Senin, 23 Februari 2009

Datang Melalui Jendela Waktu

Alumni Pika yang budiman,
Kita semua mempunyai waktu yang sama dalam sehari, yaitu 24 jam atau 1440 menit atau 86400 detik. Pernahkah kita perhatikan, waktu kita itu habis untuk apa saja ? Apakah waktu kita berlalu dengan sia-sia atau dengan penuh makna ? Artikel berikut ini sedikit memberi inspirasi bagaimana memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Silahkan dibaca. (PDS)
 
 

Datang Melalui Jendela Waktu
Gede Prama

Dalam ilmu pengetahuan, sejak dulu sampai sekarang, ruang dan waktu adalah dua misteri besar. Kendati sejumlah film fiksi mencoba menelaah dan menelusurinya, tetapi keduanya masih tersisa sebagai misteri besar. Demikian juga dengan penelitian, meskipun pernah ditemukan bahwa ditempat dimana daya tarik gravitasi bumi bisa dikurangi sang waktu bisa sedikiti direm perjalanannya. Namun tetap menjadi misteri.

Dunia film dan dunia ilmu pengetahuan boleh menyebutnya sebagai misteri, namun bagi saya waktu adalah sebuah jendela besar dari mana banyak sekali hal datang. Kejahatan, kebaikan, kebesaran, kekerdilan, kesuksesan, kegagalan dan bahkan Tuhan juga datang melalui jendela yang sama. Sayang, ada banyak sekali manusia yang membiarkan saja jendela waktu tidak
berfungsi.

Pengangguran yang membuang2 waktunya secara percuma, pekerja yang mengeluh bahwa dirinya kelebihan waktu, pemimpin dengan seluruh kesempatannya yang membiarkan saja kesempatan berbuat baik lewat begitu saja, pengusaha lengkap dengan uangnya yang membiarkan saja sang waktu lewat tanpa tanda2 kebaikan yang berarti, hanyalah sebagian contoh, bagaimana jendela waktu dibiarkan saja kosong tanpa dilewati tindakan berarti.

Cobalah menoleh ke kanan, ke kiri, ke depan dan ke belakang, kesempatan untuk memanfaatkan jendela waktu tersedia secara melimpah. Sampah yang dibuang sembarangan, bawahan2 kita yang lama tidak kita ajak bicara, satpam dekat rumah yang haus akan sapaan orang, petugas cleaning service dikantor yang sangat miskin terima kasih orang lain, anak2 yang jarang bertemu kita di rumah, isteri/suami yang dilewati saja oleh kesibukan2, buku dikantor yang lama tidak terbaca, teman yang lama belum ditelpon, adalah sebagian peluang2 tindakan berarti yang bisa lewat melalui jendela waktu. hanya saja, baik karena faktor khilaf, tidak tau, atau faktor lain, semua peluang ini lewat begitu saja.

Sebagai hasilnya, jadilah jendela waktu menjadi jendela kosong, atau menjadi jendela yang dilewati hanya oleh 'makhluk2' berbau tidak sedap. Kebencian, dendam, kemarahan yang tidak terkelola dan liar, hanyalah sebagian dari makhluk2 yang berbau tidak sedap. Namun, dengan pongahnya mondar mandir melewati jendela tadi tanpa pengelolaan dan pengawasan kita. Sebagai hasilnya, mirip dengan orang yang seringkali masuk ruangan berbau tidak sedap, maka badan dan jiwa ini juga dibuat berbau tidak sedap. Kalau boleh jujur, inilah yang berada dibalik kehidupan banyak orang, yang tanpa dikehendaki, tidak bisa diterangkan sepenuhnya, tidak diniatkan dan direncanakan, eh tiba2 meluncur ke lumpur. Kemudian, penuh keheranan bertanya : kenapa hidup saya jadi berlumpur begini ?

Andaikan banyak orang secara sengaja membiarkan jendela waktunya dilewati oleh bau2 harum kebaikan, mungkin kebingungan sebagaimana pertanyaan terakhir bisa dikurangi secara sangat meyakinkan. Dalam jangka pendek, tidak tertutup kemungkinan kalau Anda dikatakan bodoh, lugu dan sejenisnya. Namun, dalam jangka panjang bangunan2 sang jiwa sedang dibuat kokoh oleh semen, bata dan pasir2 kebaikan.

Kalau diselami secara agak dalam, catatan hidup seperti inilah yang berada dibalik sejumlah konglomerat spiritual seperti Mahatma Gandhi, Buddha Gautama, Jalalludin Rumi, Santo Franciskus. Bau harum hidupnya berumur melampaui jauh lebih lama dari umur badan kasarnya. Bisa jadi, bau harum akan tercium selamanya.

Terus terang saya iri sekali dengan kinerja hidup konglomerat2 spiritual. Kalau mereka bandingannya, sungguh saya hanya pungguk yang merindukan bulan. Sebagaimana juga kebanyakan orang, sejelek dan serendah apapun kinerja hidup kita, jendela waktu tetap terbuka buat semua orang -- sekali lagi buat semua orang.

Mengakhiri cerita tentang jendela waktu, seorang rekan yang bekerja di Toko Buku Gramedia memberikan saya hadiah sebuah pepatah tua dari Irlandia. Pepatah ini berjudul "Ambillah Waktu". Ia tidak hanya bertutur apik, juga sangat inspiratif, sehingga saya tempel di meja makan tempat saya dan keluarga sering berkumpul. Izinkan saya juga membaginya buat Anda.

Ambillah Waktu

Ambillah waktu untuk berpikir
Itu adalah sumber kekuatan
Ambillah waktu untuk bermain
Itu adalah rahasia dari masa muda yang abadi
Ambillah waktu untuk membaca
Itu adalah sumber kebijaksanaan
Ambillah waktu untuk berdoa
Itu adalah kekuatan terbesar di bumi
Ambillah waktu untuk mencintai dan dicintai
Itu adalah hak istimewa yang diberikan Tuhan
Ambillah waktu untuk bersahabat
Itu adalah jalan menuju kebahagiaan
Ambillah waktu untuk memberi
Itu adalah hari yang sangat singkat untuk kepentingan diri sendiri
Ambillah waktu untuk bekerja
Itu adalah nilai keberhasilan
Ambillah waktu untuk beramal
Itu adalah kunci menuju surga

Dalam keheningan dan kejernihan, setelah menyelami pepatah tua diatas, waktu rupanya tidak hanya berfungsi sebagai jendela tempat lewatnya banyak sekali hal. Ia sekaligus sebuah sumber air yang sangat luar biasa, tidak akan pernah habis, dan tersedia sama buat semua orang. Persoalannya adalah, akankah kita menggunakannya atau membiarkannya hilang ditelan angin ?

Tidak ada komentar: