( M o t I v a s I )
Seorang pemikir kenamaan Amerika, William Lyon Phelps (1865 – 1943) pernah menulis kata-kata mutiara, "This is the final test of a gentleman. His respect for those who can be no value to him" – Inilah ujian akhir dari seorang pria sejati. Bagaimana dia menghargai orang-orang yang tidak terlalu penting baginya.
Kebanyakan orang suka bergaul atau bekerjasama dengan orang-orang yang setaraf dengannya. Itulah sebabnya, jika bertemu dengan orang yang lebih rendah, orang-orang biasa meremehkan. Kadang orang semena-mena terhadap pembantu, office boy, pesuruh yang bertugas melayani kita. Mereka mengerjakan ini dan itu dan belum selesai ini sudah kita suruh utuk kerja itu (Bdk. Luk 17: 10 "Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan").
Kita diajak untuk menjadi pribadi-pribadi yang memiliki sifat seperti gentleman di atas. Biarpun mereka adalah orang-orang yang tugasnya hanya sebagai pembantu, namun kita menaikkan derajatnya sebagai sahabat. Devitot pernah mengatakan, "Never underestimate the meaning of friendship, cause in life we will not to able to walk alone without a friend." – Jangan meremehkan arti persahabatan, karena dalam hidup ini kita tidak akan dapat berjalan sendiri tanpa seorang sahabat.
Menghargai orang lain atau memberi respect merupakan keutamaan dalam hidup. Kata respect itu berasal dari bahasa Latin respicere yang berarti: mengarahkan pandangan atau memerhatikan. Orang lain atau "yang lain" itu berubah menjadi liyan. Kata ini berasal dari bahasa Jawa "liya" yang berarti: berbeda atau lain. Perbedaan itulah yang memerkaya satu sama yang lain. Orang lain bukanlah sebagai "saingan" atau "musuh" bahkan "neraka" seperti yang dikemukan oleh Jean Paul Sartre (1905 – 1980). Dengan adanya orang lain, maka kebebasan seseorang terganggu. Pandangan filsuf Prancis ini bertolak belakang dengan pandangan yang saling menghargai orang lain. Atau lebih sadis lagi pepatah Latin yang berbunyi, "homo homini lupus" yang berarti manusia adalah serigala terhadap sesamanya. Dalam arti ini orang boleh bermusuhan, orang diijinkan untuk saling menjatuhkan bahkan orang hidup dalam kedengkian dan iri hati sehingga terjadi baku bunuh.
Sebagai makhluk sosial, kita tidak bisa hidup sendiri bagaikan pulau, "No man is an island." Untuk itulah, Driyarkara (1913 – 1967) mencetuskan pepatah Latin yang berbunyi, "homo homini socius" yang berarti manusia menjadi sahabat bagi sesamanya. Sesama adalah pribadi-pribadi yang pantas untuk kita hormati dan hargai. Mereka datang sebagai sahabat bukan untuk diperas maupun dimanfaatkan. Maka tidak mengherankan jika Mother Teresa dari Calcutta (1910 – 1997) berkata, "Jangan biarkan orang datang menemuiku jika saat dia pergi tidak menjadi lebih baik dan bahagia."
Jumat, 17 Januari 2013 Markus Marlon
Tulisan-tulisan Motivasi ini sudah dibukukan yang terbit 2 bulan sekali. Sekarang sudah terbit edisi ke-4. Setiap Edisi ada 10 – 12 tulisan dan terbit 40 halaman.
Yang ingin mendapatkan buku-buku tersebut bisa hub:
E-mail: zahir.5561@gmail.com
Atau no HP: 0852.83.9955.61 atau 08964.8941.026
__._
Sent by PDS
http://pds-artikel.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar