Senin, 03 November 2014

Rileks

RILEKS
(Kontemplasi  Peradaban)
 
Waktu saya menikmati pemandian santai di  "Relax Spa" – Cirebon beberapa tahun yang lalu, sejenak saya terkesima dengan tulisan ruangan spa  tersebut, "Santai adalah Rileks."   Spa sendiri – sejauh saya tidak salah ingat – merupakan akronim dari  "Sanitas per Aquam"  atau  "Salus per aquam"  – Kesehatan melalui Air.
          Kadangkala, orang menyamakan antara "santai" dengan "rileks," padahal kedua kata tersebut tidak sama. Kata "santai" itu berasal dari bahasa Palembang yang berarti: seenaknya atau  tidak bersungguh-sungguh. Ada juga yang mengatakan bahwa santai itu kependekan dari santap sambil melantai, makan-makan sambil duduk di lantai dan mendengarkan lagu.  "Uenak tenan" – enak sekali.  Sedangkan  "rileks" dari bahasa Latin, "relaxare" yakni: re, ke awal, lagi + laxare,  menjadi kendor. "Rileks"  yang dalam bahasa Inggris  relax berarti tidak tegang atau kendor.  Mungkin setelah berjam-jam bekerja kepala menjadi tegang, seseorang perlu untuk  refreshing,  relaxing dan itu bisa didapat dengan rekreasi.
          Pernah ada sebuah  pertanyaan yang ditujukan kepadaku, "Percayakah kamu bahwa pada saat rileks, banyak  masterpiece  – karya agung yang tercipta?"   Cicero (106 – 43 seb. M) ahli pidato, pengacara, politikus dan filsuf  Romawi pernah berkata,  "Homo relaxus"  – orang yang rileks memiliki daya cipta dan ide-ide yang tak terduga. Dalam suasana rileks, ide-ide yang terkurung menjadi "liar". Bahkan Albert Einstein (1879 – 1955) pernah berkata,  "thinking will onl get you from A to B, but imagination is able to take you from A to wherever" – nalar hanya akan membawa Anda dari A menuju B, tetapi imaginasi membawa Anda dari A ke mana pun.
          Seringkali kita mendengar  joke seperti ini, "Kantornya dipindahkan ke lapangan  golf"  Lelucon itu muncul bukan tidak tanpa alasan. Para bos dan para pemimpin tinggi dalam pemerintahan atau para direktur utama,  adalah pemegang kebijakan, stakeholder  atau pembuat   keputusan, decision maker.  Biasanya mereka tidak mengambil keputusan pada saat yang  otot dan suasana tegang. Tidak heranlah jika lobby, makan siang di restoran yang memberi suasana nyaman dan tenang acapkali dijadikan tempat pertemuan  – yang bisa jadi – menentukan nasib orang banyak.
          "Mungkin kita ingat pencipta lagu  masyur Beethoven?"  Ludwig van Beethoven (1770 – 1827)  adalah seorang komponis musik  klasik dari Jerman dan karyanya yang terkenal adalah "Simfoni ke-5"  dan "Simfoni ke-9" dan "Für Elise."  Ternyata beberapa simfoni itu dihasilkan dari kreasi mengubah yang enteng dan remeh-temah menjadi berbobot.  Yok, kita rileks jika otot tegang. Namun jangan seperti yang dinyanyikan Rhoma Irama, "Yok  kita santai agar otot tidak tegang!"

Senin, 03 November 2014   Markus Marlon
 
Website :
http://pds-artikel.blogspot.com

Tidak ada komentar: