Jumat, 12 Desember 2008

Belajar dari ulat

Belajarlah Dari Ulat

Bagi penggemar tanaman atau yang memiliki hobi berkebun, seringkali
menemukan binatang yang menjengkelkan, dimana dedaunan muda yang tumbuh
segar, menjadi tak beraturan dan bolong-bolong bahkan habis dan tinggal
tangkainya saja. Ternyata setelah kita perhatikan ada hewan yang biasanya
berwarna hijau, sehijau dedaunan untuk kamuflase, binatang tersebut
adalah ulat.

Ulat adalah salah satu binatang yang sangat rakus dalam melahap hijaunya
dedaunan tanaman yang kita sayangi. Rasa marah yang sangat bila kita jumpai
tanaman kesayangan kita telah habis dedaunannya, bahkan hanya tinggal
ranting-ranting saja. Sedih dan marah rasanya karena usaha kita terasa
terampas begitu saja karena ulah sang ulat.

Dibalik kekesalan dan rasa marah, pernahkah kita mencoba untuk melihat atau
sedikit tertegun mengernyitkan dahi atas ulah sang ulat tersebut atau
sebaliknya kita membunuhnya untuk melampiaskan kekesalan hati, setega itukah
?

Hasil yang diakibatkan oleh ulah sang ulat memang sangat mengesankan bila
dibanding dengan wujud ulat yang lemah dan lunak tubuhnya. Melihat dari
akibat yang dihasilkan maka dapat kita katakan bahwa karakter ulat adalah
pekerja keras dalam menggunduli dedaunan tanaman kita, seakan-akan mereka
seperti dikejar deadline dan harus buru-buru untuk menyelesaikan. Hasilnya
sangat mengesalkan sekali buat kita, yaitu tanaman yang gundul dalam waktu
yang relatif singkat dan sekali lagi sungguh mengesankan.

Dalam menjalani misinya sang ulat tak membiarkan sedikit waktu terbuang.
Sang ulat baru berhenti ketika sampai pada saat yang ditentukan dimana ia
harus berhenti makan untuk menuju ke dalam kondisi puasa yang keras. Puasa
yang sangat ketat tanpa makan tanpa minum sama sekali, dalam lingkupan
kepompong yang sempit dan gelap.

Pada masa kepompong ini terjadi sebuah peristiwa yang sangat menakjubkan,
masa dimana terjadi transformasi dari seekor ulat yang menjijikkan menjadi
kupu-kupu yang elok dan indahnya dikagumi manusia. Sang kupu-kupu yang
terlahir seakan-akan menjadi makhluk baru yang mempunyai perwujudan dan
perilaku yang baru dan sama sekali berubah.

Haruskah kita membiarkan begitu saja sebuah peristiwa yang sangat indah dan
mengesankan ini, tentu tidak. Sebenarnya kita patut malu bila melihat tabiat
ulat yang pekerja keras. Ulat seakan tak mempunyai waktu yang terluang dan
terbuang sedikitpun. Waktu yang tersedia adalah waktu yang sangat berharga
bagi ulat untuk menggemukkan badan sebagai persiapan menuju sebuah keadaan
dimana diperlukan energi yang besar yaitu masa kepompong, seakan
dikejar-kejar oleh deadline sehingga sang ulat tak pernah beristirahat
sejenakpun untuk terus melahap dedaunan.

Berpacunya sang ulat dengan waktu, ternyata disebabkan sang ulat telah
mempunyai sebuah tujuan yang sangat jernih dan jelas yaitu mengumpulkan
semua potensi yang ada untuk menghadapi satu saat yang sangat kritis yaitu
masa kepompong, dimana pada masa kepompong tersebut dibutuhkan persiapan
yang prima. Datangnya masa kepompong adalah sebuah keniscayaan, maka sang
ulat mempersiapkan dengan kerja keras untuk menghadapinya.

Sebuah persiapan diri dengan kerja keras dilakukan juga pada hewan-hewan
yang mengalami musim dingin. Di mana untuk menghadapi masa sulit di musim
dingin, banyak hewan yang melakukan hibernasi selama musim dingin di
gua-gua atau liang-liang, agar terhindar dari ganasnya musim dingin. Agar
tubuh tetap hangat dan tersedianya energi maka sebelum menjelang musim
dingin, hewan-hewan tersebut akan menumpuk lemak sebanyak-banyaknya di
dalam tubuhnya, untuk dipakai sebagai bekal dalam tidur panjangnya.

Lalu coba kita berkaca dan mereview diri kita, adakah semangat yang luar
biasa selayaknya ulat yang telah menggunduli dedaunan, bukankah sebuah masa
depan dan tanggung jawab yang begitu beratnya harus kita pikul dan tunaikan.
Namun kita terbuai dan masih sering suka bermain-main, selayaknya tertipu
oleh permainan yang sangat melenakan.

Masa-masa dalam kehidupan kita sebagai individu atau kelompok, pasti tak
akan pernah luput dari masa yang menyenangkan dan kemudian digantikan
masa-masa yang sulit, itu adalah sebuah kepastian, sepasti bergantinya musim
hujan disongsong oleh musim kemarau yang memayahkan.

Di dalam masa-masa senang satu saat akan berganti menjadi masa yang sulit
dan bahkan menjadi sebuah musibah karena mengintai sebuah keterlenaan.
Sungguh benar hadist nabi untuk mengambil kesempatan lima sebelum lima: muda
sebelum tua, sehat sebelum sakit, kaya sebelum miskin, hidup sebelum mati
dan senggang sebelum sibuk. Dan bukankah kita telah diwanti-wanti
untuk senantiasa mempersiapkan diri dengan apa saja yang kita mampu, untuk
menggentarkan hati musuh-musuh kita.

Janganlah kita terlena bahkan kalah dengan hewan yang bernama ulat yang
mempunyai etos kerja unggul dan memiliki pola pandang yang jauh ke depan
yang meniti masa depan tersebut dengan kerja keras, karena masa depan dengan
kesulitan dan cobaan itu pasti akan datang dan menghampiri kita, maka
persiapan yang matang dan kerja keras yang mampu menolong kita dan
bukan kemalasan dan menunda-nunda pekerjaan.

Tidak ada komentar: