gadis di kampung nelayan hamil di luar nikah,
Setelah berkali-kali dipukuli, akhirnya ia mengaku bahwa
bapak dari anak yang dikandungnya adalah Guru Zen
yang merenung sepanjang hari di dalam kuil di luar desa.
Orangtua si gadis bersama banyak penduduk desa
beramai-ramai menuju kuil. Dengan kasar mereka
menyerbu Guru yang sedang berdoa.
Mereka menghajarnya karena kemunafikannya dan
menuntut bahwa ia sebagai bapak anak itu wajib
menanggung biaya untuk membesarkannya.
Jawaban Guru itu hanyalah, 'Baiklah, baiklah.'
Setelah orang banyak pergi meninggalkannya,
ia memungut bayi itu dari lantai. Ia minta supaya seorang
ibu dari desa memberi anak itu makan dan pakaian serta
merawatnya atas tanggungannya.
Guru itu jatuh namanya. Tidak ada lagi orang yang datang
untuk meminta wejangannya.
Ketika peristiwa itu sudah berlalu satu tahun lamanya,
gadis yang melahirkan anak itu tidak kuat menyimpan
rahasianya lebih lama lagi. Akhirnya ia mengaku, bahwa ia
telah berdusta. Ayah anak itu sebetulnya adalah pemuda
di sebelah rumahnya. Orangtua si gadis dan para
penduduk kampung amat menyesal. Mereka bersembah
sujud di kaki Guru untuk mohon maaf dan meminta kembali anak tadi. Guru
mengembalikannya dan yang
dikatakannya hanyalah: 'Baiklah. Baiklah!'
Orang yang sungguh-sungguh sadar!
Kehilangan nama ? Tidak banyak berbeda dengan
kehilangan kontrak yang mau ditandatangani dalam
mimpi. (Anthony de mello)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar