Kamis, 26 Maret 2009

Menyalahkan Orang Lain

Menyalahkan Orang Lain
Posted by: "Erwin Arianto" erwinarianto@gmail.com

Saya melihat seorang anak kecil sedang menangis karena kakinya tersandung
batu, dan anak tersebut berlari kearah orang tuanya sambil berkata "mama aku
jatuh tersandung batu ." dan orang tunya berkata " Diam sayang batunya nakal
nanti batunya mama marahi." kenapa harus menyalahi batu.
Suatu ketika di lingkungan kantor "Kenapa kamu tak dapat mencapai target
penjualan.", Tanya seorang manager ke pada supervisornya "Iya saya mempunyai
tem yang kurang solid", kenapa harus menyalahkan teamnya.

Ketika suatu saat saya mempunyai janji dengan kerabat untuk bertemu di satu
tempat pada pukul 9.00, ternyata kerabat saya datang pada pukul 10.30, dan
saya bertanya "kenapa telat..", " tadi supir taksinya jalanya pelan, dan
jalanan macet" saudara saya berkata, kenapa menyalahkan supir taksi dan
jalanan macet..

Begitu mudahnya kita melempar kesalahan kepada orang lain, disaat kita
terdesak.. dari beberapa kasus yang saya tulis diatas. Dari kasus pertama
saat kecil kita dibimbing untuk menyalahkan batu ketika kita tersandung dan
jatuh. saat target penjualan tidak teracapai seorang supervisor dengan mudah
melemparkan kesalahan kepada teamnya, kenapa tidak mengaku bahwa dia salah.
karena mungkin salah strategy, atau malah dia tidak melakukan apa-apa hanya
menyerahkan ke teamnya. dan saat kerabat saya datang terlambat dia
menyalahkan supir taksi. apakah benar. kenapa kerabat saya tidak berjalan
lebih awal atau memilih jalan alternative untuk tidak terlambat.

Menyalahkan orang lain sudah dikenal dengan sangat baik oleh umat manusia,
dan kemasannya bisa nampak begitu indah sehingga pelakunya sendiri kadang
tidak sadar telah melakukannya. Ketika dihadapkan pada sebuah masalah, maka
solusi termudah yang bisa ditemukan biasanya adalah menimpakan semua
tanggung jawab pada orang lain. Pada sebagian orang, kebiasaan ini sudah
menjadi sebuah refleks.

Fenomena sosial ini sangat menyedihkan sedang terjadi pada masyarakat kita
dimana masing-masing ingin mencari selamat, dan melemparkan kesalahan kepada
orang lain dan tidak mau bertanggung jawab atas kesalahan yang dibuatnya.
coba deh kita periksa diri sendiri sebelum menyalahkan orang lain,kita tidak
akan dihormati jika kita sentiasa bersikap selalu menyalahkan orang
lain/menimpakan permasalah ke orang lain.

Mungkin kah, sikap melemparkan kesalahan tersebut berawal dari saat kita
kecil di mana kita terbiasa menyalahkan dan melemparkan masalah kepada orang
lain agar kita aman. Dengan melemparkan kesalahan kepada orang lain tidak
kah kita merasa salah dan tidak nyaman. Dan saat kita melemparkan kesalahan
orang lain kita sebenarnya sedang membiasakan diri untuk berbohong kepada
diri sendiri.

Dengan mencoba untuk melemparkan kesalahan kita kepada orang lain adalah
suatu candu dan akan menghambat perkembangan jiwa kita. jika kita berhasil
melemparkan suatu masalah kepada orang lain kita dan kita merasa aman dan
berhasil, maka kita akan berusaha mengulang melemparkan setiap kesalahan
kita kepada orang lain

Mengapa kita tidak bersikap jujur bahwa kesalahan yang kita buat tersebut
adalah salah kita dan kita bertanggung jawab atas resiko yang ada. Bagaimana
perasaan anda jika orang lain melemparkan suatu masalah kepada kita.. Marah
kesal dan kecewa bukan.. Jadi kenapa kita harus melempar kesalahan kepada
orang lain.

Memang wajar jika manusia tidak ingin dipersalahkan. Tidak ada orang yang
merasa nyaman mengakui kesalahan atau kekurangan dirinya. Akan tetapi,
justru sikap inilah yang menjadi batas yang tegas antara manusia yang sukses
(atau bakal sukses) dengan mereka yang sudah takdirnya menjadi buih di
lautan luas.

Dengan menerima kesalahan, kita seharusnya senang karena kita mendapat
pelajaran berharga dan tidak mengulangi kesalahan tersebut. Dan kita punn
sangat marah jika kita terkena masalah dari lemparan orang lain. kita harus
melatih jujur dan menumbuhkan jiwa sportif kepada diri kita sendiri. dengan
mengakui kesalahan kita maka orang lain dan lingkungan akan sangat
menghargai diri kita. Tidak percaya coba buktikan bersifat sportif, dan anda
akan mendapat tanggapan yang baik. temukan jawabanya, dan jika saya salah
anda dapat menghungi saya di erwinarianto@gmail.com.

Jika Anda menghadapi masalah, merasa sedih, khawatir, marah, kecewa, atau
kesal, maka cobalah berbincang-bincang dengan dirimu sendiri. Pertanyakanlah
segala hal, dan bersikap jujurlah pada diri sendiri. Sebenarnya, masalah
terbesar dalam hidup manusia bukanlah musuh yang kejam, melainkan ego
pribadi. Karena ego, kita terbiasa menyalahkan orang lain dan larut dalam
ratapan. Padahal, yang dibutuhkan adalah solusi, bukan melankoli.

Begitu indah jika kita tidak saling menyalahkan dan bersikap jujur dan
sportif kepada orang lain, seperti kita ingin diperlakukan oleh orang lain.
Dengan ini jika berkenan saya ingin mengajak sahabat-sahabatku untuk tidak
melemparkan kesalahan kepada orang lain, dan berjiwa sportif dan mengakui
kesalahan kita jika kita salah, seperti seorang ksatria, dan wujud iman
kita. serta berani mengakui kesalahan adalah sebuah langkah awal untuk
menuju kesuksesan kita. dan dengan menyalahkan orang lain kita melakukan
sebuah penarikan dalam bank emosi kita dengan orang lain.

"Berbahagialah orang yang dapat menyalahkan dirinya sendiri sebelum
menyalahkan orang lain"

"Menjadi jujur seperti seorang ksatria yang sportif dan berwibawa, atau
mencoba tidak jujur (bohong) seperti seorang pencuri yang terhina dan tidak
berharga"

"Walaupun menanam kejujuran terasa pahit, tetapi kejujuran akan
menghasilkan buah yang manis. Jadi mari kita jujur, walau kejujuran itu
pahit"

Depok, 11 August 2007, 22.11
Erwin Arianto
Http://erwin-arianto.blogspot.com <http://erwin-arianto.blogspot.com>

1 komentar:

Ra. Jumarleni Habib mengatakan...

Terima Kasih, Pak... tulisannya sangat menyejukkan jiwa saya. maaf tadi tulisan anda saya simpan di doc. saya... saya ingin membacanya,... apalagi saat jiwa saya lagi krisis..