Minggu, 28 Februari 2010

RODA KEHIDUPAN

RODA KEHIDUPAN

Suatu hari seorang Murid bertanya kepada Gurunya,
"Guru, saya pernah mendengar kisah seorang arif yang pergi
jauh dengan berjalan kaki. Cuma yang aneh, setiap ada jalan
yang menurun, sang arif konon agak murung. Tetapi kalau
jalan sedang mendaki ia tersenyum. Hikmah apakah yang bisa
saya petik dari kisah ini?"

"Itu perlambang manusia yang telah matang dalam meresapi
asam garam kehidupan", jelas sang Guru.
"Itu perlu kita jadikan cermin. Ketika bernasib baik,
sesekali perlu kita sadari bahwa suatu ketika kita akan
mengalami nasib buruk yang tidak kita harapkan.
Dengan demikian kita tidak terlalu bergembira sampai
lupa bersyukur kepada Sang Maha Pencipta.
Ketika nasib sedang buruk, kita memandang masa depan
dengan tersenyum optimis. Optimis saja tidak cukup,
kita harus mengimbangi optimisme itu dengan kerja keras."

"Apa alasan saya untuk optimis, sedang saya sadar nasib
saya sedang jatuh dan berada di bawah," sang Murid
kembali bertanya.

"Alasannya adalah IMAN, karena kita yakin akan pertolongan
Sang Maha Pencipta", terang sang Guru.

Tidak ada komentar: