Jumat, 07 November 2014

Boros

BOROS
(Kontemplasi  Peradaban)
   
"Orang bijaksana bukanlah orang yang memperbanyak kebutuhan, tetapi mereka yang mampu membatasi kebutuhan. Dengan cara membatasi diri, ia akan mencapai kepuasan. Ia menghindari tindakan yang berlebihan" (Epikuros, 342 – 270 seb. M).
 
          Dalam dunia Islam kita mengenal Syaikh As Sa'di  rahimahullah  (1889 – 1956) seorang ahli bahasa Arab dan ahli fiqih serta ahli tafsir yang mengatakan bahwa orang yang boros disebut temannya setan karena setan tidaklah mengajak selain pada sesuatu yang tercela. Setan mengajak manusia untuk pelit dan hidup boros atau berlebih-lebihan. Padahal Allah memerintahkan kita untuk bersikap sederhana dan pertengahan (tidak boros dan tidak terlalu pelit).
          Dalam situasi politik yang mengerucut seperti saat ini, serta berita-berita miring tentang para pejabat yang korupsi, perlulah "dihadirkannya" sebuah  "pemerintahan yang bersih."  Konsekuensi logis dari itu adalah bahwa pemerintah harus menjadi pionir untuk hidup ugahari dan tidak boros. Tjahyo Kumolo (Mendagri) meminta supaya seluruh Pemda harus mengurangi pemborosan. Hal-hal yang tidak perlu dibelanjakan lebih baik diarahkan untuk petani, nelayan dan buruh…" (Luwuk Post, 4 November  2014).  Dana Kementrian – Presiden meminta kabinet transparan dan tidak boros (Kompas, 4 November 2014).
          Maria Antoinette (1770 – 1793) permaisuri dari Louis XVI (1754 – 1793) memiliki banyak julukan namun sayang bahwa  sebagian besar julukan itu negatif.  Ia sering merayakan pesta di istana, membelanjakan barang-barang perhiasan yang mahal-mahal, bahkan ketika negeri Prancis mengalami kesulitan keuangan, "Ia berfoya-foya di atas penderitaan rakyat."  Seneca (4 seb. M – 65 M), filsuf-negarawan-dramawan  mengatakan, "Invisa nunquam imperia retinentur diu" – pemerintahan yang dibenci tidak pernah dapat bertahan lama.  Dan akibatnya dapat kita ketahui, ia dan suaminya dihukum pancung dengan hukuman  guillotine.  Memang, "gula plures interemit quam gladius" – kerakusan itu (dapat) membinasakan lebih banyak hal dibandingkan dengan pedang.

          Keinginan manusia itu tidak terbatas. Mahatma Gandhi (1869 – 1948)  pernah berkata, "Seluruh isi bumi ini tidak cukup bagi orang yang serakah" dan kata-kata itu benar adanya. Tidak jarang kita melihat para ibu yang suka belanja dan kebanyakan yang dibeli itu bukan yang dibutuhkan tetapi yang diinginkan (Bdk. Buku dengan judul  "Miss Jinjing – banjir diskon").  Lantas, dalam dunia pewayangan kita kenal tokoh, Petruk yang bergelar  "kanthong bolong" – sakunya berlubang, sehingga uang terus-menerus keluar.  Ia membelanjakan – barangkali –  hal-hal yang tidak berguna, useless expenditure. Orang semacam itu dalam kitab Amsal dikatakan, "Harta yang indah dan minyak ada di kediaman orang bijak tetapi orang bebal memboroskan hartanya" (Ams 21: 20). 

Kamis, 06 November 2014   Markus Marlon

__._,_.___
Website :
http://pds-artikel.blogspot.com

Tidak ada komentar: