Kamis, 26 Januari 2012

AIR MATA

AIR MATA
(Sebuah Percikan Permenungan)

Ketika saya mendengarkan sebuah petikan gitar, hati ini tergetar sebab
petikan itu melukiskan suatu kesedihan. Saya intip lembaran partitur dan
bertanya dalam hati, "mengapa lagu itu memiliki irama yang sedih?" Oh,
ternyata judulnya "Lacrima". Penasaran akan judul tersebut, kucari tahu lagi
maknanya dan artinya adalah air mata. Air mata memang memiliki banyak
konotasi. Orang beranggapan bahwa air mata senantiasa berkorelasi dengan
kesedihan dan penderitaan. Jawabnya, "Belum tentu!!"

Ada orang yang memiliki air mata buaya, yang pura-pura menangis untuk minta
belas kasihan. Tetapi juga ada air mata kegembiraan. Ketika seseorang
mengalami keberhasilan maupun lepas dari bahaya, ia mengeluarkan air mata.
Ini adalah air mata kebahagiaan dan syukur. Air mata pun memiliki pelbagai
kisah. Kisah air mata yang mengenaskan ada dalam kisah Mahabharata,
tulisan C. Rajagopalachari. Tidak ada orang yang tahu bahwa Karna yang
sementara beradu keahlian memanah untuk saling membunuh itu adalah putra
Kunthi. Ibu mana yang tidak sedih menyaksikan kedua anaknya perang tanding
dengan penuh kedengkian. Demi martabatnya sebagai ibu dari para pangeran,
Kunthi tidak mengakui Karna di muka umum sebagai putranya. Air mata Kunthi
tidak boleh keluar, yang semestinya mengalir deras. Inilah sebuah kesedihan
yang luar biasa. Seandainya Kunthi boleh memilih, tentunya dirinya ingin
menangis sepuas-puasnya memeluk Karna, putranya dan tidak rela jika anaknya
itu tewas dalam medan laga.

Barangkali kita pernah mendengar kata-kata, "Anak laki-laki dilarang
menangis." Tidak mengherankan jika seorang anak laki-laki yang terjatuh dan
menangis, sang ibu akan berkata, "Jangan menangis nak!, seperti anak
perempuan saja." Untuk urusan sang anak yang dibina untuk menjadi anak yang
tidak boleh menangis, saya menyaksikan film yang berjudul "Spartan". Film
ini dengan terus-terang mengukuhkan bahwa dunia kaum laki-laki adalah
kekerasan, pantang menyerah dan yang terpenting adalah tidak boleh air mata
mengalir dari pelupuk matanya. Sadis memang!!

Tetesan air mata bukan monopoli kaum hawa saja. Kisah-kisah kepahlawanan
atau wiracerita tidak menyembunyikan kaum laki-laki, bahkan seorang raja
agung yang bernama Raja Priamus pun mengeluarkan air mata. Saat sang Raja
menyaksikan putranya sendiri yang bernama Hektor, mati dibunuh secara keji
oleh Achilles, Sang Raja mengeluarkan air mata. Kisah ini bisa dibaca dalam
buku klasik yang berjudul "Iliad" tulisan Homerus (± abad ke VIII SM). Atau
Durna, seorang guru para pangeran Kurawa dan Pandawa, menangis
sehabis-habisnya tatkala mendengar kematian putranya Aswatama - meskipun
sebenarnya yang mati pada waktu itu adalah Estitama, nama seekor gajah.
Yesus, seperti ditulis oleh Lukas amat sedih dan menangisi kota Yerusalem.
Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, ia menangisinya. Katanya,
"Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang
perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi
matamu (Luk. 19: 41). Saat ini, kita bisa menyaksikan di kota Yerusalem
berdiri megah sebuah gereja yang bernama Gereja "Dominus Flevit", artinya
Gereja Tuhan Menangis. Dalam imajinasi, kita bisa membayangkan, tentunya air
mata mengalir dengan derasnya dari mata Yesus. Kesedihan Yesus bisa
dipahami. Yesus begitu mencintai umat manusia dan merindukan keselamatan
bagi umat-Nya.

Pepatah Latin yang berbunyi, "Lacrima nihil citius arescit" yang berarti
tidak ada yang lebih cepat mengering daripada air mata, mengajak kita untuk
menyadari bahwa betapapun orang menangis dengan bercucuran air mata, cepat
atau lambat, akan mengering dan kesedihan pun terobati. Entah benar, entah
salah seseorang yang memiliki beban berat dalam hidupnya tidak ada senjata
lain kecuali menangis. Dan setelah air mata keluar, rasa legalah yang
didapat dalam hati.

Setelah menulis beberapa artikel di depan Komputer, air mataku jatuh
berlinang. Saya keluar dan melihat taman yang hijau di kebun Skolastikat dan
dengan segera air mata pun mengering. Memang benar kata pepatah Latin tadi,
bahwa tidak ada yang lebih cepat mengering daripada air mata.

Skolastikat MSC, 18 Mei 2011
Jl. Manado - Tomohon KM. 9
Pineleng II, Dusun VI
MANADO
Sulawesi Utara

Markus Marlon MSC

Tidak ada komentar: