Jumat, 18 Juli 2014

Beda

BEDA
(Mencari Makna sebuah Peristiwa)
 
 
          Ketika hendak "nyekar" (menabur bunga atau  kembang atau sekar) di makam ayah yang terletak di Pegunungan Gunungkidul, Yogyakarta ( 23 Juni 2014), kami sekeluarga meluncur dengan  Innova rental. Rupanya penumpang satu  mobil itu sudah memiliki calon presiden masing-masing. Namun ternyata di  dalam mobil itu semua adalah fanatik Jokowi-JK. Dalam perjalanan, kami semua diam. Kadang-kadang  nyeletuk  kata-kata pujian untuk Jokowi. Hanya itu.
         
          Tetapi setelah kembali dari makam menuju Yogjakarta menumpanglah  ipar saya yang adalah  pengagum berat Prabowo-Hatta. Ipar saya ini mulai membicarakan visi-misi capres no urut 1. Nah dalam suasana seperti ini, perjalanan kami menjadi "hidup" dan semangat. Dua kubu yang tidak seimbang – satu dikeroyok tujuh orang – itu semakin memanas. Perjalanan yang panjang menjadi begitu singkat karena ada perbedaan. Dan ternyata, perbedaan itu indah.
 
          Perbedaan itu tidak selamanya berbahaya.  Bahkan keanekaragaman sangat memperkaya orang. Coba bayangkan jika dalam setiap pertemuan, diskusi atau  meeting tidak ada perbedaan pendapat atau tidak ada oposisi, maka sidang, diskusi atau meeting pun  akan mati. "Berlainan pendapat akan selalu ada." Bung Karno (1901 – 1970)  pernah mengatakan bahwa masalah perbedaan pendapat itulah yang membawa kita kemajuan, "Du choc des opinions jaillit la veritte" kata orang Prancis yang berarti: dari pergesekan berlainan pendapat inilah timbul kebenaran.
 
          Jika kita mundur ke belakang lebih jauh, pada masa sebelum Renaissance, kita mengenal seorang  ningrat  bernama Medici di Italia. Ia justru mengumpulkan para pemikir dari berbagai bidang ilmu dengan pandangan yang berbeda-beda agar dapat menemukan berbagai solusi tajam atas permasalahan yang kompleks yang sudah terjadi menjadi masalah klasik.  Selain itu ada F. Scott Fitsgerald  yang pernah menulis bahwa individu yang berpegang pada dua ide bertentangan, mempertahankan  bahkan menahan ketegangan dari konfliknya, kemudian menjalankan fungsinya dengan efektif adalah orang yang benar-benar intelek. Merangkul ide-ide yang berbeda membutuhkan perjuangan yang tidak mudah.
 
          "Berani berbeda" adalah ungkapan yang sering kita dengar. Kita menginginkan sesuatu yang berbeda, yang lain dalam hidup ini. Orang bisa sukses karena berbeda, sebagai contoh adalah  Tukul Arwana, yang memiliki ciri khas dan tiada duanya. Kini ia menjadi pembawa acara entertainment papan atas dan katanya seorang bintang, belum merasa lengkap kalau belum diwawancarai olehnya dalam Acara "Bukan Empat Mata." Dan jika lebih jauh lagi mencari makna "beda" dapat kita lihat  kata  hagios dalam bahasa Yunani. Kata "kudus" dalam bahasa Yunani ialah hagios yang akar katanya berarti "berbeda." Bait Allah itu  hagios karena berbeda dari bangunan lain. Hari sabat itu hagios karena berbeda dari hari-hari lain.
 
          Memang sejak awal mula, kita ini dilahirkan berbeda. Sebelum kita lahir dan sesudah kita, tidak akan ada yang sama persis  dengan diri kia.  Diri kita adalah unicus, yang berarti satu-satunya dan dengan "sesuatu" yang berbeda itu, kita berkontribusi terhadap alam sekitar.
 
Jumat, 18 Juli 2014   Markus Marlon
         
Website :
http://pds-artikel.blogspot.com

Tidak ada komentar: