Sabtu, 24 Maret 2012

BOHONG

BOHONG
(Sebuah Percikan Permenungan)

Kata "bohong" dalam minggu-minggu terakhir ini menjadi primadona. Di
mana-mana orang berbicara tentang Angelina Sondakh yang "katanya" bohong.
Ada yang gemes mendengarkan apa yang dikatakan yang secara langsung dapat
disaksikan beberapa stasiun Televisi. Kebohongan itu memang melelahkan.
Bohong yang satu akan melahirkan kebohongan berikutnya. Deshi Ramadhani
dalam Lihatlah Tubuhku, menulis bahwa kebohongan yang kita buat itu suatu
saat akan ketahuan juga. "Sepandai-pandai tupai meloncat, suatu waktu jatuh
ke tanah juga."

Kebohongan memang sudah ada sejak dulu kala. Andres Bailey dalam Aesop,
melukiskan kebohongan yang dilakukan oleh sang gembala. Pada waktu itu sang
gembala berteriak-teriak minta tolong karena katanya ada singa. Setelah para
penduduk datang hendak menolong, sang gembala berkata, "He he, kena tipu lu.
Emangnya enak dibohongi?" Orang-orang yang menolong memaki-maki sang gembala
tersebut. Hari kedua, dia teriak-teriak lagi minta tolong dan seperti hari
kemarin, mereka datang hendak menolong. Dan ternyata si gembala bohong lagi.
Hari ketiga, singa betul-betul datang, sang gembala itu menjerit-njerit
minta tolong ketakutan. Tetapi tidak ada orang yang datang lagi. Gembala
tewas disergap singa. Ulah orang yang bohong, akhirnya akan "kena batunya
juga" kata peribahasa. Sindhunata melihat bahwa bohong adalah laknat. Ia
memberikan pelukisan tentang kebohongan dalam peradaban manusia. Tulisnya,
"Bohong adalah kanker di hati manusia. Dan, bohong itu bermuara di bibirnya.
Karena itu, kebijakan Jawa mengajar, "Ajining dhiri ana ing lathi, ajining
raga ana ing busana" artinya: harga diri manusia ada dalam bibirnya, nilai
raga ada dalam busananya. Orang boleh berdandan secantik Putri Indonesia,
tetapi apabila ia tidak bisa menjaga bibirnya – artinya suka berbohong – ia
tidak berharga sama sekali (Kompas, 24 Februari 2012). Yudi Latif, sang
pemikir Kebangsaan dan Kenegaraan menyitir pernyataan Thomas Jefferson
(1743 - 1826), "Jika syarat masuk surga itu harus masuk partai politik, saya
lebih memilih tak mau menjadi anggota partai politik." (Kompas, 21 Februari
2012). Pernyataan ini mendekati sinisme. Memang dunia perpolitikan kita pada
saat ini sedang diuji. Ruang sidang bagaikan drama komedi dan para pelakunya
adalah para dewan terhormat. Rakyat menjadi muak dengan dagelan-dagelan
(lelucon) mereka, apalagi rakyat sendiri sedang dilanda kesulitan dan
dililit ekonomi, sehingga hidup menjadi sulit. Nabi Muhammad SAW (571/572 –
632) bersabda, "Dusta adalah ibu daripada segala dosa." Kita prihatin,
bahwa pada zaman ini kebohongan sudah bersimaharajalela dan betapa karena
kebohongan, bangsa ini tetap melarat dan tidak bisa maju.

Tentang bohong, mungkin kita jadi ingat para pembohong yang digambarkan
sebagai berhidung panjang. Carlo Collodi (1826 – 1890) dalam Pinokio,
hendak mengisahkan tentang Pinokio sebagai anak angkat seorang tukang sepatu
tua bernama Geppetto. Pinokio amat disayangi bapaknya. Namun sangat
disayangkan bahwa dirinya tukang bohong. Setiap kali berbohong, maka hidung
itu pun bertambah "mancung". Zaman sekarang kalau begitu, banyak orang yang
berhidung mancung. Berita bohong, atau tepatnya berita hoax sudah merambah
dalam dunia maya. Bad news travels fast, kabar buruk cepat menyebar. Coba
kita baca broadcasting dari BBM, SMS, e-mail, dan twitter yang
kadang-kadang berisi hoax, "minta supaya kirim uang, isi pulsa dan
lain-lain."

Kebohongan juga ada dalam mitologi Yunani. Edith Hamilton dalam Mitologi
Yunani, "Zeus adalah penguasa jagat raya kadang melakukan kebohongan. Jika
sang Dewa itu menghendaki wanita lain atau dewi lain, dirinya harus
menyamar menjadi angsa, sapi atau manusia biasa supaya tidak diketahui oleh
sang permaisurinya, Hera." Apa yang dibuat oleh Zeus itu ternyata juga
sudah dilakukan oleh binatang bermimikri, yaitu bunglon. Bunglon adalah
binatang yang kulitnya bisa berubah warna seperti daun atau batang, sehingga
selamat dari mangsa musuhnya. Makanya orang yang plin-plan adalah disebut
sebagai bunglon. Pagi bicara kedelai, siangnya bicara tempe (Bhs Jawa: Esok
dele awan tempe). Tidak bisa dipegang ucapannya dan banyak bohongnya.
Dongeng-dongeng anak-anak yang masih saya ingat adalah Serat Kancil. Kancil
yang dalam bahasa Latin disebut tragulus javanicus merupakan binatang kecil
seperti rusa. Kisah ini banyak menceriterakan kelicikan dan kebohongan yang
dilakukan oleh kancil. Dia pembohong, tapi licik, smart, cerdas dan
cunning. Itulah dongeng.

Ketika jalan-jalan ke Sumbawa, saya mengunjungi Istana Air Mayura yang
dibangun oleh Anak Agung Anglurah Made Karang Asem pada tahun 1744. Di
setiap jalan ada pohon manggis. Guide menerangkan bahwa buah manggis ini
tidak pernah berbohong, sebab isi buahnya bisa dilihat dari pantat buahnya.
Manusia jujur adalah yang berbicara sesuai dengan apa yang ada di dalam
hatinya. Dalam Ensiklopedi Wayang Indonesia (terbitan: Sekretariat
Nasional Pewayangan Indonesia – Sena Wangi) Puntadewa atau Yudistira adalah
seorang satria yang selama hidupnya tidak pernah berbohong. Ahli strategi
perang, Prabu Kresna menyuruh Bimo membunuh Esti Aswatama dengan senjata
rujakpolo. Berita kematian Esti Aswatama inilah yang oleh Pandawa sengaja
diserukan sebagai kematian Aswatama, untuk membuat batin Begawan Drona
tergoncang. Dalam situasi yang tidak menentu, Drona bertanya kepada
Yudhistira, orang yang paling jujur, sabar dan tidak pernah marah, makanya
dirinya disebut juga sebagai orang yang berdarah putih. Ketika ditanya oleh
Drona, Yudhistara menjawab, "Ya, Esti (diucapkan lirih, nyaris tidak
terdengar) Aswatama memang tewas." Yudhistira tidak berbohong. Drona
mendengarnya bahwa yang mati adalah Aswatama, tentu saja langsung
teriak-teriak, menangis dan berlari-lari tanpa tujuan. Jiwa Drona terkoyak
sehingga menjadi labil. Dari sanalah, Drestajumena – putra bungsu Prabu
Drupada – menebas lehernya, sehingga kepala guru besar itu terpenggal.
Drona tewas, sebab dibohongi oleh para prajurit Pandawa, bahwa anaknya
semata wayang dikabarkan tewas terbunuh. Dengan kabar bohong itu, hatinya
menjadi galau, sehingga dengan mudah untuk diserang.

Tiga halaman sudah, saya bermenung tentang "bohong", dalam hati saya pun
malu, sebab saya juga suka berbohong dan tulisan ini pun mungkin hanya hoax
belaka. Jangan hiraukan, kalau perlu di-delete saja.

Skolastikat MSC, 05 Maret 2012
Biara Hati Kudus – Pineleng
Jl. Manado – Tomohon, KM. 9
MANADO – 95361
Markus Marlon msc

Tidak ada komentar: