(Kontemplasi Peradaban)
"Sebuah kamar dinilai bersih kalau tidak ada sarang laba-laba" kata sebuah ungkapan. Coba saja jika kita menginap pada sebuah "Hotel Melati" misalnya dan ternyata ada sarang laba-laba, tentu saja kita akan mengurungkan niat untuk menginap di sana.
Memang, laba-laba kadang-kadang menjijikkan untuk beberapa orang, apalagi ketika laba-laba itu menggunakan jaringnya untuk menjerat mangsa. Sadis bener! Melihatnya kita menjadi tidak simpati kepadanya. Bahkan ada pepatah Latin, "plenus sacculus est aranearum" – kantong uang itu penuh laba-laba. Ungkapan yang dicetuskan oleh Catullus (84 – 54 seb. M) memiliki makna: dompetnya kosong.
Arānea yang dalam bahasa Latin berarti laba-laba itu dalam Mitologi Yunani memiliki nama yang tidak harum. Tulisan Sukartini Silitonga – Djojohadikusuma dalam bukunya yang berjudul, "Mitologi Yunani" mengajak kita untuk menimbang asal-usul si laba-laba itu. Pada waktu itu, hiduplah seorang wanita muda bernama Arakhne. Ia dinilai sombong, terlebih karena kepandaiannya menggunakan jarum. Bahkan dia tidak ragu-ragu mengukur kepandaiannya dengan Athena. Padahal Dewi ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan ini luar biasa pandai menggunakan jarum.
Athena mengajak lomba Arakhne untuk berlomba menenun dan ia kalah. Karena malu, maka Arakhne ingin lari dan menggantung diri. Namun Athena tidak ingin Arakhne secepat itu hilang dari gelanggang, maka dengan cepat pula sang Dewi mengubahnya menjadi laba-laba. Arakhne dihukum untuk tidak henti-hentinya menenun dan "membuat jaring".
Setelah menyimak kisah-kisah di atas, seolah-olah tidak ada kebaikan dalam diri laba-laba itu. Tetapi jangan berprasangka buruk terlebih dahulu, karena ada laba-laba yang menjadi dewa penolong, "spider-man" contohnya. Kisah fiksi ini sudah difilmkan dengan berbagai versi. Dan meskipun memiliki rekam jejak yang negatif, laba-laba atau sering juga disebut tarantula itu memiliki kisah yang menarik dalam menyelamatkan nabi-nabi besar: Nabi Isa Al-Masih 'alaihissalam dan Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Tatkala laba-laba itu melihat bayi Isa as yang digendong ibunya dan ingin bersembunyi dari pengejaran, ia memutuskan untuk menyelamatkan-Nya. Hal yang ia lakukan adalah menenun jaring di pintu masuk gua, sehingga jaring itu menjadi semacam kain pelindung yang menghangatkan lubang di dalamnya.
Di luar gua terdengar derap sepatu tentara-tentara yang dikirim oleh Herodes mencari bayi untuk dibunuh. Ketika rombongan tentara itu tiba di depan gua, mereka ingin segera menerobos masuk ke dalam gua dan mencari bayi Isa as. Ketika kapten melihat adanya jaring yang dibuat oleh laba-laba, ia pun berkata, "Lihat jaring laba-laba ini. Jaring ini sama sekali tidak rusak, sehingga tidak mungkin ada orang di dalamnya." Berkat sang laba-laba, selamatlah Nabi Isa as.
Nabi Muhammad pun berhutang nyawa kepada laba-laba. Pada saat Muhammad meninggalkan Mekkah bersama sahabat karibnya Abu Bakar, kemarahan orang-orang suku Quraisy sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan membiarkan kedua orang yang akan berpindah tempat itu sampai di Madinah dengan tenang. Namun Allah melindungi mereka dengan mengirimkan seekor laba-laba yang menenun jaring melintang di mulut gua dan sepasang merpati yang membuat sarang dekat jalan masuk gua. Ketika para pencari tiba di gua, mereka dengan segera melupakannya karena tempat tersebut tidak pernah didatangi orang seperti terbukti dari sarang laba-laba dan merpati. Kanjeng Nabi dan Abu Bakar pun selamat, kemudian melanjutkan perjalanan kepindahan mereka ke Medinah (Bdk. Buku dengan judul "The Everything Koran Book" tulisan Duaa Anwar. Hlm. 35).
Tuh khan, "Kalau tidak ada laba-laba pada waktu itu, bagaimana yang akan terjadi dunia ini?" Jaringan yang saling ber-connect itu aslinya mirip jaring yang dibuat laba-laba. Dunia zaman sekarang ini, manusia saling terhubung dan dari sana muncullah istilah www, World Wide Web atau JJJ, Jejaring Jagat Jembar. Akhirnya, laba-laba, "terima kasih atas jasamu!"
Rabu, 12 November 2014 Markus Marlon
Website :
http://pds-artikel.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar