Kamis, 10 Juli 2008

Berpikir Sederhana

Berpikir Sederhana

Terpetik sebuah kisah, seorang pemburu berangkat ke hutan dengan membawa
busur dan tombak. Dalam hatinya dia berkhayal mau membawa hasil buruan yang
paling besar, yaitu seekor rusa. Cara berburunya pun tidak pakai anjing
pelacak atau jaring penyerat, tetapi menunggu di balik sebatang pohon yang
memang sering dilalui oleh binatang-binatang buruan. Tidak lama ia menunggu,
seekor kelelawar besar kesiangan terbang hinggap di atas pohon kecil tepat
di depan si pemburu. Dengan ayunan parang atau pukulan gangang tombaknya,
kelelawar itu pasti bisa diperolehnya. Tetapi si pemburu berpikir : "Untuk
apa merepotkan diri dengan seekor kelelawar ? Apakah artinya dia dibanding
dengan seekor rusa besar yang saya incar ?"

Tidak lama berselang, seekor kancil lewat. Kancil itu sempat berhenti di
depannya bahkan menjilat-jilat ujung tombaknya tetapi ia berpikir, "Ah,
hanya seekor kancil, nanti malah tidak ada yang makan, sia-sia". Agak lama
pemburu menunggu. Tiba-tiba terdengar langkah-langkah kaki binatang
mendekat, pemburupun mulai siaga penuh, tetapi ternyata, ah... kijang. Ia
pun membiarkannya berlalu. Lama sudah ia menunggu, tetapi tidak ada rusa
yang lewat, sehingga ia tertidur. Baru setelah hari sudah sore, rusa yang
ditunggu lewat. Rusa itu sempat berhenti di depan pemburu, tetapi ia sedang
tertidur. Ketika rusa itu hampir menginjaknya, ia kaget. Spontan ia
berteriak, "Rusa !!!" sehingga rusanya pun kaget dan lari terbirit-birit
sebelum sang pemburu menombaknya. Alhasil ia pulang tanpa membawa apa-apa.

Renungan :
Banyak orang yang mempunyai idealisme terlalu besar untuk memperoleh sesuatu
yang diinginkannya. Ia berpikir yang tinggi-tinggi dan bicaranya pun
terkadang sulit dipahami. Tawaran dan kesempatan-kesempatan kecil dilewati
begitu saja, tanpa pernah berpikir bahwa mungkin di dalamnya ia memperoleh
sesuatu yang berharga. Tidak jarang orang-orang seperti itu menelan pil
pahit karena akhirnya tidak mendapatkan apa-apa. Demikian juga dengan
seseorang yang mencari pasangan hidup. Kalau dia mengharapkan seorang
gadis cantik atau perjaka tampan yang baik, pintar dan sempurna lahir dan
batin, harus puas dengan tidak menemukan siapa-siapa.

Berpikir sederhana, bukan berarti tanpa pertimbangan logika yang sehat. Kita
tentunya perlu mempunyai harapan dan idelaisme supaya tidak asal tabrak.
Tetapi hendaknya kita ingat bahwa seringkali Tuhan mengajar umat-Nya dengan
perkara-perkara kecil terlebih dahulu sebelum mempercayakan perkara besar
dan lagi pula tidak ada sesuatu di dunia yang perfect, yang memenuhi semua
idealisme kita. Berpikirlah sederhana.

Sumber : Unknown.

Tidak ada komentar: