Selasa, 16 Desember 2008

Sebuah contoh pengendalian diri

Sebuah contoh pengendalian diri

Beberapa bulan yg lalu di meja pemesanan kamar hotel, saya melihat suatu
kejadian yg bagus sekali, bagaimana seseorang menghadapi orang yg penuh
emosi.

Saat itu pukul 17:00 lebih sedikit, dan hotel sibuk mendaftar tamu-tamu
baru. Orang di depan saya memberikan namanya kepada pegawai di belakang meja
dengan nada memerintah.

Pegawai tsb berkata, "Ya, Tuan, kami sediakan satu kamar 'single' untuk Anda."
"Single," bentak orang itu, "Saya memesan double."
Pegawai tsb berkata dg sopan, "Coba saya periksa sebentar."
Ia menarik permintaan pesanan tamu dari arsip dan berkata, "Maaf, Tuan.
Telegram Anda menyebutkan single. Saya akan senang sekali menempatkan Anda
di kamar double, kalau memang ada. Tetapi semua kamar double sudah penuh."
Tamu yg berang itu berkata, "Saya tidak peduli apa bunyi kertas itu, saya
mau kamar double."
Kemudian ia mulai bersikap "anda-tau-siapa-saya," diikuti
dengan "Saya akan usahakan agar Anda dipecat. Anda lihat nanti. Saya
akan buat Anda dipecat."
Di bawah serangan gencar, pegawai muda tsb menyela, "Tuan, kami menyesal
sekali, tetapi kami bertindak berdasarkan instruksi Anda."
Akhirnya, sang tamu yg benar-benar marah itu berkata, "Saya tidak akan mau
tinggal di kamar yg terbagus di hotel ini sekarang manajemennya benar-benar
buruk," dan ia pun keluar.

Saya menghampiri meja penerimaan sambil berpikir si pegawai pasti marah
setelah baru saja dimarahi habis-habisan. Sebaliknya, ia menyambut semua dengan
salam yg ramah sekali "Selamat malam, Tuan."
Ketika ia mengerjakan pekerjaan rutin yg biasa dalam mengatur kamar
untuk saya, saya berkata kepadanya, "Saya mengagumi cara Anda mengendalikan
diri tadi. Anda benar-benar sabar."
"Ya, Tuan," katanya, "Saya tidak dapat marah kepada orang seperti itu. Anda
lihat, ia sebenarnya bukan marah kepada saya. Saya cuma korban pelampiasan
kemarahannya. Orang yg malang tadi mungkin baru saja ribut dg istrinya, atau
bisnisnya mungkin sedang lesu, atau barangkali ia merasa rendah diri, dan
ini adalah peluang emasnya untuk melampiaskan kekesalannya."

Pegawai tadi menambahkan, "Pada dasarnya ia mungkin orang yg sangat baik.
Kebanyakan orang begitu."
Sambil melangkah menuju lift, saya mengulang-ulang perkataannya, "Pada
dasarnya ia mungkin orang yg sangat baik. Kebanyakan orang begitu."

Ingat dua kalimat itu kalau ada orang yg menyatakan perang pada Anda. Jangan
membalas. Cara untuk menang dalam situasi seperti ini adalah membiarkan
orang tsb melepaskan amarahnya, dan kemudian lupakan saja.

(by David J.S.)

Tidak ada komentar: