Rabu, 18 Januari 2012

KESEMPATAN

KESEMPATAN
(Sebuah Percikan Permenungan)

Pada sebuah negeri antah berantah, hiduplah seorang punggawa kerajaan yang
ingin menjadi kaya. Karena niatnya yang membara itu, ia hendak memulainya
dengan tinggal dalam keheningan di tepi sungai. Cicero (106 - 43) berkata,
"Animus hominis semper appetit agere aliquid" – jiwa manusia selalu ingin
melakukan sesuatu. Ia berjalan menyusuri tepi sungai dan duduklah di sana.
Kegelapan yang mencekam menyelimuti tempat itu dan punggawa itu menemukan
sekantong berisi "kerikil" tepat di bawah ia duduk.

Untuk mengisi waktu senggangnya, ia melemparkan "kerikil-kerikil" itu di
atas sungai dan suara plik-plik itu yang menjadi hiburan di tempat yang
gelap gulita. Setelah beberapa saat, pulanglah ia menuju pesanggrahannya
dengan membawa kantong tersebut. Dinyalakanlah lampu teplok itu dan suasana
kamar pun menjadi terang-benderang. Ketika mengintip isi kantung itu, betapa
terkejutnya dia, sebab "kerikil-kerilik" yang tadi dibuang itu ternyata
adalah mutiara, yang sekarang hanya tinggal satu. Ia telah membuang
kesempatan.

Ucapan H. Jackson Brown Jr yang berbunyi, "Nothing is more expensive than
a missed opportunity" yang berarti tidak ada harga yang lebih mahal
daripada peluang yang sudah hilang, rupanya bukan isapan jempol belaka.
Tulisan-tulisan Laura Ingalls Wilder seri Little House yang berjumlah 10
novel (dari Rumah Kecil di Rimba Besar sampai Pengelana Rumah Kecil) ini
merupakan cerita yang membangun watak (character building). Charles Ingalls
yang sering dipanggil Pa, sebagai kepala keluarga memberi pengajaran
kepada anak-anaknya untuk berani mengambil setiap kesempatan. Tatkala harus
mutasi dari daerah satu ke daerah yang lain, istrinya, Carolina Quiner
(1839 – 1924) tidak pernah mengeluh. Memang benar apa yang dikatakan
pepatah, "Orang bodoh membuang kesempatan, orang pandai mencari kesempatan
dan orang bijaksana menciptakan kesempatan." Keluarga ini berani
menciptakan kesempatan dan berani pula mengambil risiko. Tantangan mereka
bertubi-tubi tiada henti, dari cuaca yang tidak bersahabat, hama belalang,
beruang, serigala dan last but not the least yakni suku Indian. Tantangan
dan bencana dari keluarga ini dianggap sebagai berkat. Pepatah Latin yang
berbunyi, "calamitas virtutis occasion" – sebuah kesempatan untuk munculnya
sebuah kebajikan rupanya diamini oleh penulis buku seri Little House ini.
Pendidikan karakter dari kedua orang tuanya itu membuat Laura menciptakan
kesempatan dengan cara menjadi guru di usia yang sangat muda dan bekerja di
rumah tukang jahit baju. Mereka adalah keluarga Kristen yang saleh dan
setiap kali menghadapi tantangan dan kesulitan selalu mengacu kepada Kitab
Suci. Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai
melampaui kekuatanmu (1 Kor 10: 13).

Tetapi karena kemalasannya, orang pun biasa menunda kesempatan yang ada.
Pepatah Inggris berujar, "opportunity seldom knocks twice." yang berarti:
kesempatan itu jarang datang untuk yang kedua kali. Saya kenal dengan
seseorang yang akan diberi proyek. Orang tersebut sudah dihubungi dan
ditunggu-tunggu oleh pemberi order, tetapi tidak datang-datang. Akhirnya,
proyek itu pun dialihkan kepada orang lain. Setelah, proyek itu mulai
dikerjakan, betapa menyesalnya orang tersebut, ternyata proyek itu bernilai
milyaran rupiah. Orang menunda kesempatan, karena – barangkali – sedang
menunggu kesempatan yang jauh lebih besar, atau menunggu tepat saatnya.
Tetapi kita harus ingat bahwa hidup kita yang nyata itu adalah saat ini dan
kini, hic et nunc. Thomas Carlyle pernah berkata, "Our main business is not
to see what lies dimly at distance, but to do what lies clearly at hand"
yang artinya: Tindakan utama yang harus kita kerjakan bukanlah melihat apa
yang terletak samar-samar di kejauhan sana, melainkan melaksanakan apa yang
kelihatan dengan jelas di depan mata. Antony de Mello dalam Burung Berkicau,
melukiskan bahwa orang yang menunda kesempatan itu bagaikan seorang
membacakan surat cintanya kepada pujaan hatinya, padahal dia ada di
depannya. Horatius (65 – 8) pernah berkata, "Rapiamus occasionem de die" –
marilah kita tangkap kesempatan itu ketika masih ada hari. Karna dalam
pewayangan digambarkan sebagai seorang bangsawan, karena dia adalah putra
Kunthi dengan Dewa Indra. Namun oleh Pandawa, dirinya dianggap sebagai
Radeya. Maka sedihlah hati Karna itu. Dalam situasi yang amat kalut,
Doryudana mengangkat dia menjadi saudaranya. Dari sana pula, ia menjadi
Adipati Awangga. Kesempatan yang diberikan pangeran Astina itu tidak
disia-siakan, sehingga berani membela mati-matian melawan saudara kandungnya
sendiri, Arjuna (Kompas 20-11-2011). Ungkapan Kanjeng Nabi Muhammad,
"Sembahyanglah seperti kau ini akan mati besok pagi" rupanya baik untuk
menjadi renungan kita.
Orang tidak berani mengambil kesempatan, karena takut ambil resiko. Hidup
bersama dengan orang lain, membuat kita merasa bahwa orang lain menjadi
"pengamat" apa yang kita kerjakan. Sebelum orang mengerjakan sesuatu, ia
sudah takut melakukannya, karena jangan-jangan akan gagal. Orang itu telah
kalah sebelum bertanding. Sebelum berperang, orang meruntuhkan mental
lawannya. Robert Green dalam 48 Hukum Kekuasaan, mengisahkan tentang
Hannibal (264 – 182) Jendral Kartago yang memiliki strategi yang jitu. Ia
memasang obor-obor di tanduk-tanduk kerbau di malam hari. Dari ketinggian
para prajurit Romawi menjadi takut karena melihat obor-obor yang menyala
begitu banyaknya yang disangka adalah para prajurit Kartago. Prajurit Romawi
merasa gentar dan kehilangan kesempatan untuk berperang dengan gagah
perkasa. Cicero dalam suatu kesempatan juga pernah berkata, "Fortuna favet
fortibus" yang berarti nasib baik menyertai orang yang berani. Alexander
Agung adalah seorang pemimpin yang tidak mewariskan kekuasannya kepada
keturunannya. Ketika hendak meninggal, ia hanya mengatakan, "Pemimpin yang
meneruskanku adalah yang terkuat." Lance Kurke dalam The Wisdom of
Alexander the Great, menuliskan sebuah kisah tentang Alexander Agung yang
memotivasi para prajuritnya untuk mendapatkan tongkat komado. Ia berkata
bahwa setiap orang berhak memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi
pemimpin. Kisah Michael Jackson yang telah difilmkan itu memberikan
inspirasi kepada kita. Ketika Jackson tampil untuk pertama kali di panggung,
tiba-tiba mikrofon itu diserahkan kepadanya. Dengan penuh percaya diri
calon rocker dunia itu pun melantumkan lagu. Ibunya berkata, "Lihat,
anakku telah menemukan nasibnya." Vergilius (70 – 19) dalam Aeneas,
menulis, "fata viam invenient" – takdir itu menemukan jalannya sendiri.
Demikian pula Michelangelo (1475 - 1564) yang menemukan takdirnya sebagai
pelukis. U Cheng Fang dalam Michelangelo Buonarroti, memberikan ilustrasi
bahwa Micaelangelo sebenarnya adalah seorang pematung. Ia memahat patung
yang termasyur seperti: David di Firenze, Nabi Musa dan Pieta yang sekarang
di Gereja St. Peter. Tetapi oleh Paus Paulus III, pematung itu diangkat
sebagai arsitek bangunan Gereja St. Peter yang megah itu. Pada waktu itu ia
bergumul dengan dirinya sendiri dan masuk café serta mabuk. Ketika keluar
dari café, ia melihat pemandangan yang sangat indah yang ternyata
menginspirir lukisan fresco di plafon kapel Sikstina. Michelangelo tidak
menolak kesempatan yang diberikan oleh Paus Paulus III itu dan kini namanya
menjadi agung sebagai arsitek gereja terbesar di dunia. Saya tidak habis
pikir, bagaimana seandainya pada waktu itu sang maestro itu menolak usul
sang Paus tersebut.

Saya tinggal di Biara dan sejak di Seminari diwajibkan untuk siesta (tidur
siang). Sekarang pun di usia yang sudah menua ini masih mewajibkan diri
untuk siesta. Suatu kali ada tamu dari Manado yang singgah di Biara Hati
Kudus – Pineleng. Setelah makan siang, saya masuk kamar dan di pintu saya
tulis, "Sedang Tidur Siang. Jangan Diganggu"

Siang itu rupanya ada keluarga yang datang membawa sesuatu untuk saya,
tetapi karena saya sedang menikmati "jam suci" maka tamu itu pun
melanjutkan perjalanan ke Tomohon. Sampai di Tomohon, orang ini menulis
sms, "Pater, tadi saya singgah mau kasih uang untuk biaya makan para frater
selama satu bulan, tetapi berhubung sedang istirahat dan tidak boleh
diganggu, maka uang itu saya berikan kepada orang lain." Memang, Dewi
Fortuna tidak memihak orang yang malas. Mea culpa, karena kesalahanku!!

Skolastikat MSC, 28 November 2011
Biara Hati Kudus – Pineleng
Jl. Manado – Tomohon KM. 09
MANADO – Sulawesi Utara – 95361

Markus Marlon msc

Tidak ada komentar: