Senin, 16 Januari 2012

BARU

BARU
(Sebuah Percikan Permenungan)

Nil novi sub sole adalah kata-kata Pengkotbah yang berarti: tidak ada yang
baru di bawah matahari (Pkh 1: 9). Kata-kata tersebut mematahkan semangat
kita dalam menyikapi tahun baru 2011. Mungkin di antara kita sudah berniat
untuk: hidup baru, semangat baru dan banyak perabot baru yang sudah kita
siapkan dalam menghadapi tahun yang baru.

Sesuatu yang baru pasti menarik. Kalau kita melihat entertainment di
Televisi-televisi swasta, ada acara yang berisi puji-pujian dan
keterpesonaan satu sama lain bagi pasangan artis yang sedang jatuh cinta
atau pengantin baru. Tetapi lihat, nanti jika akan bercerai, maki-makian
datang bertubi-tubi yang tidak datang satu per satu seperti mata-mata,
tetapi satu batalyon. L'histoire répète! Sejarah berulang.

Kisah hidup manusia itu dari adanya peradaban manusia hingga detik ini,
tidak luput dari: keserakahan akan harta, perebutan wanita dan konspirasi
tahta. Tiga Ta (Wanita, Tahta dan Harta). Lihat saja kisah asmara yang
pernah menghebohkan dunia. Banyak penulis yang menggoreskan penanya untuk
melukiskan kecantikan Cleopatra (69 – 30 seb. M) yang kisah cintanya dengan
Julius Caesar (100 – 44 Seb. M) dan dilanjutkan dengan Mark Antony (82 – 30
Seb. M) tidak lekang oleh panas dan tidak lapuk oleh hujan. Layar lebar
yang dibintangi oleh Elizabeth Tailor (1932 – 2011) yang berjudul, Cleopatra
memang luar biasa. Kisah berikutnya adalah Theodora, tokoh utama novel yang
berjudul Wanita, tulisan Paul Willman. Dan yang tidak kalah serunya adalah
kisah Simson dan Delila (Hak 16: 1 – 3 ).

Kisah perebutan tahta bertaburan di mana-mana. Dari setiap negara dan
bangsa, menyimpan kisah-kisah suksesi yang kadang membuat bulu kuduk
berdiri. Dalam dunia politik ada adagium Latin yang berbunyi, "Hostis aut
amicus non est in aeternum; commode sua sunt in aeternum" yang berarti:
tidak ada kawan dan lawan yang abadi; yang abadi hanyalah kepentingan.
Bahkan kota Vatikan, yang adalah sebagai kota suci tidak luput dari
perebutan tahta ini. Brenda Ralph Lewis dalam Sejarah Gelap para Paus:
Kejahatan, pembunuhan dan Korupsi di Vatikan, memperlihatkan kepada kita
bagaimana intrik dan konspirasi mendominasi setiap kisah dari buku
tersebut. Tahta untuk Rakyat, sebuah biografi yang mengisahkan Sri Sultan
Hamengku Buwono IX (1912 – 1988) menjadikan kita optimis bahwa sang sultan
tidak pernah menggunakan hak istimewanya bagi kehidupannya sehari-hari.

Robert Harris dalam Imperium, mengajak kita untuk meliat bahwa harta menjadi
perebutan para senator. Cicero (106 – 43 Seb. M) pernah mengatakan, "Ikan
itu mulai membusuknya dari kepala. Untuk itu, orang-orang atasan (pimpinan)
yang korup harus kita penggal terlebih dahulu." Semua bisa dibeli dengan
uang. Sejak zaman Romawi kuno, uang memainkan peranan penting. Maka
muncullah istilah pecunia non olet yang berati: uang itu tidak pernah bau,
terjemahan bebasnya: siapa pun suka pada uang. Bahkan dalam lelucon muncul
kata, "Uang yang Mahakuasa."

Nil novi sub sole, tidak ada yang baru di bawah matahari. Keserakahan, nafsu
dan perebutan tahta hingga hari ini menjadi primadona bangsa Indonesia.
Opini-opini di media cetak dan elektronik yang berisikan para badut politik
pilihan rakyat, membanjir tak terbendung. Rakyat kecil jenuh dibuatnya dan
cenderung apatis. Vox pupuli vox Dei, suara rakyat, suara Tuhan. Semoga
Tuhan tidak salah memilih wakil-wakil rakyat.

Menyaksikan para badut politik, kita bersama Cicero berseru, "O tempora!
O mores!" oh zaman apakah ini! Akhlak macam apakah ini! Ungkapan ini adalah
kutipan dari sebagian pidato Cicero melawan Catilina (109 – 63 Seb. M),
seorang politikus Romawi pada 8 November 63 Seb. M. Orang-orang yang
pesakitan karena dituduh korupsi tidak merasa malu lagi. Dengan gagah
perkasa mereka berani "bernyanyi" dan mengadakan konperensi pers. O tempora!
O mores!

Tetapi kita tidak perlu pesimis maupun apatis. Dalam keterperukan masih ada
harapan. Dalam mitologi Yunani, ada kisah menarik yang mengisahkan tentang
"Kotak Pandora." Dikisahkan bahwa ada sebuah kotak yang berisi pelbagai
malapetaka dalam bentuk makhluk kecil bersayap warna coklat dan kotak
tersebut dihiasi dengan ornament yang amat memesona, yang – tentunya –
membuat setiap orang ingin membukanya. Pandora, si wanita itu ingin
sekali mengetahui isi kotak tersebut. Keinginannya begitu kuat, padahal
sudah diperingatkan supaya tidak membukanya. Tatkala kotak itu dibuka,
keluarlah malapetaka yakni segala macam penyakit dan tabiat buruk serta
kejahatan yang mengobrak-abrik umat manusia. Penyesalan selalu datang
terlambat. Pandora amat sedih. Sorak gembira serta-merta berubah menjadi
tangis yang tragis. Keluhan terdengar dari segala penjuru karena rasa sakit
dan ketakutan akan kematian. Namun, bagaimana pun juga dalam hati para Dewa
muncul belas kasihan kepada umat manusia (Bdk. Promotheus, Dewa yang
mencintai umat manusia dengan memberi api). Para Dewa "mengutus" makhluk
yang baik yakni Harapan, yang ditugaskan untuk menyembuhkan luka-luka
tersebut. Harapan, kumudian terbang melalui jendela dan menjalankan tugas
yang sama terhadap para korban lain untuk mengembalikan semangat mereka.
Harapan – meskipun kecil dan sedikit – amat berpengaruh besar bagi
kelangsungan hidup umat manusia. Situasi baru yang dialami oleh keluarga
Charles Ingalls mengajak kita untuk merenungkan bahwa situasi baru itu perlu
disikapi dengan baik dan optimis. Kesepuluh novel (Rumah Kecil di Rimba
Besar, Rumah Kecil di Padang Rumput dst) tulisan Laura Ingalls (1867 - 1957)
semuanya penuh dengan tantangan, namun disikapi dengan semangat yang baru.
Yesaya pernah menulis, "Buangkanlah dari padamu segala durhaka yang kamu
buat terhadap Aku dan perbaharuilah hatimu dari rohmu! Mengapakah kamu akan
mati, hai kaum Israel?" (Yeh 18: 31)

Kita sudah masuk tahun baru, 2012. Tahun yang baru ini, kita berniat untuk
membuka lembaran baru setelah Kotak dibuka oleh wanita yang bernama
Pandora. Niat-niat dan rencana-rencana baik sudah saya programkan. Saya
akan berusaha untuk lebih baik dari tahun yang kemarin. Tetapi, seandainya
tahun ini ada kesalahan dan kekilafan, saya boleh berkata, "Khan kesalahan
sudah ada sejak zaman Adam dan Hawa" Dan saya tambahkan lagi, "Nil novi
sub sole, tidak ada yang baru di bawah matahari." Bersama orang-orang
Papua, saya akan berkata, "Itu sudah!"

Skolastikat MSC, (menjelang) 01 Januari 2012
Biara Hati Kudus – Pineleng
Jl. Manado – Tomohon KM. 09
MANADO – Sulawesi Utara – 95361

Markus Marlon msc

Tidak ada komentar: