Minggu, 23 Maret 2014

Tetangga

TETANGGA

Tadi Malam saya mengeluh dalam hati tentang "keributan" tetangga sebelah. Sobat-sobat yang pernah tinggal di Minahasa - Manado mungkin tidak asing lagi dengan suara organ tunggal dan suara emas dari orang-orang Manado. Acara duka (kematian) maupun suka (HUT, pernikahan dan syukuran) - dipastikan - ada organ tunggal hingga subuh. Awalnya saya yang orang Jawa mengeluh kenapa sampai tengah malam mereka masih nyanyi-nyanyi. Suara keras lagi.

Tadi malam saya sungguh-sungguh mengeluh dengan tetangga sebelah. "Tapi mau apa?"

Daripada tidak bisa tidur, saya mulai mencoba memaknai dalam perspektif kata. Saya mencoba melihat arti: tetangga, tangga dan neighbours. Saya malah dipusingkan dengan kata "tetangga." Tetangga "real" - nyata saja sudah membuat pusing ditambah lagi kata tetangga itu sendiri.

Kata Neighbour dari Neighbor (Anglo-Saxon, "neah" - "near" artinya dekat dan "bur" artinya - husbandry artinya: pertanian. Atau bhs Belanda "Boer" dan bhs Inggris: "Boor". Neighbour awalnya menunjuk pada tempat dekat dengan wilayah pertanian. Sinonim dari Neighbour adalah "Vicinity" dari "vicus" artinya dusun.

Lalu saya berpikir, tetanggaku bukan sebuah dusun atau lahan pertanian tetapi rumah-rumah yang isinya manusia-manusia dengan segala keunikannya.

Saya lihat buku "Etnologi" dan ternyata tetangga itu berasal dari "tangga." Waktu kecil, kalau "simbok" saya mencari kutu dan sambil ngenggosip itu dinamakan "Nonggo"

"Bagaimana ini bisa terjadi?"

Dari cara hidup yang nomade ini. Kita dapat melihat bagaimana bentuk rumah bangsa Indonesia yang asli. Karena mereka mengembara di hutan-hutan yang banyak binatang buasnya. Untuk melindungi diri mereka mendirikan rumah di atas tiang (Di Manado namanya Rumah Panggung). Bahkan ada yang membuat rumah di atas pohon.

Dengan bentuk rumah yang demikian itu sebagai sarana untuk turun-naik digunakanlah alat yang disebut Tangga. Jadi alat itu dipergunakan dengan tujuan untuk bertemu. Maka muncullah kata Tetangga.

Dari sana pula saya bermimpi tentang "The Ladder od Jacob" yakni sebuah tangga yang menghubungkan antara surga dan dunia (Bdk. "Mimpi Yakob").

Tapi baiklah kita berrefleksi, makin tinggi tangga, maka makin baiklah relasi kita. Tetangga yang saling ketemu lama-lama malah akan tidak baik, "Adoh mambu kembang, cedhak mambu bathang" - Jauh bau bunga dekat bau bangkai. Srigunung.

Maka benar pepatah Inggris, "Good fence make good neighbours" - pagar yang baik menjadikan kehidupan bertetangga baik. Dan tidak bisa dipungkiri bahwa "rumput tetangga kadang-kadang lebih hijau." Ada-ada aja nih, tidak bisa tidur gara-gara tetangga malah bermimpi "tangga Yakub."

Senin, 24 Maret 2014 Markus Marlon


Sent by PDS
http://pds-artikel.blogspot.com

Tidak ada komentar: