Mendefinisikan Ulang Kesuksesan
Hal apa yang paling diinginkan semua manusia ? Jawaban hanya satu : sukses.
Kesuksesan telah menjadi kebutuhan setiap insan manusia di muka bumi ini.
Itulah sebabnya orang menempuh berbagai cara untuk memperoleh. Salah
satunya dengan jalan pendidikan formal. Sayangnya, sukses bukanlah hal yang
bisa dengan mudah bisa diraih setiap orang. Orang bijak selalu berkata,
tidak ada kesuksesan tanpa pengorbanan. There is no success without
sacrifice!
Meski sukses telah menjadi kebutuhan mutlak setiap manusia toh tidak
semua orang memiliki pandangan yang sama tentang arti kesuksesan. Ada yang
menganggapnya sebagai kekayaan. Kelompok ini umumnya mencurahkan hidupnya
untuk menumpuk harta. Mereka melihat uang sebagai simbol kesuksesan. Itulah
sebabnya mereka menjadi serakah dan amat mendewakan uang. Uang menjadi
oksigen yang mutlak diperlukan bagi kehidupan mereka. Sayangnya orang-orang
seperti ini hidupnya hampa. Mereka umumnya cepat curiga terhadap orang
lain. Amat sulit bagi mereka untuk berpikir positif terhadap orang lain.
Kalau ada yang mencoba dekat, mereka lantas berpikir : "Jangan-jangan orang
ini mau mengambil harta saya." Seorang Mahaguru Kebijaksanaan pernah
berkata orang yang menomorsatukan harta tidak akan menemukan arti hidup
yang sejati. "Sebab di mana hartanya berada, di situlah pula hatinya
berada," demikian nasihat Sang Mahaguru.
Saya tidak memungkiri bahwa kekayaan--khususnya uang--penting bagi
hidup. Siapa sih yang tidak butuh uang ? Sebuah lembaga keagamaan dan
lembaga sosial pun butuh uang untuk kegiatan operasionalnya. Mana bisa kita
mendirikan tempat ibadah tanpa uang yang merupakan sumbangan orang lain ?
Uang memang penting tapi uang bukan segalanya. Uang adalah sarana untuk
membuat hidup kita makin berarti. Baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
Selain kekayaan, ada juga orang yang mengidentikkan kesuksesan dengan
ketenangan hidup. Kelompok ini tidak suka macam-macam. Sebagian bahkan
cenderung pasif dan menjauhkan diri dari kehidupan masyarakat. Sikap
seperti ini juga merupakan sebuah pilihan dan kita tidak bisa mengatakan
itu keliru.
Ada juga orang yang mengidentikkan kesuksesan dengan ketenaran. Mereka
rela menempuh jalan panjang yang menanjak demi popularitas. Terkadang
perjalanan panjang ini sangat melelahkan sehingga beberapa memilih jalan
pintas dengan mempraktekkan cara-cara kurang terpuji, seperti (maaf)
menjual diri. Sudah bukan rahasia lagi kalau tidak sedikit penyanyi atau
bintang film yang pernah tidur dengan produsernya. Tidak semua dari mereka
yang mengambil jalan ini. Saya sendiri kenal dengan banyak artis yang tetap
mempertahankan kehormatannya daripada ditukar dengan popularitas.
Paham bahwa kesuksesan identik dengan ketenaran biasanya hanya terbukti
kebenarannya pada tahap awal. Lambat-laun, seiring makin meningkat
popularitas, banyak hal-hal tertentu terjadi yang pada akhirnya membuat
seorang tokoh publik (public figure) terpaksa menolak paham ini. Misalnya
dengan hilangnya privacy yang bersangkutan karena setiap gerak-geriknya
senantiasa diawasi masyarakat lewat pers. Terkadang saya sendiri amat iba
melihat bagaimana kehidupan seorang artis diobok-obok secara berlebihan
oleh media massa. Pihak media selalu mengatakan bahwa apa yang disajikannya
adalah untuk memuaskan rasa ingin tahu pembaca atau penonton. Mungkin ada
benarnya juga. Yang pasti, jelaslah sudah bahwa kesuksesan tidak identik
dengan ketenaran.
Selanjutnya ada juga yang mendefiniskan kesuksesan dengan kesehatan yang
prima. Terhadap definisi ini terkadang saya mengajukan pertanyaan reflektif,
bukankah ada begitu banyak orang dengan kesehatan yang amat prima namun
hidupnya kosong ? Mereka sama sekali tidak berkarya dan berusaha menjadikan
hidupnya lebih berarti.
Jadi, apa sih definisi sukses yang tepat ? Saya tidak berpretensi menyebut
sebagai pakar kesuksesan karena saya pun masih terus belajar dan mencari
apa arti sebuah sukses sejati. Yang pasti, saya pernah membaca satu
definisi tentang sukses yang tampaknya cukup menarik untuk kita simak
bersama.
Hal apa yang paling diinginkan semua manusia ? Jawaban hanya satu : sukses.
Kesuksesan telah menjadi kebutuhan setiap insan manusia di muka bumi ini.
Itulah sebabnya orang menempuh berbagai cara untuk memperoleh. Salah
satunya dengan jalan pendidikan formal. Sayangnya, sukses bukanlah hal yang
bisa dengan mudah bisa diraih setiap orang. Orang bijak selalu berkata,
tidak ada kesuksesan tanpa pengorbanan. There is no success without
sacrifice!
Meski sukses telah menjadi kebutuhan mutlak setiap manusia toh tidak
semua orang memiliki pandangan yang sama tentang arti kesuksesan. Ada yang
menganggapnya sebagai kekayaan. Kelompok ini umumnya mencurahkan hidupnya
untuk menumpuk harta. Mereka melihat uang sebagai simbol kesuksesan. Itulah
sebabnya mereka menjadi serakah dan amat mendewakan uang. Uang menjadi
oksigen yang mutlak diperlukan bagi kehidupan mereka. Sayangnya orang-orang
seperti ini hidupnya hampa. Mereka umumnya cepat curiga terhadap orang
lain. Amat sulit bagi mereka untuk berpikir positif terhadap orang lain.
Kalau ada yang mencoba dekat, mereka lantas berpikir : "Jangan-jangan orang
ini mau mengambil harta saya." Seorang Mahaguru Kebijaksanaan pernah
berkata orang yang menomorsatukan harta tidak akan menemukan arti hidup
yang sejati. "Sebab di mana hartanya berada, di situlah pula hatinya
berada," demikian nasihat Sang Mahaguru.
Saya tidak memungkiri bahwa kekayaan--khususnya uang--penting bagi
hidup. Siapa sih yang tidak butuh uang ? Sebuah lembaga keagamaan dan
lembaga sosial pun butuh uang untuk kegiatan operasionalnya. Mana bisa kita
mendirikan tempat ibadah tanpa uang yang merupakan sumbangan orang lain ?
Uang memang penting tapi uang bukan segalanya. Uang adalah sarana untuk
membuat hidup kita makin berarti. Baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
Selain kekayaan, ada juga orang yang mengidentikkan kesuksesan dengan
ketenangan hidup. Kelompok ini tidak suka macam-macam. Sebagian bahkan
cenderung pasif dan menjauhkan diri dari kehidupan masyarakat. Sikap
seperti ini juga merupakan sebuah pilihan dan kita tidak bisa mengatakan
itu keliru.
Ada juga orang yang mengidentikkan kesuksesan dengan ketenaran. Mereka
rela menempuh jalan panjang yang menanjak demi popularitas. Terkadang
perjalanan panjang ini sangat melelahkan sehingga beberapa memilih jalan
pintas dengan mempraktekkan cara-cara kurang terpuji, seperti (maaf)
menjual diri. Sudah bukan rahasia lagi kalau tidak sedikit penyanyi atau
bintang film yang pernah tidur dengan produsernya. Tidak semua dari mereka
yang mengambil jalan ini. Saya sendiri kenal dengan banyak artis yang tetap
mempertahankan kehormatannya daripada ditukar dengan popularitas.
Paham bahwa kesuksesan identik dengan ketenaran biasanya hanya terbukti
kebenarannya pada tahap awal. Lambat-laun, seiring makin meningkat
popularitas, banyak hal-hal tertentu terjadi yang pada akhirnya membuat
seorang tokoh publik (public figure) terpaksa menolak paham ini. Misalnya
dengan hilangnya privacy yang bersangkutan karena setiap gerak-geriknya
senantiasa diawasi masyarakat lewat pers. Terkadang saya sendiri amat iba
melihat bagaimana kehidupan seorang artis diobok-obok secara berlebihan
oleh media massa. Pihak media selalu mengatakan bahwa apa yang disajikannya
adalah untuk memuaskan rasa ingin tahu pembaca atau penonton. Mungkin ada
benarnya juga. Yang pasti, jelaslah sudah bahwa kesuksesan tidak identik
dengan ketenaran.
Selanjutnya ada juga yang mendefiniskan kesuksesan dengan kesehatan yang
prima. Terhadap definisi ini terkadang saya mengajukan pertanyaan reflektif,
bukankah ada begitu banyak orang dengan kesehatan yang amat prima namun
hidupnya kosong ? Mereka sama sekali tidak berkarya dan berusaha menjadikan
hidupnya lebih berarti.
Jadi, apa sih definisi sukses yang tepat ? Saya tidak berpretensi menyebut
sebagai pakar kesuksesan karena saya pun masih terus belajar dan mencari
apa arti sebuah sukses sejati. Yang pasti, saya pernah membaca satu
definisi tentang sukses yang tampaknya cukup menarik untuk kita simak
bersama.
Menurut motivator terkenal, Zig Ziglar, sukses sejati mencakup delapan
bidang kehidupan, yakni: kebahagiaan, kesehatan, keuangan (kemakmuran),
keamanan, kualitas persahabatan (mempunyai banyak sahabat), hubungan
keluarga yang baik, pengharapan akan masa depan, dan kedamaian pikiran.
Itulah sebabnya kita sering mendengar orang berkata bahwa orang kaya belum
tentu sukses, namun orang yang sukses pasti kaya secara material dan
spiritual.
Meski demikian, sukses bukanlah sebuah tujuan akhir; sukses adalah
sebuah perjalanan. Success is not a destination; success is a journey! Ya,
sukses adalah sebuah perjalanan! Jika kita telah berhasil meraih sebuah
impian, kita toh tetap harus meneruskan perjalanan. Akhir dari perjalanan
itu adalah ketika kita menutup mata dan kembali ke hadirat-Nya. Motivator
dan pakar kepemimpinan, Dr. John C. Maxwell selalu menegaskan agar dalam
perjalanan sukses itu kita harus senantiasa melakukan apa yang harus kita
lakukan.
Intinya, tempuhlah perjalanan sukses dengan benar dan hargailah prosesnya
bukan hasil akhir. Bagaimana menurut Anda ? ***
bidang kehidupan, yakni: kebahagiaan, kesehatan, keuangan (kemakmuran),
keamanan, kualitas persahabatan (mempunyai banyak sahabat), hubungan
keluarga yang baik, pengharapan akan masa depan, dan kedamaian pikiran.
Itulah sebabnya kita sering mendengar orang berkata bahwa orang kaya belum
tentu sukses, namun orang yang sukses pasti kaya secara material dan
spiritual.
Meski demikian, sukses bukanlah sebuah tujuan akhir; sukses adalah
sebuah perjalanan. Success is not a destination; success is a journey! Ya,
sukses adalah sebuah perjalanan! Jika kita telah berhasil meraih sebuah
impian, kita toh tetap harus meneruskan perjalanan. Akhir dari perjalanan
itu adalah ketika kita menutup mata dan kembali ke hadirat-Nya. Motivator
dan pakar kepemimpinan, Dr. John C. Maxwell selalu menegaskan agar dalam
perjalanan sukses itu kita harus senantiasa melakukan apa yang harus kita
lakukan.
Intinya, tempuhlah perjalanan sukses dengan benar dan hargailah prosesnya
bukan hasil akhir. Bagaimana menurut Anda ? ***
Sumber : Internet
Tidak ada komentar:
Posting Komentar