(Kontemplasi Peradaban)
Waktu saya menikmati pemandian santai di "Relax Spa" – Cirebon beberapa tahun yang lalu, sejenak saya terkesima dengan tulisan ruangan spa tersebut, "Santai adalah Rileks." Spa sendiri – sejauh saya tidak salah ingat – merupakan akronim dari "Sanitas per Aquam" atau "Salus per aquam" – Kesehatan melalui Air.
Kadangkala, orang menyamakan antara "santai" dengan "rileks," padahal kedua kata tersebut tidak sama. Kata "santai" itu berasal dari bahasa Palembang yang berarti: seenaknya atau tidak bersungguh-sungguh. Ada juga yang mengatakan bahwa santai itu kependekan dari santap sambil melantai, makan-makan sambil duduk di lantai dan mendengarkan lagu. "Uenak tenan" – enak sekali. Sedangkan "rileks" dari bahasa Latin, "relaxare" yakni: re, ke awal, lagi + laxare, menjadi kendor. "Rileks" yang dalam bahasa Inggris relax berarti tidak tegang atau kendor. Mungkin setelah berjam-jam bekerja kepala menjadi tegang, seseorang perlu untuk refreshing, relaxing dan itu bisa didapat dengan rekreasi.
Pernah ada sebuah pertanyaan yang ditujukan kepadaku, "Percayakah kamu bahwa pada saat rileks, banyak masterpiece – karya agung yang tercipta?" Cicero (106 – 43 seb. M) ahli pidato, pengacara, politikus dan filsuf Romawi pernah berkata, "Homo relaxus" – orang yang rileks memiliki daya cipta dan ide-ide yang tak terduga. Dalam suasana rileks, ide-ide yang terkurung menjadi "liar". Bahkan Albert Einstein (1879 – 1955) pernah berkata, "thinking will onl get you from A to B, but imagination is able to take you from A to wherever" – nalar hanya akan membawa Anda dari A menuju B, tetapi imaginasi membawa Anda dari A ke mana pun.
Seringkali kita mendengar joke seperti ini, "Kantornya dipindahkan ke lapangan golf" Lelucon itu muncul bukan tidak tanpa alasan. Para bos dan para pemimpin tinggi dalam pemerintahan atau para direktur utama, adalah pemegang kebijakan, stakeholder atau pembuat keputusan, decision maker. Biasanya mereka tidak mengambil keputusan pada saat yang otot dan suasana tegang. Tidak heranlah jika lobby, makan siang di restoran yang memberi suasana nyaman dan tenang acapkali dijadikan tempat pertemuan – yang bisa jadi – menentukan nasib orang banyak.
"Mungkin kita ingat pencipta lagu masyur Beethoven?" Ludwig van Beethoven (1770 – 1827) adalah seorang komponis musik klasik dari Jerman dan karyanya yang terkenal adalah "Simfoni ke-5" dan "Simfoni ke-9" dan "Für Elise." Ternyata beberapa simfoni itu dihasilkan dari kreasi mengubah yang enteng dan remeh-temah menjadi berbobot. Yok, kita rileks jika otot tegang. Namun jangan seperti yang dinyanyikan Rhoma Irama, "Yok kita santai agar otot tidak tegang!"
Senin, 03 November 2014 Markus Marlon
Website :
http://pds-artikel.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar