Kamis, 30 Juni 2011

KESABARAN

KESABARAN

Guru Buddhis yang terkenal dari India diundang ke Tibet untuk membeberkan
Dharma. Guru ini membawa serta seorang laki-laki yang tidak hanya bawel dan
tidak bertanggung jawab, tetapi juga merupakan tukang masak yang jelek.
Setelah mengamatinya beberapa waktu, orang-orang Tibet mendekati sang Guru
dan berkata dengan penuh hormat, "Mengapa Guru begitu tenggang rasa dengan
tukang masak yang tidak berguna itu. Ia kelihatannya cuma menimbulkan
masalah, alih-alih membantu Guru. Mengapa Guru tidak pulangkan saja. Kami
akan dengan senang hati melayani Guru." Sang Guru tersenyum dan menjawab,"Ah
kalian tidak mengerti. Ia bukan pelayanku, tapi ia guruku." Orang-orang
Tibet kaget dan memohon penjelasan, "Kenapa bisa begitu?" Sang Guru
menjelaskan, "Kalian lihat, perangainya yang rewel dan tidak menyenangkan
itu telah mengajariku untuk bersikap sabar dan bertenggang rasa setiap
hari. Karena itulah aku menghargainya."

"Percikan Hati"
Skolastikat MSC
Pineleng - Manado, 15 Mei 2011
Markus Marlon MSC

Senin, 27 Juni 2011

DENDAM

DENDAM
(Sebuah Percikan Permenungan)

Dendam, memang sungguh luar biasa. Tidak ada suatu sikap yang lebih
mengerikan daripada dendam. Buku yang berjudul "The death of Adolf Hitler"
memberikan pelukisan yang jelas tentang apa yang dirasakan oleh Hitler.
Hitler (1889-1945) pada masa mudanya pernah hidup sangat melarat. Ia
bekerja serabutan. Dengan terus-terang, dia mengatakan bahwa dirinya amat
menderita. Penderitaan itu membangkitkan dendam dalam dirinya. Rasa marah
karena derita yang dialaminya, akhirnya tertuju pada orang-orang kaya
keturunan Yahudi, yang dianggapnya sebagai penyebab kemelaratannya. Pada
awal karir politiknya, Hitler adalah seorang pemuja Benito Mussolini (1883 –
1945). Dalam Mein Kampf, (sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh
Penerbit Narasi) Hitler menyebut Benito Mussolini sebagai seorang manusia
agung (a great man) berkelas dunia. Tetapi Hitler juga memiliki pengalaman
baru yang dianggapnya sebagai penghinaan. Ketika ia menulis surat kepada
Mussolini untuk memohon potretnya yang bertanda tangan pribadi, diktator
Italia itu memandang hina permintaan itu dan menjawab melalui Kedutaan Besar
Italia, "Il Duce tidak merasa pantas mengabulkan permintaan Anda." Merasa
dipermalukan, maka Hitler tidak pernah akan melupakan peristiwa tersebut. Ia
menjadi pribadi pendendam.

Orang yang dendam itu bagaikan seseorang yang memelihara singa di rumahnya.
Ketika masih bayi, singa itu amat jinak. Sang singa itu mau makan daging
ayam yang disediakan oleh pemeliharanya. Namun singa tetap singa yang adalah
binatang buas pemakan daging. Demikian pula, orang yang dendam adalah
pribadi manusia yang memelihara binatang buas dalam hatinya. Dan binatang
itu, suatu saat akan menguasai yang memeliharanya. Dendam itu meredam dalam
hati dan pada suatu saat tentu akan "meletus" bagaikan letusan gunung
Vesuvius di tahun 1005. Para pendendam itu – barangkali – sudah
memiliki bibit kedendaman sejak masih kecil. Tetapi berhubung sudah
menumpuk, maka tidak mengherankan – dalam hal ini seperti yang dilakukan
oleh Hitler – jika dalam jangka waktu beberapa tahun saja, sekitar
6.000.000 orang Yahudi disiksa di kamar gas dan melayang jiwanya.

Banyak sekali tema dendam dalam film-film. Film yang berjudul, "Revenge"
dan "Vendetta" memberikan pelajaran yang berharga tentang makna dendam.
Dengan saling mendendam, akhirnya dua-duanya tewas dalam perkelahian. Dalam
film persilatan atau Kung Fu, ketika hendak beradu jurus-jurus, seseorang
menyediakan dua galian kubur. Satu untuk lawan dan satunya untuk dirinya
sendiri. Hal ini hendak menunjukkan bahwa dendamnya dibawa sampai mati.
Lebih jauh lagi kita menyaksikan adegan dendam dalam diri Sun-Tzu. Sun Tzu,
panglima perang dalam film "Sun Tzu" melukiskan bahwa strategi perang yang
termasyur itu akhirnya membuat dirinya mundur dari panglima dari negeri Wu.
Dia pun akhirnya menyadari bahwa dalam perang tersebut yang ditemukan
adalah dendam. Orang yang menang perang sine qua non harus berjaga-jaga
perlawanan dari orang yang dikalahkan. Dan yang kalah mencari waktu yang
tepat untuk membalas dendam supaya amarahnya bisa terbalaskan. Saling
membalas dendam tidak berujung itu kita sebut sebagai lingkaran setan
(vicious circle).

Kemudian kita bertanya, "Bagaimana dendam itu bisa diamsusikan sebagai
perasaan benci yang dibawa sampai mati?" Ada seorang yang marah kepada
tetangganya. Kemarahannya itu rupanya akan menjadi dendam. Maka, pergilah
orang itu ke orang yang bijak. Sang bijak mulai memberikan wejangannya,
"Tersebutlah seorang bapak sedang baku marah kepada tetangganya. Lalu
bapak itu disuruh menulis ungkapan hati kemarahannya di air, kertas dan
beton. Jika ditulis di air, maka setelah orang itu marah dan setelah itu
hilanglah rasa marahnya. Jika ditulis di atas kertas kemarahannya bisa
dihapus ataupun di tip-ex. Namun rasa marah itu bisa berlangsung beberapa
hari. Tetapi orang yang kemarahannya dipahat di atas beton, pahatan itu
akan terukir beberapa tahun bahkan tujuh turunan keluarga. Inilah yang kita
sebut sebagai dendam. Kekesalan dan kemarahan itu kita ukir dalam hati,
sehingga kebencian itu mengristal yang tentunya menunggu bom waktu saja,
kapan hendak meletus. Dalam pepatah Latin, kita kenal ungkapan yang
berbunyi, "Immortale odium et numquam sanabile vulnus," yang artinya
kebencian yang abadi dan luka yang tidak pernah dapat disembuhkan.

Pengalaman masa kecil dalam keluarga tentu diwarnai dengan perkelahian
entah baik fisik maupun non fisik. Kalau seorang anak kecil berkelahi dengan
kakaknya, biasanya yang terjadi adalah merusak permainan atau membuat
berantakan pakaian yang sudah diatur dengan rapi di lemarinya.
Perkelahian di masa kecil ini tersebut tidak membawa kebencian yang mengarah
kepada dendam. Setelah anak-anak itu dewasa dan meninggalkan rumah serta
sudah memiliki keluarga sendiri, "pengalaman masa lalu" itu malah menjadi
kenangan yang indah, jika diadakan reuni keluarga, "ngumpulake balung
pisah". Hal ini lain dengan "perkelahian" yang dialami saudara kembar:
Yakub dan Esau.

Film rohani berdasarkan Al-Kitab yang berjudul , "Jacob and Joseph" yang
disutradarai oleh Michael Cacoyannis, mengingatkan kita bahwa
kakak-beradik, bahkan saudara kembar pun diceritakan adanya dendam kesumat.
Pokok cerita dalam film tersebut berkisah tentang pergumulan dua anak
manusia tentang hak kesulungan. Esau anak kesayangan ayahnya, Ishak yang
berniat menyampaikan kepadanya berkat yang merupakan hak anak sulung (Kej
27: 1). Tetapi keunggulan Yakub atas kakaknya itu, yang sudah dikemukakan
sebelum mereka lahir dan pada saat kelahiran mereka (Kej 25: 21 – 26) dan
secara tidak disadari disahihkan oleh Ishak yang sudah tua itu (Kej 27: 22 –
29). Karena kejadian itulah, Esau menaruh dendam kepada Yakub (Kej 27:
41). Esau ingin membunuh Yakub dan dia pun disuruh lari oleh ibunya ke
negeri yang jauh sampai kemarahan kakaknya itu surut dan melupakan peristiwa
yang pernah dia alami (Kej. 27: 43 – 45)

Kantor "Percikan Hati", 02 Juni 2011
Biara Hati Kudus,
Skolastikat MSC - Pineleng
Jl. Manado – Tomohon KM. 10
Pineleng II, Jaga VI
Minahasa – MANADO
Sulawesi Utara – 95361

Markus Marlon MSC

Minggu, 26 Juni 2011

Kasih Sayang Ayah

Kasih Sayang Ayah
 
Ada sebuah kisah dari Spanyol tentang seorang ayah dan anak yang lama terpisah.  Sang anak lari dari rumah, dan sang ayah mencarinya selama berbulan-bulan tanpa hasil.  Akhirnya, sang ayah memasang iklan di sebuah surat kabar ibukota, berbunyi: "Paco sayang, temui aku di depan kantor surat kabar ini, jam 12 siang, hari Sabtu.  Semuanya sudah aku ampuni.  Aku mengasihimu.  Ayahmu."  Di hari Sabtu itu, ada 800 orang bernama Paco berkumpul, untuk mencari kasih dan pengampunan dari seorang ayah yang sangat mengasihinya.  

Statistik mengatakan bahwa orang-orang yang kehilangan kasih ayahnya akan tumbuh dengan kelainan perlaku, kecenderungan bunuh diri, dan menjadi kriminal yang kejam.  Sekitar 70% dari penghuni penjara dengan hukuman seumur hidup adalah orang-orang yang bertumbuh tanpa ayah. 

Para ayah, Anda dirindukan dan dibutuhkan oleh anak-anak Anda.  Jangan habiskan seluruh energi dan pikiran di tempat kerja, sehingga waktu tiba di rumah para ayah hanya memberikan "sisa-sisa" energi dan duduk menonton TV.  Peluk anak-anak Anda, dengarkan cerita mereka, ajarkan kebenaran & moral.  Dan Anda tidak akan menyesal, karena anak-anak Anda akan hidup sesuai jalan yang Anda ajarkan & persiapkan. 

Satu ayah lebih berharga daripada 100 guru di sekolah. (George Herbert)

PENGKHIANATAN

PENGKHIANATAN
(Sebuah Percikan Permenungan)

Yang namanya pengkhianatan itu ada di mana-mana. Di kantor, di sekolah, di
dalam keluarga bahkan di tempat yang disucikan sekalipun. Pengkhianatan yang
sering kita dengar dan menjadi terkenal dalam diri Yudas Iskariot (Luk
6:16). Maka tak mengherankan kalau "ciuman Yudas" itu menjadi simbol
pengkhianatan yang abadi. Orang sudah dicintai dengan tulus dan diberi
pengertian yang mendalam serta diberi kebebasan yang luas, tetapi
balasannya adalah kepahitan. Dalam sejarah perabadan manusia pun muncul
kata-kata yang mengarah kepada suatu pengkhianatan, seperti "Es Tu Brute."
Ini adalah kata-kata yang keluar dari bibir Julius Gaius Caesar (102 – 44
BC) kepada Brutus. Nama lengkap Brutus adalah Marcus Junius Brutus (85 –
42 BC). Caesar begitu menghargai Brutus bahkan diberi kedudukan yang mapan
dalam pemerintahnnya. Caesar merasa dikhianati oleh Brutus. Berkhianat
juga menyangkut relasi persahabatan atau pertemanan, She abused her friend's
confidence. Orang menjadi kecewa karena apa yang menjadi kesepakatan
bersama dikhianati. Orang yang dikianati sungguh terluka hatinya. Dalam
percakapan yang tidak formal, pernah ada yang berkata demikian, "Tidak mudah
memaafkan orang yang telah berkhianat, apalagi dia itu adalah teman dekat
sendiri." Pengkhianatan membekas di hati bahkan sampai seseorang
menghembuskan nafas yang terakhir.

Kalau kita telusuri lebih mendalam, maka akar dari pengkhianatan adalah
tahta, harta dan wanita. Mungkin kita akan geleng-geleng kepala dan tidak
percaya, tetapi data dan fakta memang berbicara demikian. Kisah "Simson dan
Delila" melukiskan bagaimana seorang wanita mampu memperdaya seorang
laki-laki sekuat dan seperkasa Simson (Hak 16: 4 – 21). Helena dari Troya
yang disebut juga "pembawa 1000 kapal" menggoncang kota Troya selama sepuluh
tahun hanya karena kecantikannya. (Bdk. Film Troy yang dibintangi oleh Brad
Pitt, Orlando Bloom dan Keira sebagai Helena yang cantik jelita tiada tara)
Pernyataan Paulus yang mengatakan bahwa akar segala kejahatan adalah cinta
uang (1 Tim 6:10) memang benar. Kalau tidak ada perebutan harta, maka mana
mungkin ada tikus-tikus yang selalu berebutan "kue". Korupsi merajalela
karena setiap orang menginginkan kekayaan – meskipun kadang tidak halal.
Korupsi (bhs. Latin corruptio berarti pembusukan, kerusakan, kemerosotan
dan penyuapan. Maka, seorang koruptor adalah orang yang busuk luar-dalam).
Novel fiksi karangan Langit Kresna Hariadi yang berjudul, "Gajah Mada"
melukiskan sebuah pengkhianatan klasik yang luar biasa. Gajah Mada yang
adalah pengikut setia Raden Wijaya tidak habis pikir, mengapa orang yang
pernah makan semeja dengan sang Raja malah yang ingin membunuhnya dengan
cara berkhianat. Di sini kita bisa kenal dengan peribahasa, "musuh dalam
selimut" yang berarti musuh yang berada di dalam lingkungan sendiri, sekilas
terlihat seperti teman padahal berniat mencelakakan.

Dalam dunia politik, yang namanya tahta itu menjadi perebutan yang
melibatkan intrik, konspirasi, money-politic dan lain sebagainya.
Pertumpahan darah terjadi karena adanya perebutan kedudukan. Pengkhiantan
dilakukan karena banyak motif. Barangkali, dengan meninggalkan temannya
sendiri ia bisa mendapatkan keuntungan yang lebih. Janji-janji yang
dilontarkan pihak lawan lebih menggiurkan daripada yang saat ini dialami.
Maka tidak mengherankan, jika sang pengkhianat tersebut berani meninggalkan
teman dekatnya demi mendapatkan status dan kedudukan yang lebih
menguntungkan. Benar apa yang dikatakan orang bahwa dalam dunia politik
memang tidak ada kawan abadi yang ada hanyalah kepentingan abadi (bhs.
Latin. Hostia aut amicus non est in aeternum; commode sua sunt in aeternum).
Demi mencapai sebuah kepentingan, maka orang rela mengorbankan
segala-galanya, termasuk mengkhianati kawan dekatnya. Pengkhianatan dalam
dunia partai sering terjadi dalam "berjualan program-program". His speech
taouches on the treason, artinya pidatonya hampir-hampir bersifat
pengkhianatan. Sebelumnya dia hidup dari partai tertentu. Tetapi setelah
mengalami ketidakpuasan atau partai berikut lebih menjanjikan, maka ia
pindah ke partai lain yang lebih menjanjikan. Ia mulai menjelek-jelekkan
partai yang pernah menghidupinya. Dalam dunia politik, yang namanya "kutu
loncat" itu hal biasa. Kini ia mulai berkhianat atau istilah yang tepat
adalah membelot.

Dalam dunia kemiliteran, kita mengenal istilah desertion (pengkhianatan dan
pembelotan). Hukuman bagi para prajurit yang meninggalkan tugas perang
(disersi) tidaklah ringan. Biasanya mereka harus dihukum pancung atau
dicambuk 50 kali atau diturunkan jabatannya (Bdk film-film: The Legend of
Cheng Ho, Three Kingdoms, Qin Shi Huang The First Emperor, Princess Ja
Myung Go, Mulan, The Story of Han Dynasty, dan Ming Dinasty Legend ).
Tetapi meskipun demikian, kita masih harus bersyukur karena pernah
mendengarkan seorang satria yang berprinsip "Right and wrong is my country".
Dalam buku yang berjudul Ramayana, tulisan C. Rajagopalachari ini bisa kita
nilai sendiri bagaimana pengkhiantan yang dilakukan oleh Wibisana. Ia
sebagai adik kandung Rahwana terang-terangan tidak mau membantu berperang
melawan Rama, karena dalam diri Rama ada kebaikan. Di sinilah Wibisana
membela kebenaran bukan angkaramurka Rahwana raja Alengka. Tetapi berbeda
yang dibuat oleh Kumbakarna. Kumbakarna tidak sudi mengkhianati negaranya,
tetapi membela mati-matian sampai titik darah penghabisan meskipun Sang raja
berada dalam pihak yang salah.

Tindakan jilat-menjilat dan pengkhianatan di kalangan atasan-bawahan
sering menjiwai dunia bisnis. Dalam drama, film, sinetron atau opera sabun
(karena setiap jedah film ada iklannya yakni sabun) dan roman picisan,
sering muncul kisah-kisah perebutan kekuasaan untuk mencapai top-manager
dengan menghalalkan segala cara. Bahkan tidak jarang dalam kisah tersebut
ada pengkhianatan satu terhadap yang lain. Ujung dari segala tindakan
tersebut ada pada pengkhianatan. Orang mengkhianati suaminya supaya sang
menantu yang dikasihi bisa mendapatkan kedudukan dalam perusahaan. Anak
berkhianat terhadap mertuanya supaya suaminya dapat segera menggantikan
kedudukan mertuanya. Pengkhianatan tidak pandang bulu serta mengerikan.

Saya tidak tahu apa yang namanya pengkhianatan itu ada
tingkatan-tingkatannya. Apakah ada perbedaan fundamental antara
pengkhianatan berskala kecil seperti mengkhianati pembantunya atau
pengkhianatan terhadap negara? Tetapi yang jelas, nilai dari pengkhianatan
tersebut sebenarnya merusak pribadinya sendiri. Orang dikhianati akan sakit
hati dan orang yang berkhianat juga akan merasa tidak aman serta merasa
bersalah setiap saat. Pengkhianatan akan meninggalkan luka yang mendalam,
sehingga sulit untuk disembuhkan. Tetapi, mengapa meskipun pengkhianatan itu
melukai hati dan menimbulkan permusuhan selalu saja terjadi di mana-mana?
Wallahualam!

Kantor "Percikan Hati", 13 Juni 2011
Biara Hati Kudus,
Skolastikat MSC - Pineleng
Jl. Manado – Tomohon KM. 10
Pineleng II, Jaga VI
Minahasa – MANADO – Sulawesi Utara – 95361

Markus Marlon MSC

Jumat, 24 Juni 2011

ORIENTASI

O R I E N T A S I
(Sebuah Percikan Permenungan)

Tatkala masih muda, Mahatma Gandhi (1869 - 1948) merasa puas menghabiskan
waktunya di London dan makan dengan para pengacara. Dia juga berlatih biola
dan mencoba belajar dansa "foxtrot", tarian khas Inggris. Namun ketika
dirinya berpaling dari kenikmatan dan keuntungan pribadi demi melayani
ribuan buruh India yang ditindas, Gandhi menemukan sumber-sumber batin yang
luar biasa. Mahatma Gandhi langsung mengubah orientasi hidupnya untuk
kemerdekaan bagi orang-orang India. Ketergerakan hatinya, ketika melihat
penindasan atau sikap yang tidak adil membuat dirinya mengubah orientasi
hidupnya. Yang dulunya merasa "established" dengan apa yang ada, kini
berani meninggalkan "zona nyaman" dalam dirinya untuk mendapatkan nilai yang
lebih tinggi bagi hidupnya. Kebanyakan para pemimpin atau yang menyebut
dirinya sebagai pelayan masyarakat mengaku dirinya sebagai pembawa
orientasi. Kata orientasi berasal dari kata "Oriens" (bhs. Latin, yang
berarti timur). Seorang pemimpin sudah layak dan sepantasnya mengajak
orang-orang yang dipimpinnya memandang ke arah timur. Arah Timur menunjukkan
sesuatu yang indah, terang dan murni, karena sebagai tempat munculnya
matahari terbit. Setiap pagi merupakan hari baru, diharapkan pula memiliki
semangat yang baru. Hari ini sebagai hadiah sudah terungkap dalam pepatah
Latin, "Heri est historia, crastinum mysterium" yang artinya kemarin adalah
masa lalu dan esok masih misteri. Setiap hari baru, hidup ini kita beri arah
(orientasi) dan tujuan, sehingga menjadi berkualitas. St. Ignatius dari
Loyola (1491 - 1556) yang memunyai motto, "Ad Maiorem De Gloriam" yang
artinya demi Kemuliaan Allah yang lebih besar, senantiasa menegaskan kata
"magis" yang berarti setiap hari harus lebih baik dari yang kemarin.
Selengkapnya, "magis magisque" yang berarti makin lama makin lebih.

Orientasi hidup yang sudah menjadi visi seseorang sulit digoyahkan untuk
tidak menyuarakan apa yang dirasa benar. Mahatma Gandhi terpanggil untuk
membebaskan rakyat India dari "perbudakan" bangsa asing. Orientasi hidup
sang Mahatma sangat jelas, sehingga tidak mau tergoda dengan kekuasaan -
yang kalau mau - tentunya dengan mudah bisa menjadi Presiden. Tetapi dirinya
lebih mementingkan kepentingan rakyat banyak dan oleh mereka, ia mendapatkan
gelar, "Bapa Bangsa". Hal inilah yang membuat namanya menjadi besar dan
dikenang sepanjang masa. Orang yang memiliki visi mampu melihat jauh ke
depan. Ia tidak berpikir untuk kepuasan sesaat. Sebuah negara yang dibangun
karena kesenangan sesaat cepat atau lambat akan mengalami kehancuran.

Orang-orang seperti Jeanne d'Arch (1411 - 1431), Thomas More (1478 - 1535),
Ibu Theresa dari Calcuta (1910 - 1997) dan Mahatma Gandhi memunyai karakter
yang tangguh. Apa pun yang menghalangi tujuan hidupnya diretasnya. Biasanya
halangan terbesar dari kaum golongan mapan (status quo) yang tidak mau
digoyang. Kenikmatan yang dialami sudah terlalu mendalam. Mereka berani
berkorban demi prinsip yang diyakininya dan untuk kepentingan banyak orang.
"Quidquid agis, prudenter agas et respice finem" artinya apa pun yang kau
lakukan. Lakukan dengan bijak dan tataplah tujuan akhirnya (Sir 7:36).

Untuk menjadi orang yang berkarakter tangguh, tidak perlu menjadi orang
hebat terlebih dahulu. Orang-orang bisa menjadi kudus dan suci melalui
jalan-jalan yang sederhana. Theresia Lisieux (1873 - 1897) dalam bukunya
yang berjudul "Wajah Tersembunyi" mengajak kita untuk merenungi makna
orientasi dalam dirinya. Perkara-perkara yang telah dibuat oleh Santa ini
membuatnya menjadi besar.

Kantor "Percikan Hati" 13 Mei 2011 - Skolastikat MSC Pineleng - MANADO