Rabu, 08 Juli 2015

Hidup, ya bekerja.

HIDUP, YA BEKERJA
(Kontemplasi Peradaban)
 
“Agere volentem
semper meditari decet” – yang punya
 keinginan untuk melakukan haruslah ia
 selalu merenungkannya (Decimus Magnus Ausonius).
 
       Dalam suatu kesempatan saya dikejutkan oleh seseorang yang berkata demikian, “berani mati itu mah biasa, tetapi yang luar biasa  adalah berani hidup.” Memang, hidup itu sulit, meskipun ada yang mengatakan bahwa  life is beautiful atau hidup itu mudah. Seneca (4 seb.M – 65) mengatakan, “Vivere  militare” – hidup itu adalah perjuangan.  Dan bekerja itu sendiri adalah suatu perjuangan.  Erich Fromm (1900 – 1980) berkata bahwa manusia adalah makhluk yang bekerja. Sebelum itu ada ungkapan “homo faber” – manusia makhluk yang bekerja. Ungkapan ini hendak menunjukkan bahwa manusia baru merasa bermakna jika mengaktualisasi diri.
Selagi manusia hidup, ia ingin hidupnya bermakna. Nabi Muhammad  SAW berkata, “Sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang bermanfaat bagi orang lain.” Itulah sebabnya, manusia ingin senantiasa eksis, meskipun mengalami banyak tantangan. Hal ini seperti apa yang dialami oleh pendiri Kompas (P.K. Ojong dan Jakob Oetama). Waktu akan di-bredel pada rezim Suharto (1921 –  2006) tahun 1978, Jacob Oetama mau menandatangani perjanjian yang diminta oleh penguasa. Jacob berpandangan bahwa  “mayat hanya bisa dikenang, tetapi tidak mungkin diajak berjuang” padahal perjuangan masih panjang dan membutuhkan sarana; antara lain media massa (Kompas, 28 Juni 2015). Barangkali hal ini seperti yang diucapkan Horatius  (65 seb.M – 8 M), “Extinctus amabitur idem” – begitu dia meninggal, dia akan disayang.
Banyak orang yang beranggapan bahwa dengan bekerja orang mencapai kemuliaan, “Gloria  sine labore nulla” – tanpa ada kerja tidak ada kemuliaan. Ungkapan  ini memang benar adanya. Bekerja, pada akhirnya memberi kesenangan dan gairah dalam hidup. Horatius  dalam suatu kesempatan berkata, “Vitae summa brevis spem nos vetat incohare longam” – bahwa hidup ini pendek, tidaklah dilarang merencanakan sebuah kehidupan yang panjang.  Lantas kita pun berkata, “Bukankah banyak orang yang sudah lanjut usia, tetap ingin bekerja?”  Karena, “Labor est etiam ipse voluptas” – kerja itu sendiri juga merupakan sebuah kenikmatan, seperti yang dikatakan Manilius, penyair Romawi yang hidup pada zaman Kaisar Agustus (63 seb.M – 14 M).
Akhirul kalam, hidup kita di dunia ini bukan tanpa tujuan. Orang Jawa memiliki ungkapan yang menarik, “Sangkan paraning dumadi” yang berarti kita datang ke dunia dan akan kembali kepada sang pencipta.  Kahlil Gibran (1883 – 1931) dalam  bukunya yang berjudul, “Jesus the Son of Man” menulis,  “Saat-Ku belum tiba. Banyak hal yang masih harus kukatakan kepadamu dan banyak perbuatan yang masih harus  Kulakukan sebelum Kuserahkan nyawa-Ku demi dunia."

Rabu, 8 Juli 2015   Markus Marlon  
 

Tidak ada komentar: