Rabu, 30 Juli 2014

Bening

BENING
(Mencari Makna sebuah Peristiwa)
 
                Pernah suatu kali saya terperanjat dengan dengan kata-kata polos seorang bocah, "Kemarin ikan-ikan di  aquarium ini tidak kelihatan dan sekarang ikan-ikan itu  berenang dengan penuh kegembiraan." Kemudian bocah ini berkata lagi, "Beningnya air, membuat ikan-ikan kelihatan dari luar."
          Bening, jernih, polos, jujur dan transparan serta ketulusan adalah sikap hidup yang seharusnya kita miliki. Sikap tulus dalam Injil muncul dalam diri St. Yosef, suami Maria sebagai pribadi yang sincere (Bhs Inggris: tulus hati). Kata sincere itu berasal dari bahasa Latin, sine +cere yang berarti tanpa lilin. Zaman dulu jika seseorang menjual meubel maka untuk memperhalus  furniture digunakan lilin dan divernis. Kayu yang cacat menjadi halus. Namun ada pembuat dan penjual meja-kursi-lemari tanpa lilin, sehingga disebut sebagai sincere atau tulus. Orang yang tulus itu hatinya bening dan tidak ada kepalsuan pada dirinya.
          Pribadi yang bening juga memiliki wajah yang ceria bahkan awet muda, young forever. Kenyataan bahwa wajah dapat dilihat dari hati nyata dalam patung  Pieta yang adalah karya agung, masterpiece dari Michelangelo (1475 – 1564). Patung itu melukiskan tubuh Yesus yang baru saja diturunkan dari kayu salib "terkapar"  di pangkuan Bunda Maria. Ketika para pengunjung menyaksikan patung yang kesohor itu banyak kritik yang dilontarkan terhadap tampilnya Bunda Maria yang jauh lebih muda daripada puteranya sendiri. Jawab pemahat Renaissance yang terkenal itu adalah, "Jiwa yang tulus, jujur dan indah tidak pernah menjadi tua dan wajahnya selalu cantik." 
          Ketidakbeningan hati juga muncul dalam sikap orang yang memiliki agenda tersembunyi, hidden agenda. Dalam arti ini, ia berjuang untuk kepentingan diri sendiri atau kelompoknya.
          Dalam Injil kita sering mendengar sabda Yesus, "Berbahagilah orang yang …" Yang bersih hatinya  merupakan terjemahan dari bahasa Yunani, katharos. Kata ini dipakai dalam berbagai hal. Aslinya katharos berarti bersih yang dapat dipakai umpamanya untuk baju yang kotor yang dicuci sehigga bersih.  Bunda Maria memiliki hati yang bersih (Bhs. Jawa, "Rahayu wong kang resik atine"  – Berbahagialah orang yang bersih hatinya).  Dan kekayaan orang-orang yang bersih hatinya  adalah kepolosan manusia yang digambarkan sebagai orang-orang miskin. Kisahnya dapat dilihat dalam pengalaman iman Laurentius (225 – 258) adalah pembantu Paus Pius Paus Sixtus II (257-258). Ia dipaksa untuk mengumpulkan harta-kekayaan Gereja. Selama hidupnya, Laurentius adalah dekat dengan orang miskin. Pimpinan Roma bertanya lagi, "Mana harta gereja yang engkau janjikan?" Dengan tenang dan polos, Laurentius berkata, "Bapa yang mulia, inilah harta benda gereja" – sambil membawa orang-orang miskin tersebut.
          Orang-orang yang bersih hatinya memiliki wajah yang bersih dan berseri-seri. Dalam dirinya tidak ada kepalsuan.  "Bagaimana hal ini dapat dipahami?" Ketika Leonardo da Vinci (1452 – 1519)  hampir selesai melukis  Last  Supper, ia tidak menemukan model untuk Yudas. Berbulan-bulan, ia mencari-cari sang model di penjuru kota dan akhirnya menemukan seseorang yang memiliki wajah  sangar dan bermuram durja.  Sesampai di  studio, sang model berkata, "Da Vinci, apakah engkau lupa denganku?"  Model itu pun berkata, "Saya adalah orang yang dulu sebagai model Yesus. Kemudian saya hidup tidak teratur, mabuk-mabukan,  mengganggu masyarakat setempat dan kadang-kadang merampok serta mencuri."
          Setelah kita melihat orang-orang yang dekat  dengan Tuhan, dapat kita pahami mengapa mereka hidup dalam kedamaian. Hal ini dikarenakan hatinya bening. Berjumpa dengan seseorang yang memiliki hati yang bening, hendak mengatakan kepada kita bahwa sesama kita bisa melihat apa yang ada dalam diri kita (transparan). Jalan orang jujur dan bening  itu lurus. Dia mengatakan kalau "ya" akan mengatakan "ya" dan jika "tidak" dia pun akan mengatakan  "tidak" (Bdk Mat 5: 33 – 37).
          Memaknai kata  "bening"  saya menjadi ingat lagu ciptaan Ebiet G. Ade dengan judul, Cinta Sebening Embun – "Kasih pun  mulai deras mengalir cemerlang sebening embun."  Sambil menikmati lagu yang indah itu, di depan mejaku  terjadi minuman bukan teh atau kopi tetapi segelas air bening.
 
Kamis, 31 Juli 2014   Markus  Marlon

Website :
http://pds-artikel.blogspot.com

Tidak ada komentar: