Rabu, 07 Mei 2014

Ikhlas

IKHLAS 
( M   o   t    i   v   a   s   i )

          Saya pernah membaca sebuah kata-kata mutiara pada sebuah tempat ibadah, "Some people think that makes us hold on to that strong. Fact, sometimes it let must let loose that makes us stronger" – Sejumlah orang mengira bahwa berpeganglah yang membuat kita kuat. Padahal kadang-kadang justru membiarkannya lepaslah yang membuat kita  kuat (Sylvia Robinson, penyanyi berkebangsaan Amerika: 1936 – 2011).  Berpegang tangan dan saling tergantung memang baik. Tetapi jika selalu saling tergantung akan membuat orang tidak menjadi dewasa. Orang takut kehilangan.
          Dalam hidup ini, mungkin kita pernah memiliki pengalaman kehilangan. Dan memang, pengalaman kehilangan itu menyakitkan.  Coba kita bayangkan bagaimana jika seseorang yang sudah bertahun-tahun  "membesarkan" perusahaan, tetapi bersamaan dengan  bergulirnya waktu,  perusahaan tersebut  pailit dikarenakan ulah "anak buah" yang tidak bertanggung jawab. Di sinilah, ia merasa amat kehilangan. Rasa kecewa dan sakit hati, datang silih berganti.  Namun pada akhirnya orang tersebut berpasrah dan ingat akan kata-kata  Paulo Chelho (Lahir di Rio de Janeiro, 24-8-1947) yang menulis, "No one losses anyone, because no one owns anymore. That is the true experience of freedom: having the most impotant thing in the world without owning it" – Tak ada yang kehilangan siapa pun, karena tak ada yang memiliki siapa pun. Itulah pengalaman kebebasan yang sejati: sepenting apa pun, memunyai tidak harus memiliki.
Mahatma Gandhi (1869 – 1948) punya pengalaman menarik. Ketika naik kereta api, sandal yang satunya terjatuh dan terlempar di sela-sela rel. Gandhi kemudian melepaskan sandal satunya dan dilemparkan keluar. Ketika orang menyaksikan peristiwa itu, Gandhi berkata, "Dengan membuang yang satunya maka sandal itu akan bermanfaat bagi orang lain yang menemukan sandalku."  Kata-kata itu memang terbukti benar adanya. Beberapa orang berkata bahwa jika diri mereka  murah hati dan mudah memberi, maka dirinya akan banyak rezeki,  "Hidup bagi diri sendiri dan kita akan hidup dalam kesia-siaan. Hiduplah bagi dan bersama orang orang lain, maka hidup kita akan semakin bermakna."
"Berbagi" memang tidak mudah. Namun dengan latihan hari demi hari, maka kita akan menjadi pribadi yang suka berbagi bahkan berbagi yang mungkin berat. MAW Brouwer dalam bukunya yang berjudul, "Antara Senyum dan Menangis" menulis, "Lepaskanlah, lepaskanlah kata Johann Wolfgang von Goethe (1749 – 1832). Orang tua pada suatu ketika harus melepaskan anaknya. Ibu harus melepaskan cucunya, gadis harus melepaskan kecantikannya…"

Rabu, 07 Mei 2014   Markus Marlon



Sent by PDS
http://pds-artikel.blogspot.com

Tidak ada komentar: