Kamis, 25 Maret 2010

Belimbing Wuluh

Belimbing Wuluh, Pengawet Ikan dan Daging

BANYAK  tanaman di Indonesia ini yang sebenarnya dapat memberikan banyak manfaat, namun belum  dibudidayakan secara khusus. Salah satu diantaranya adalah belimbingwuluh (AverhoaBilimbi)
Selama ini, yang sering menggunakan belimbing wuluh adalah masyarakat Aceh.

Pada umumnya, mereka mengolah belimbing wuluh menjadi penyedap rasa, yang disebut asam sunti. Selain itu mereka juga menggunakan air belimbing wuluh yang diperoleh dari proses pembuatan asam sunti itu untuk mengawetkan ikan dan daging.    

Banyak peneliti di bidang pertanian mencoba mengkaji lebih jauh pemanfaatan air belimbing wuluh sebagai    alternative untuk mengawetkan ikan dan daging. Penelitian dilakukan dengan melihat ketahanan ikan dan daging yang diawetkan dengan air belimbing wuluh. Selain itu, juga dikaji pula keekonomisan penggunaan air belimbing wuluh tersebut.

Ramuan Jamu

Setelah mengadakan percobaan dan pengamatan, akhirnya para peneliti  itu menyimpulkan, bahwa air belimbing wuluh dapat dimanfaatkan sebagai alternatif untuk mengawetkan ikan dan daging.

Selain itu, penggunaan air belimbing wuluh ternyata sangat ekonomis karena mendapatkannya, hampir tidak memerlukan biaya sama sekali.

Para peneliti berharap agar air belimbing wuluh dapat dimanfaatkan sebagai alternatif untuk mengawetkan  ikan dan daging oleh siapa saja, tidak hanya terbatas pada masyarakat Aceh, karena telah terbukti mampu mengawetkan ikan dan daging.

Selain itu para pakar pertanian mengimbau agar tanaman belimbing wuluh dapat dibudidayakan secara khusus, karena dapat mendatangkan banyak manfaat.

Di berbagai daerah di Indonesia  belimbing Wuluh dikenal sebagai Belimbing sayur, belimbing buluh atau belimbing asam. Tanaman ini  adalah sejenis pohon kecil yang diperkirakan berasal dari Kepulauan Maluku, dan dikembangbiakkan serta tumbuh bebas di Indonesia, Filipina, Sri Lanka, dan Myanmar.

Tumbuhan ini biasa ditanam di pekarangan untuk diambil buahnya. Buahnya yang memiliki rasa asam sering digunakan sebagai bumbu masakan dan campuran ramuan jamu.

Pohon tahunan dengan tinggi dapat mencapai 5-10 m. Batang utamanya pendek dan cabangnya rendah. Batangnya bergelombang (tidak rata). Daunnya majemuk, berselang-seling, panjang 30-60 cm dan berkelompok di ujung cabang.

Tanaman Obat

Pada setiap daun terdapat 11 hingga 37 anak daun yang berselang-seling atau setengah berpasangan dan anak daunnya berbentuk oval. Tanaman Belimbing Wuluh memiliki bunga yang kecil, dan tumbuh  langsung dari batang dengan tangkai bunga berambut. Mahkota bunga lima, berwarna putih, kuning atau lila.

Buahnya elips hingga seperti torpedo, panjangnya 4-10cm. Warna buah ketika muda hijau, dengan sisa kelopak bunga menempel di ujungnya. Jika buah masak berwarna kuning atau kuning pucat. Daging buahnya berair dan sangat asam. Kulit buah berkilap dan tipis. Bijinya kecil (6mm), berbentuk pipih, dan berwarna coklat, serta tertutup lendir.

Tanaman belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) memiliki berbagai khasiat obat yang dapat membantu mengobati sakit batuk. Untuk mengatasi batuk, ambil bunga belimbing wuluh sebanyak 25 kuntum, satu jari rimpang temu giring, satu jari kulit kayu manis, satu jari kencur, dua siung bawang merah, 1/4 genggam pegagan, 1/4 genggam daun saga, 1/4 genggam daun inggu, 1/4 genggam daun sendok, dicuci dan dipotong-potong. Kemudian rebus dengan lima gelas air sampai tersisa separonya. Saring ramuan rebusan ini dan minum dengan madu sebanyak 3 kali 3/4 gelas sehari.

Sedangkan untuk mengatasi batuk rejan, ambil 10 buah belimbing wuluh, dicuci bersih, remas dengan dua sendok air garam. Kemudian saring dan minum dua kali sehari.

Untuk obat batuk pada anak, ambil segenggam bunga belimbing wuluh, beberapa butir adas, dan gula secukupnya ditambah satu cangkir air. Campuran ditim selama beberapa jam. Setelah dingin disaring dengan kain dan dibagi untuk dua kali minum, pagi dan malam saat perut masih kosong.

Kandungan gizi dan manfaat buah Belimbing Wuluh untuk kesehatan sangat banyak. Belimbing jenis ini mengandung protein, kalsium, fosfor dan besi, serta vitamin A, B1, dan C. Belimbing  tersebut juga efektif sebagai obat antikanker, karena fungsi mereka sebagai antioksidan yang dapat mengurangi risiko terserang penyakit kanker hingga 37% seperti yang dirilis The Iowa Women's Health Study.

Selama ini orang mengambil manfaat belimbing wuluh hanya sebagai sirup, manisan atau bumbu masak. Padahal secara tradisional tanaman ini banyak dimanfaatkan untuk mengatasi berbagai penyakit seperti batuk, diabetes, rematik, dan gondongan. (Eko HM dari berbagai sumber-23)

Rabu, 10 Maret 2010

Fw : 3 Kaleng Coca Cola

3 Kaleng Coca Cola

Ada 3 kaleng coca cola, ke-3 kaleng tersebut diproduksi di pabrik yang
sama. Ketika tiba harinya, sebuah truk datang ke pabrik, mengangkut
kaleng-kaleng tersebut dan menuju ke tempat yang berbeda untuk
didistribusikan.

Pemberhentian pertama adalah sebuah warung lokal di pinggir jalan. Kaleng
coca cola pertama diturunkan di sini. Kaleng itu dipajang di rak bersama
dengan kaleng minuman lainnya dan diberi harga Rp 4.000.

Pemberhentian kedua adalah sebuah restauran. Di sana , kaleng kedua
diturunkan. Kaleng tersebut ditempatkan dalam kulkas supaya dingin dan
dijual dengan harga Rp 7.500.

Pemberhentian terakhir adalah hotel bintang 5 yang sangat mewah. Kaleng
coca cola ketiga diturunkan di sana. Kaleng ini tidak ditempatkan di rak
atau dalam kulkas. Kaleng ini hanya akan dikeluarkan jika ada pesanan dari
pelanggan. Dan ketika ada yang pesan, kaleng ini dikeluarkan besama dengan
gelas kristal berisi es batu. Semua disajikan di atas baki dan pelayan
hotel akan membuka kaleng coca cola itu, menuangkannya ke dalam gelas dan
dengan sopan menyajikannya ke pelanggan. Harganya Rp 60.000.

Sekarang, pertanyaannya adalah :

Mengapa ketiga kaleng coca cola tersebut memiliki harga yang berbeda,
padahal diproduksi dari pabrik yang sama, diantar dengan truk yang sama dan
bahkan mereka memiliki rasa yang sama ?.

Lingkungan Anda mencerminkan harga Anda.

Lingkungan berbicara tentang RELATIONSHIP.

Apabila Anda berada di lingkungan yang bisa mengeluarkan terbaik dari diri
Anda, maka Anda akan menjadi cemerlang. Tapi bila Anda berada di lingkungan
yang meng-kerdil-kan diri Anda, maka Anda akan menjadi kerdil.

(Orang sama, bakat sama, kemampuan sama) + lingkungan berbeda = NILAINYA
BERBEDA.

1 Kor 15 : 33
Janganlah kamu sesat, pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.

Senin, 08 Maret 2010

Penyakit akibat timbunandebu di Paru

Penyakit akibat Timbunan Debu di Paru

  • Oleh Anies
SELAMA ini yang menjadi fokus perusahaan dalam hal keselamatan kerja baru sebatas mengupayakan angka kecelakaan kerja menjadi nol. Padahal penyakit akibat kerja, terutama yang menahun, menjadi ancaman yang serius. Salah satunya pneumokoniosis.

Pneumokoniosis adalah sekumpulan penyakit yang disebabkan oleh penimbunan debu di dalam jaringan paru-paru. Gejala umumnya antara lain batuk kering, sesak napas, kelelahan, dan berkurangnya berat badan.

Debu masuk ke dalam paru-paru bersama udara yang kita hirup ketika bernapas. Debu tersebut biasanya berukuran mini antara 1-10 mikron. Debu berukuran 5 - 10 mikron akan ditahan oleh jalan napas bagian atas, sedangkan yang berukuran 3 - 5 mikron ditahan di bagian tengah jalan napas.  Partikel-partikel yang berukuran 1 - 3 mikron ditempatkan langsung di permukaan jaringan dalam paru-paru.

Pneumokoniosis dibedakan menjadi tiga jenis, tergantung jenis debu penyebabnya. Jika disebabkan debu silika bebas (SiO2) disebut silikosis. Jika disebabkan debu campuran disebut antrakosilikosis. Dan jika disebabkan debu asbes disebut asbestosis.

Silikosis banyak diderita pekerja di pertambangan batu keras, pekerja teknik sipil dengan batu-batu keras, pekerja penghalusan dan pemolesan batu, pekerja pabrik keramik, serta pekerja di proyek yang menggunakan pasir sebagai amplas.

Pada tahap ringan, silikosis ditandai dengan sesak napas (dyspnoea) ketika bekerja. Mula-mula ringan namun lama-lama bertambah berat. Kadang-kadang disertai batuk kering atau tanpa dahak. Penderita silikosis tahap ringan lazimnya tidak merasakan penyakit yang diderita. Kinerja mereka di tempat kerja juga nyaris tidak terganggu.

Gangguan baru dirasakan jika penyakit tersebut masuk ke tahap sedang. Pada kondisi itu kinerja pekerja di tempat kerja mulai terganggu. Jika dibiarkan silikosis bisa berkembang ke tahap berat. Jika sudah demikian penderita akan mengalami sesak napas hebat yang bisa mengakibatkan cacat total.
Rawan TBC Yang perlu diwaspadai, penderita silikosis sangat rentan terserang penyakit tuberkulosis (TBC). Risiko itu akan semakin meningkat jika penderia bekerja di tempat yang padat, gizinya buruk, dan tinggal di lingkungan yang angka kesakitan tuberkolosisnya tinggi.

Orang yang terpapar debu silika tidak serta-merta langsung menderita silikosis. Jika jumlah paparan silika hanya 1-2 mg kuarsa/m3, gejala baru dirasakan antara lima hingga lima belas tahun kemudian. Lama dan singkatnya kemunculan gejala tergantung pada kadar debu di udara, dosis paparan kumulatif, serta lamanya debu berada di dalam paru.

Sampai saat ini belum jelas mekanisme silika bebas menimbulkan silikosis. Namun ada empat teori tentang mekanisme tersebut. Pertama, terori mekanis yang menganggap permukaan runcing debu-debu merangsang terjadinya penyakit. Kedua, teori elektromagnetik yang menduga bahwa gelombang-gelombang  elektromagnetiklah yang menyebabkan fibrosis paru-paru. Ketiga, teori silikat yang menjelaskan bahwa SiO2 bereaksi dengan air dan jaringan paru-paru sehingga terbentuk silikat yang mengakibatkan kelainan pada paru-paru. Keempat, teori imunologis yang menjabarkan bahwa penyakit timbul karena tubuh mengadakan zat anti yang bereaksi dengan antigen dari debu di dalam paru-paru.

Perkembangan penyakit ini biasanya lambat.  Perjalanan penyakit cenderung melambat setelah tidak terjadi paparan, tetapi gejala-gejalanya bisa meningkat. Gagal jantung kanan dan infeksi pernapasan penyerta merupakan kejadian-kejadian terminal. 

Beberapa upaya bisa dilakukan untuk mengurangi risiko silikosis. Salah satunya dengan melakukan substitusi. Misalnya dalam proses  "sandblasting", bahan untuk meratakan permukaan logam yang biasanya berupa debu pasir diganti dengan bubuk alumina.

Selain itu bisa dengan mengurangi kadar silika bebas di dalam ruangan. Caranya dengan membuat ventilasi umum dan lokal. Ventilasi umum dibuat dengan mengalirkan udara ke ruang kerja dengan membuka pintu dan jendela. Adapun ventilasi lokal atau pompa keluar setempat, dimaksudkan untuk menghisap debu dari ruang kerja ke luar.

Cara lainnya adalah dengan memilih metode yang memungkinkan berkurangnya debu di udara. Misalnya dengan pengeboran basah (wet drilling). Dan yang terpenting adalah  menggunakan masker yang standar.
Antrakosilikosis Antrakosilikosis merupakan pneumokoniosis yang banyak diderita pekerja tambang batubara. Berbeda dari silikosis yang muncul karena paparan silika bebas, pada antrakosilikosis zat itu tidak menjadi penyebab dominan. Penyakit tersebut muncul karena  debu campuran.

Batubara mengandung banyak zat, yaitu karbon, sedikit hidrogen, sulfur dan fosfor, serta bermacam-macam batu yang beberapa di antaranya mengandung silika bebas. Debu campuran dari tambang batubara berasal dari serpihan-serpihan pasir bubuk batu, kaolinit, batu tulis, serta batu kapur batubara. Karena itu semua pekerja pertambangan batubara, baik yang bertugas di tempat pencucian hingga yang bertugas memuat batubara, berisiko menderita penyakit ini.

Pada stadium dini, tanda dan gejala penyakit biasanya tidak terlihat. Pada kebanyakan pekerja batubara, pneumokoniosis dengan penyulit hanya timbul bila beban debu sangat tinggi. Gangguan fungsi paru baru ditemukan pada stadium lanjut.

Beberapa cara pencegahan antrakosilikosis dan aneka komplikasinya, antara lain dengan ventilasi umum dan lokal, memotong (cutting) arang batu secara basah dengan menyemprotkan air pada rantai alat pemotong terutama yang bersentuhan dengan permukaan, membasahi permukaan arang batu dengan air, dan menggunakan masker debu baik di pertambangan maupun di pengolahan arang batu.
Ujung Jari Melebar Pneumokoniosis yang dipicu oleh paparan debu asbes disebut asbestosis. Asbes merupakan campuran berbagai silikat, namun yang paling dominan adalah magnesium silikat.

Pekerja yang berisiko tinggi menderita asbestosis antara lain yang pekerja di pertambangan, penggilingan, dan pengolahan asbes. Debu asbes yang terhirup ke dalam paru-paru akan berubah menjadi "badan-badan asbestos", yang jika diperiksa menggunakan mikroskop tampak seperti batang dengan panjang mencapai 200 mikron.

Gejala-gejala asbestosis antara lain sesak napas, batuk, dan banyak mengeluarkan dahak.  Tanda-tanda fisik yang dapat dijumpai berupa sianosis atau pelebaran ujung jari. Kelainan secara radiologis atau dengan foto rontgen paru, mudah dikenali karena menunjukkan gambaran khas. Berupa "ground glass appearance" atau titik-titik halus di basis paru-paru dengan batas jantung dan diafragma yang tidak jelas.

Pada pekerja yang telah lama terpapar debu asbes, retensi serat-serat asbesnya cukup besar. Jika dibiarkan, serat tersebut secara perlahan-lahan akan menimbulkan jaringan ikat pada paru yang progresif. 

Debu asbes masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara. Antara lain dengan mengisap debu ketika bernapas, menelannya bersama ludah dan dahak, atau mengonsumsi makanan serta minuman yang mengandung sejumlah kecil serat-serat tersebut. Sebagian serat yang tertelan diduga menembus dinding usus, tetapi migrasi selanjutnya dalam tubuh tidak diketahui. Setelah masa laten yang panjang, antara 20-40 tahun, serat tersebut bisa menimbulkan kanker paru.

Ada beberapa cara untuk mencegah penyakit ini. Di pertambangan asbes, pencegahan dilakukan dengan melakukan pengeboran secara basah. Pada industri tekstil yang menggunakan asbes, harus diadakan ventilasi lokal atau pompa keluar setempat.

Sebaiknya sewaktu membersihkan mesin karding, dilakukan dengan cara penghisapan hampa udara (vaccum). Selain itu pekerja yang melakukan pembersihan mesin karding harus menggunakan alat pelindung diri secukupnya dan tidak boleh ada pekerja lain yang tidak bertugas berada di ruangan tersebut. (13)
    
– Prof Dr dokter Anies, MKes, PKK, guru besar Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Pencegahan Fakultas Kedokteran Undip, pakar kedokteran lingkungan.

Rabu, 03 Maret 2010

Cara ideal mengatur minum

Cara Ideal Mengatur Minum

MINUM sesaat sebelum makan membuat proses penyerapan makanan oleh enzim semakin sulit. Demikian dinyatakan Profesor Hiromi Shinya MD, pakar enzim yang juga guru besar kedokteran di Albert Einstein College of Medicine Amerika Serikat.

Menurutnya, minum air putih yang ideal dilakukan satu jam sebelum waktu makan. Seperti halnya tanaman, katanya, ada periode-periode tertentu yang baik untuk minum. Jika pengairan berlebihan, tanaman bukannya segar melainkan busuk dan layu. Hal serupa juga berlaku bagi tubuh manusia.

Hiromi menyatakan, ada beberapa cara ideal untuk mencukupi kebutuhan air bagi tubuh. Di antaranya minum 1-3 gelas saat bangun tidur pada pagi hari, 2-3 gelas satu jam sebelum makan siang, dan 2-3 gelas satu 1 jam sebelum makan malam.

Menurutnya, yang harus diperhatikan adalah minum air setelah bangun tidur karena cairan yang hilang harus cepat diganti. Sebaliknya minum air sesaat sebelum tidur tidak baik bagi tubuh. Namun jika sangat haus bisa dilakukan satu jam sebelum waktu tidur.

Minum air sesaat sebelum tidur bisa memicu terjadinya aliran balik. Walaupun hanya air, jika bercampur dengan asam lambung bisa memasuki tenggorokan dan terhirup ke dalam paru-paru. Kondisi itu dikhawatirkan bisa menyebabkan pneumonia.

Ahli enzim itu menyarankan agar kita membiasakan tidur dengan perut kosong karena tenggorokan dirancang agar tidak ada yang masuk ke dalamnya selain udara. Jika perut penuh makanan atau minuman, saat kita merebahkan diri isi lambung akan meluap naik menuju kerongkongan. Ketika itu terjadi, tubuh akan menyempitkan saluran pernapasannya dan menghentikan pernapasan supaya isi lambung tidak memasuki tenggorokan. Itulah mengapa, katanya, banyak kejadian orang meninggal akibat serangan jantung pada dini hari akibat orang itu terlalu kenyang makan sebelum tidur.

Tertutupnya saluran pernapasan akibat makanan yang meluap menjadikan napas menjadi tidak teratur. Kadar oksigen dalam darah juga berkurang dan akhirnya berakibat pada berkurangnya persediaan oksigen untuk otot jantung.

Bayi Mengerti Perbedaan Bahasa

JIKA ingin anak Anda fasih berkomunikasi dalam berbagai bahasa, ajari mereka sejak dari dalam kandungan. Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Psychological Sciences menyimpulkan, bayi yang selalu mendengar dua bahasa sejak di dalam kandungan cenderung lebih terbuka pada komunikasi bilingual.

Para ilmuwan dari University of British Columbia dan peneliti dari Organization for Economic Cooperation and Development di Prancis melakukan tes pada dua kelompok bayi baru lahir. Kelompok pertama adalah bayi yang hanya mendengarkan bahasa Inggris saat di kandungan dan kelompok kedua adalah yang mendengar bahasa Inggris dan Tagalog.

Untuk mengetahui kecenderungan bayi pada bahasa, para peneliti mengkaji refleks mengisap. Meningkatnya refleks mengisap menjadi indikasi ketertarikan bayi pada stimulus yang diberikan.

Pada uji coba pertama, bayi mendengar sebuah percakapan selama 10 menit. Bahasa yang digunakan setiap menit berganti-ganti antara bahasa Inggris dan Tagalog. Ternyata bayi dari kelompok yang mendengar bahasa Inggris saja lebih tertarik pada bahasa Inggris dibanding Tagalog. Adapun bayi dari kelompok dua bahasa menunjukkan preferensi yang sama, baik saat diperdengarkan bahasa Inggris maupun Tagalog.

Selain itu juga diketahui bahwa para bayi mengetahui perbedaan antara di antara dua bahasa. Ketika mendengar bahasa yang lain dari yang sebelumnya mereka ketahui, refleks isap mereka meningkat.

Ini menunjukkan bahwa mereka mengerti bahwa bahasa yang mereka dengar adalah bahasa asing. Para peneliti menyimpulkan, bayi paham perbedaan bahasa. Karena itu, keluarga yang memiliki dua bahasa berbeda disarankan mengajarkan kedua bahasa sejak si bayi masih di dalam kandungan. (Nur Hidayatullah-13)

Senin, 01 Maret 2010

Menemukan sisi kotor dalam hati

Menemukan sisi kotor dalam hati

Hari Minggu yang lalu, aku berolahraga jalan kaki.
Tak jauh dari rumah kami ada sebuah perumahan
yang menyediakan fasilitas olahraga untuk
warga perumahan, namun tetap terbuka dari warga
sekitar perumahan tersebut.

Dulu sebelum menikah, berolahrga di Minggu pagi adalah
hal rutin yang aku lakukan.

Kini kesempatan berolahraga di Minggu pagi menjadi
sebuah kegiatan yang langka. Selain tempatnya tidak
terlalu memadai, bangun paginya juga agak susah.
Saat kami berjalan menyusuri lapangan, aku melihat
sebuah uang logam Rp. 500 an yang kotor dan
nyaris terbenam di tanah.

Aku memungutnya lalu melanjutkan berjalan
kaki berolahraga. Sesampai di rumah aku mencuci
dan menggosok uang logam hasil temuanku tadi.
Uang itu tampak bersih. Aku tersenyum pasti bisa
ku belikan satu bungkus kaldu instan.

Ketika aku menemukannya, mungkin uang logam itu
memang ingin ditemukan. Jika uang logam itu tak
ditemukan uang logam itu akan makin terbenam dalam
tanah, terlupakan dan menjadi sesuatu yang tak berarti.
Mungkin seperti itu juga diri kita Jika kita tak
bisa menemukan sisi gelap dan kotor dalam diri,
lama-lama sisi gelap dan kotor itu akan
menenggelamkan diri kita yang seutuhnya.

Tapi sebaliknya jika kita cepat menemukan sisi gelap
atau kotor dalam diri dan mampu menggosok
atau mencucinya hingga bersih dengan iman
dan kemampuan, maka akan menjadikan diri kita lebih
indah dan lebih bersinar. Bahkan tak musatahil membuat
kita menjadi lebih berarti bukan hanya bagi diri kita
sendiri tapi juga bagi sesama.
Persoalannya apakah kita peka menangkap
tanda-tanda, kalau sisi gelap atau sisi kotor dalam diri
kita ingin ditemukan?