Cara Ideal Mengatur Minum
MINUM sesaat sebelum makan membuat proses penyerapan makanan oleh enzim semakin sulit. Demikian dinyatakan Profesor Hiromi Shinya MD, pakar enzim yang juga guru besar kedokteran di Albert Einstein College of Medicine Amerika Serikat.Menurutnya, minum air putih yang ideal dilakukan satu jam sebelum waktu makan. Seperti halnya tanaman, katanya, ada periode-periode tertentu yang baik untuk minum. Jika pengairan berlebihan, tanaman bukannya segar melainkan busuk dan layu. Hal serupa juga berlaku bagi tubuh manusia.
Hiromi menyatakan, ada beberapa cara ideal untuk mencukupi kebutuhan air bagi tubuh. Di antaranya minum 1-3 gelas saat bangun tidur pada pagi hari, 2-3 gelas satu jam sebelum makan siang, dan 2-3 gelas satu 1 jam sebelum makan malam.
Menurutnya, yang harus diperhatikan adalah minum air setelah bangun tidur karena cairan yang hilang harus cepat diganti. Sebaliknya minum air sesaat sebelum tidur tidak baik bagi tubuh. Namun jika sangat haus bisa dilakukan satu jam sebelum waktu tidur.
Minum air sesaat sebelum tidur bisa memicu terjadinya aliran balik. Walaupun hanya air, jika bercampur dengan asam lambung bisa memasuki tenggorokan dan terhirup ke dalam paru-paru. Kondisi itu dikhawatirkan bisa menyebabkan pneumonia.
Ahli enzim itu menyarankan agar kita membiasakan tidur dengan perut kosong karena tenggorokan dirancang agar tidak ada yang masuk ke dalamnya selain udara. Jika perut penuh makanan atau minuman, saat kita merebahkan diri isi lambung akan meluap naik menuju kerongkongan. Ketika itu terjadi, tubuh akan menyempitkan saluran pernapasannya dan menghentikan pernapasan supaya isi lambung tidak memasuki tenggorokan. Itulah mengapa, katanya, banyak kejadian orang meninggal akibat serangan jantung pada dini hari akibat orang itu terlalu kenyang makan sebelum tidur.
Tertutupnya saluran pernapasan akibat makanan yang meluap menjadikan napas menjadi tidak teratur. Kadar oksigen dalam darah juga berkurang dan akhirnya berakibat pada berkurangnya persediaan oksigen untuk otot jantung.
Bayi Mengerti Perbedaan Bahasa
JIKA ingin anak Anda fasih berkomunikasi dalam berbagai bahasa, ajari mereka sejak dari dalam kandungan. Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Psychological Sciences menyimpulkan, bayi yang selalu mendengar dua bahasa sejak di dalam kandungan cenderung lebih terbuka pada komunikasi bilingual.
Para ilmuwan dari University of British Columbia dan peneliti dari Organization for Economic Cooperation and Development di Prancis melakukan tes pada dua kelompok bayi baru lahir. Kelompok pertama adalah bayi yang hanya mendengarkan bahasa Inggris saat di kandungan dan kelompok kedua adalah yang mendengar bahasa Inggris dan Tagalog.
Untuk mengetahui kecenderungan bayi pada bahasa, para peneliti mengkaji refleks mengisap. Meningkatnya refleks mengisap menjadi indikasi ketertarikan bayi pada stimulus yang diberikan.
Pada uji coba pertama, bayi mendengar sebuah percakapan selama 10 menit. Bahasa yang digunakan setiap menit berganti-ganti antara bahasa Inggris dan Tagalog. Ternyata bayi dari kelompok yang mendengar bahasa Inggris saja lebih tertarik pada bahasa Inggris dibanding Tagalog. Adapun bayi dari kelompok dua bahasa menunjukkan preferensi yang sama, baik saat diperdengarkan bahasa Inggris maupun Tagalog.
Selain itu juga diketahui bahwa para bayi mengetahui perbedaan antara di antara dua bahasa. Ketika mendengar bahasa yang lain dari yang sebelumnya mereka ketahui, refleks isap mereka meningkat.
Ini menunjukkan bahwa mereka mengerti bahwa bahasa yang mereka dengar adalah bahasa asing. Para peneliti menyimpulkan, bayi paham perbedaan bahasa. Karena itu, keluarga yang memiliki dua bahasa berbeda disarankan mengajarkan kedua bahasa sejak si bayi masih di dalam kandungan. (Nur Hidayatullah-13)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar