Senin, 16 Februari 2009

Tindakan Kecil Tidak Dikenal

Alumni Pika yang berbahagia,
Kesaksian hidup Gede Prama dalam artikel berikut ini patut kita simak. Menurutnya, banyak hal-hal yang kelihatannya kecil kalau kita lakukan dengan ketulusan akan menimbulkan kebaikan bagi pelakunya. Terlepas dari anda setuju atau tidak, coba baca kisah selengkapnya di bawah ini. (PDS)


Tindakan Kecil Tidak Dikenal
Oleh: Gede Prama

Di kota Liverpool Inggris, tempat John Lennon melahirkan kelompok musik yang
pernah merubah sejarah dunia, saya pernah mengalami sebuah pengalaman
kemanusiaan yang amat menyentuh. Setelah antre cukup lama di kantor
imigrasi, guna memperpanjang visa isteri saya, lebih-lebih setelah mendengar
orang di antrean depan ditanya dan dimaki sana-sini, hati ini sempat kecut
juga. Belum lagi ditambah dengan stok tiket return yang batasnya hari itu
juga. Plus tidak ada uang untuk menyewa hotel kalau terpaksa menginap.
Begitu cekaknya keuangan, bekalpun membawa dari kota Lancaster yang berjarak
sekitar empat jam perjalanan kereta api.

Sesampai di depan petugas, saya terangkan maksud kedatangan saya. Ketika
petugas tahu, bahwa visa yang mau diperpanjang adalah visa isteri, ia
bertanya apakah saya membawa akte pernikahan. Busyet, saya lupa membawanya. Kalaupun saya bawa, pasti ia tidak mengerti karena dalam bahasa melayu.

Saya sudah siap-siap mental dimaki sebagaimana orang Pakistan di depan, atau
disuruh kembali lain waktu. Tiba-tiba saja saya ingat lagu John Lennon yang
berjudul Imagine, yang bertutur mengenai mimpi John tentang kehidupan
manusia yang tanpa agama, bangsa dan atribut lain yang memisahkan.

Di tengah lamunan akan John Lennon tadi, tiba-tiba saya dikejutkan oleh
suara petugas imigrasi yang menemukan kata Bali sebagai tempat lahir isteri
saya di pasport. Dengan ekspresi yang amat bersahabat ia bertanya, di bagian
mana dari Bali ia lahir, apakah kami sekeluarga senang tinggal di Inggris,
dan sederetan pertanyaan yang sangat menghibur.

Ketika saya tanya balik, kenapa ia demikian bersahabat setelah tahu kami
dari Bali, petugas tadi menceritakan pengalaman pribadinya yang pernah
ditolong orang Bali, ketika mengalami kecelakaan saat berwisata di pulau
dewata ini. Singkat cerita, semua urusan menjadi beres hanya karena ada kata
Bali di pasport.

Mirip dengan pengalaman di Liverpool, di Manchester saya juga pernah
diselamatkan nasib baik. Setelah menempuh penerbangan dari Paris yang
melelahkan, saya ikuti saja antrean manusia yang ada di depan guna diperiksa
imigrasi. Setelah pegal berdiri setengah jam, dan akan memperoleh giliran
bertatap muka dengan petugas imigrasi, baru saya tahu walau saya antre di
tempat yang keliru. Sebagai warga Indonesia, saya antre di tempat yang
ditujukan untuk warga masyarakat Eropa. Padahal, pesawat berikut ke tempat
lain mesti take off kurang dari sejam lagi.

Saya sudah pasrah, what will be, will be. Pertama-tama, tentu saja
petugasnya cemberut melihat tampang saya. Lebih-lebih setelah melihat
passport yang berisi gambar burung garuda. Namun, karena kesabaran petugas,
dibuka juga itu passport sambil bertanya, di mana saya tinggal selama di
Inggris. Setelah saya jawab dengan sebutan desa Galgate di pinggiran kota
kecil Lancaster, tiba-tiba wanita di depan saya wajahnya sumringah. Dengan
akrab dia bercerita tempat lahirnya. Penduduk desa kecil yang amat
bersahabat. Buah apel yang bisa dipetik siapa saja oleh penduduk desa
Galgate. Orang-orang tua jompo yang penuh senyum dan persahabatan tanpa
pamrih dan masih banyak lagi yang lain. Dan, tiba-tiba saja petugas imigrasi
ini minta saya menunggu sebentar, sementara ia pergi membawa passport saya
ke counter lain. Tidak lebih dari tiga menit, ia sudah mengembalikan
passport saya lengkap dengan stempel imigrasi. Sambil berpesan : sampaikan
salam kangen saya buat penduduk desa Galgate.

Boleh percaya boleh tidak, saya mengalami kejadian-kejadian seperti ini,
dalam frekuensi yang cukup sering. Sejumlah rekan Tionghoa yang mengerti
petunjuk hoki, menyebut saya manusia hoki karena bentuk hidung, telinga dan
dagu yang cocok dengan ciri-ciri hoki. Sebagai manusia biasa, saya memang
memiliki banyak kekurangan. Disebut sering suka cerita yang porno dan jorok.
Suka 'ngompol' (ngomong politik). Berteriak kalau lagi marah besar di rumah.
Wika, Adi dan Suci adalah manusia-manusia yang paling tahu daftar kekurangan
saya. Akan tetapi, sejak umur yang sangat kecil, saya dibiasakan oleh
seorang kakak, untuk mengumpulkan daftar tindakan-tindakan kecil yang tidak
bernama. Tidak dikenal. Tidak dihitung. Namun, berguna buat alam dan orang
lain.

Bukan pada tempatnya, kalau saya membeberkan daftar tindakan-tindakan saya
di kolom ini. Yang jelas, ada semacam kesegaran dalam jiwa, sesaat setelah
melakukan tindakan-tindakan tidak dikenal dan tidak bernama. Kepala yang
pusing, tiba-tiba jadi membaik. Kantong cekak yang membuat dahi berkerut,
berubah menjadi ucapan terimakasih ke Tuhan. Isteri yang tadinya kelihatan
seram jadi lembut dan cantik. Banyak hal bisa berubah setelah melakukan
tindakan-tindakan model terakhir.

Saya tidak tahu, apa ini sebuah sugesti, atau ada tangan-tangan kekuatan
alam yang membuatnya demikian. Yang jelas, alam bisa demikian perkasa dan
bertahan lama, karena bergerak dalam siklus memberi, memberi dan memberi.
Rumput hijau memberi kesejukan. Matahari membawa energi. Air menghadirkan
kehidupan. Adakah mereka membutuhkan imbalan lebih?

Belajar dari ini semua, saya berusaha untuk mematikan keran di tempat umum
yang lupa ditutup orang lain. Membukakan pintu ke orang lain yang tidak
dikenal di lokasi-lokasi publik. Mengembalikan posisi pohon yang
roboh. Mengubur kucing yang mati digilas mobil orang. Bagaimana dengan Anda?

Tidak ada komentar: