Jumat, 28 Maret 2014

Jabatan Istimewa

Jabatan Istimewa dan Tak Tergantikan

Seorang penulis kenamaan, James Dobson mengatakan, "Dari semua gelar yang pernah diberikan kepada saya, gelar yang paling saya sukai hanyalah Ayah." Penegasan Dobson ini menarik untuk diperhatikan, khususnya kita para orang tua.

Ada begitu banyak gelar dan jabatan yang memikat hati kita. Untuk jabatan dan gelar seperti sarjana hingga doktor kita berani menginvestasikan waktu, uang, tenaga, dan emosi. Namun untuk keluarga, anak-anak dan pasangan, sering tenaga dan emosi kita sudah habis. Kita hanya bisa menyisakan dan bukan menyediakan waktu (terbaik) kita.

Seorang Ibu dengan enam belas anak, pernah mengatakan, "Saya memberikan satu jam waktu terbaik saya untuk setiap anak setiap minggunya. Pada waktu-waktu itu saya mengajak mereka ngobrol, curhat dan berdoa untuk mereka." Ibu tersebut bernama Susana Wesley yang melahirkan tokoh besar seperti John dan Charles Wesley.

Keluarga, Sumber Sukacita
Keluarga dan anak-anak sesungguhnya suatu mukjizat. Anak-anak adalah milik pusaka dan istri kasih karunia. Anak-anak tidak hadir secara kebetulan. Di dalam dan melalui mereka, kita boleh menikmati anugerah Tuhan berupa kekuatan, sukacita dan penghiburan Ilahi.

Keluarga adalah mukjizat yang bisa kita rasakan setiap hari. Kita bisa menikmati senyuman, candaan, sapaan, pujian hingga kritikan membangun. Kita juga merasakan pelukan, ciuman, pangkuan hingga suasana makan bersama penuh kekeluargaan. Suasana ini sungguh istimewa dan tak tergantikan.
Pekerjaan kita lainnya, apakah sebagai guru, pejabat, hingga menteri atau presiden sekalipun banyak yang bisa menggantikan. Namun jabatan kita sebagai Ayah dan atau Ibu, Suami dan atau Istri tak tergantikan.

Sungguh, tidak tergantikan.
Kehadiran Tuhan terasa banget dalam relasi kita dengan anggota-anggota keluarga. Lihat saja, setiap bertemu kenalan baru atau lama, biasanya yang pertama-tama yang akan mereka tanyakan kepada kita adalah, tentang anggota keluarga kita. Apakah kita sudah menikah; berapa anak kita; berapa cucu, dsb. Mereka tidak akan pertama-tama menanyakan, berapa banyak uang atau berapa tinggi gelar atau jabatan kita. No!

Karena istimewanya keluarga, anak dan pasangan layaklah kita menjadikannya sumber sukacita dan kebahagiaan. Merka membantu kita bersyukur dan mengagumi Tuhan setiap hari. Lewat pengalaman bersama keluarga, baik positif atau negatif, suka atau duka, cukup atau kurang, sering kita mendengar suara dan teguran Ilahi. Di dalam keluargalah kita menikmati pertumbuhan hidup, makin mengenal kemanusiaan kita dan rencana Tuhan untuk masa depan pribadi dan keluarga kita.

Lagi pula, di dalam dan melalui keluargalah dilahirkan dan dibesarkan orang-orang besar dan berguna. Para tokoh, pejuang, pahlawan, pemimpin dan pelayan masyarakat juga lahir dari sebuah keluarga.

Saudara, kita boleh saja menjadi orang biasa-biasa saja saat ini. Tapi kita belum tahu bagaimana kelak keadaan anak-cucu kita. Seratus, empat ratus tahun mendatang, mungkin saja dari keturunan kita akan lahir orang besar yang Dia pakai memberkati bangsa. Lihat Obama, mungkin sekali nenek moyangnya tidak menduga akan ada generasi mereka menjadi Presiden Amerika Serikat.

Oleh karena itu mari kita investasikan waktu dan energi serta emosi terbaik bagi pasangan dan anak-anak. Jadikan mereka sebagai poros dari semua aktifitas kita lainnya. Jangan biarkan satu kegiatan atau jabatan apapun, termasuk pelayanan rohani, merusak atau merugikan keluarga kita. Jangan demi uang kita korbankan masa depan anak-anak dengan mengabaikan mereka.

Terlalu mahal anak-anak untuk kita sia-siakan. Terlalu berharga jika keluarga kita korbankan demi gengsi dan materi. Apalagi mengingat, hanya keluargalah yang kelak akan kita "bawa bersama" dalam kekekalan. Menghadap pengadilan Tahta Ilahi. Semua lainnya, uang, rumah, jabatan, pangkat, gelar, tanah, emas, dsb akan kita tinggalkan di bumi. Sadarkah kita akan hal ini?

Oke, mulailah dengan merancang kelender keluarga. Kapan Anda akan menghabiskan waktu bersama pasangan dan anak-anak setiap minggunya, meski hanya 10 hingga 15 menit. Rencanakan kapan ada waktu lebih banyak, misalnyadi akhir pekan, usahakan makan bersama dll. Juga menyusun kalender liburan keluarga, seperti masa liburan sekolah atau hari raya nasional. Kenali dengan baik bahasa cinta pasangan dan anak-anak Anda. Rancanglah memberikannya secara rutin, agar mereka merasa dicintai dan tanki cinta mereka penuh terisi.

Anugerah-Nya Melampaui Kegagalan Kita
Namun andaikata saat ini perkawinan kita pernah atau sedang gagal atau bermasalah; atau anda merasa kecewa dengan kondisi anak-anak dan pasangan, janganlah berkecil hati. Carilah bantuan, dan belajarlah dari pengalaman.

Kita boleh gagal, tetapi rencana Tuhan untuk anak-anak dan keturunan kita tidak bisa digagalkan siapa pun. Dia akan terus mengerjakan rencana-Nya yang indah dan masa depan yang penuh harapan. Ini bukan janji kosong. Ada beberapa orang besar dan berguna lahir dari keluarga broken home.
Ini semua menyadarkan kita, bahwa anugerah Tuhan melampaui kelemahan, kesalahan, kegagalan dan ketidak sempurnaan kita, baik sebagai Ayah atau Ibu, juga sebagai pasangan bagi suami/istri kita.

Apapun keadaan keluarga kita saat ini, izinkanlah Sang Pembentuk lembaga keluarga, terlibat dan campur tangan. Dia sanggup memulihkan keluarga kita yang retak dan rusak. Kita memang tidak berdaya mengubah generasi yang di atas kita, tetapi kita bisa mempengaruhi (secara positif) generasi yang di bawah kita.

Jadikan kegagalan perkawinan orangtua kita sebagai pengalaman berharga. Sebab kita tahu, Tuhan turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita yang percaya akan rencana kasih-Nya.
Semoga refleksi ini memberkati kita semua.
 
Julianto Simanjuntak
Sumber Buku "Ketrampilan Perkawinan"
Follow segera @JuliantoWita untuk mendapatkan FREE E-Book "Seni Pemulihan Diri", sarana self-healing


Sent by PDS
http://pds-artikel.blogspot.com

Kamis, 27 Maret 2014

Mentor

MENTOR
(Serpihan-Serpihan Kisah Yang Tercecer)
 
          Kemarin (Rabu , 26 Maret 2014), saya  berjumpa dengan seorang anak usia belasan tahun (di bilangan Jl. Samrat – Manado)  –  tergopoh-gopoh menjinjing tas besar berisi buku-buku pelajaran. Saya menanyakan kepergiannya dan dia menjawab, "Om, saya hendak pergi ke  mentor saya!"  
          Saya sedikit kaget dengan kata  mentor  itu dan tidak lama kemudian, anak itu berbelok ke sebuah tempat Bimbingan Belajar.
          Saya baru menyadari  bahwa yang namanya  mentor  itu adalah pembimbing. Mentor – dalam bukunya yang berjudul  The Odyssey  tulisan Homerus (+ abad ke-8 seb. M ) menunjuk pada seorang pembimbing – yang diminta mengasuh putra Odysseus, yang bernama Thelemacus. Sang  mentor  juga menasihati Telemachus bagaimana sebaiknya dan seharunya  hidup sebagai Pangeran.
          Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pada dasarnya, setiap manusia itu – seharusnya – memiliki pembimbing. Ketika saya masih kecil, bapak saya (Alm. Zepherinus Soehardi) selalu bilang, "Le, ke manapun engkau pergi, selalu ada malaikat  pamomong di sampingmu. Maka jagalah dirimu baik-baik."  Mala'ika  dalam bahasa Arab mengandung arti: mendampingi, menolong, melindungi, terutama saat berbahaya   (Mzm 91: 11). Pinokio,  sebuah novel tulisan Carlo Callodi (1826 – 1890) juga  mengisahkan seorang boneka kayu yang senantiasa didampingi oleh Cricket atau Jengkrik.  Sebenarnya Callodi hendak mengatakan bahwa Cricket  itu adalah hati nurani.  Dalam dunia pewayangan kita mengenal Ponokawan (Pono = mengerti dan  kawan = sahabat). Ponokawan  (Semar, Gareng, Petruk dan Bagong) adalah  pamomong para  Pandawa (Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa) yang berhati mulia, honesty, sincere, integrity, self-confidence  dan credible.  Sang Pamomong atau Pembimbing membawa mereka pada jalan yang benar yang tentunya penuh dengan perjuangan.
          Ketika masuk di Seminari Menengah Mertoyudan – Magelang, para  seminaris diwajibkan memiliki pembimbing rohani, di tempat lain namanya direksi yang tugasnya mengarahkan (direct= arah). Ada lagi namanya konsultasi yang semoga membawa  consolatio = hiburan rohani. Para motivator menggunakan kata coaching.
          Akhirnya saya hendak mengatakan, "Berbahagialah mereka yang memiliki mentor dalam hidupnya."  Mentor  dalam arti ini berarti: penasihat, pembimbing soul-friend, sahabat yang dapat dipercaya dan hati nurani.
 
Kamis, 27 Maret 2014    Markus Marlon
 


Sent by PDS
http://pds-artikel.blogspot.com

Rabu, 26 Maret 2014

Hangatkan Cinta Sebelum Basi

Hangatkan Cinta Sebelum Basi

Cinta yang baru bagaikan sebuah api, sungguh cantik, sungguh panas, dan bergelora. Namun itu tetap hanya sebuah cahaya yang berkelap kelip. Tapi Cinta dari hati yg lebih dewasa dan berdisiplin bagaikan batubara, membara tidak terpadamkan.
(Henry Ward Beecher)
 
Setiap hari kita makan nasi, bahan makanan yang tahan satu dua hari, yang tetap enak asal dihangatkan. Demikian juga cinta dalam perkawinan. Cinta adalah makanan jiwa yang perlu selalu dihangatkan.

Cinta dapat "tawar". Cinta bahkan bisa menjadi "basi". Menjadi sangat tidak enak bahkan menjijikkan bagi yang menikmatinya. Jangan heran angka perceraian meningkat, tidak tahan dengan cinta yang sudah basi tadi.

Entahlah. Banyak orang yang menikah hanya repot dan sok sibuk di persiapan resepsi. Pacaranpun bagi sebagian orang seadanya saja. Pacaran jarak jauh dan tidak saling kenal juga tak apa-apa. Ketemu satu dua bulan di facebook atau twitter langsung jadian juga Oke. Pernikahan hanya sebagai status sosial saja. Itulah yang penulis amati selama memberi konseling pranikah dan menjadi terapis perkawinan.

Namun jika mereka abai menjaga relasi cintanya dalam pernikahan, alias lalai "menghangatkan" cinta mereka, maka cepat atau lambat cinta itu menjadi basi.
Sungguh alangkah baiknya, sebelum menikah cinta dan emosi kalian matang. Penuh pertimbangan. Sebab menikah artinya tinggal bersama seumur hidup. Bukan seperti baju, nggak suka dilepas. No! Juga bukan suatu hal yang coba-coba, tidak!

Di ruang konseling kami, jelas terlihat masalah pernikahan tidak terjadi di dalam perkawinan. Tapi terjadi jauh sebelum menikah.

Yakni karena minimnya pengenalan satu sama lain, cinta yang kenak-kanakan, kecerdasan emosi yang rendah, serta teladan (pohon keluarga) perkawinan Orangtua yang buruk. Itu semua perlu dikenali dan dipersiapkan dengan baik. Apakah kalian cukup lentur, dapat beradaptasi dan rela mengampuni kesalahan pasangan.

Empat Bahan Dasar
Menurut penelitian soal keintiman, Pria dan wanita berbeda dalam membina keintiman atau menghangatkan cinta. Secara umum, wanita lebih mampu membina keintiman daripada kaum pria.

Hanya saja, keduanya berbeda. Para wanita lebih mampu membina keintiman secara emosi yang mendalam daripada pria. Mereka cenderung membagikan (cerita) perasaannya sehubungan dengan pengalamannya. Sedangkan pria cenderung mengangatkan cintanya dengan membagikan pengalaman atau aktifitas

Keintiman atau kehangatan cinta perlu dilatih dan ditumbuhkan. Caranya adalah dengan merawat dan mengembangkan keintiman. Jangan lupa, survei membuktikan keintiman berkaitan dengan kesehatan kita.

Ada empat bahan dasar untuk menghangatkan cinta.

Pertama adalah waktu yang cukup bersama pasangan.

Kedua, bisa jadi teman bicara yang menyenangkan dengan pasangan.

Ketiga, punya selera humor dan cakap canda.
Terakhir, senang membantu ketika pasangan membutuhkan pertolongan.

Intinya selalu memikirkan bagamana agar pasangan senang dan puas.

Untuk menghangat cinta berarti anda harus peduli, bersedia berbagi dan menyatakan diri pada pasangan tanpa rasa takut atau berpura-pura. Ada kerelaan memelihara pasangan dan siap memproteksi kebutuhan fisiknya pasangan dengan baik.

Dalam hal ini termasuk berkorban bagi pasangan, membela pasangan saat dia terancam. Semua ini akan memberikan pasangan Anda rasa aman yang paling mendasar.

Memelihara Keintiman, Menghangatkan Cinta
Ada lima bentuk keintiman yang perlu dihangatkan dalam relasi pernikahan:

Pertama, keintiman emosi. Ini merupakan pengalaman kedekatan secara perasaan, kemampuan membagikan perasaan secara terbuka, dan mendapat perhatian penuh dari pasangan. Wujudnya adalah kerinduan untuk bersama, ada kesukaan ngobrol dan jalan berdua. Intinya, sediakan waktu bermesraan secara emosi.

Kedua, keintiman sosial. Pengalaman memiliki teman dan kegiatan sosial bersama-sama. Wujudnya, tidak mudah cemburu. Sebaliknya mau akrab bergaul dengan sahabat pasangan Anda. Menyediakan waktu bertemu dengan sahabat masing-masing.

Ketiga, keintiman seksual (bagi suami-istri). Ini adalah pengalaman menyatakan afeksi, sentuhan, kedekatan secara fisik dan aktivitas seksual. Wujudnya adalah punya rasa tertarik pada tubuh pasangan, mengalami orgasme dan bebas dalam mengkomunikasikan masalah seksual.

Tipsnya, sediakan waktu berkala menikmati hubungan seksual dengan pasangan Anda sesuai kebutuhan dan kesepakatan, juga kreatif melakukannya.

Kempat, keintiman rekreasional. Pengalaman membagi kesukaan lewat hobi, olahraga, dan rekreasi bersama. Kemampuan menikmati waktu senggang bersama. Rencanakan berlibur setidaknya dua kali setahun, yang menyenangkan bagi kedua belah pihak termasuk anak-anak.

Kelima, keintiman spiritual. Kemampuan menikmati persekutuan bersama secara rohani, bertumbuh secara iman serta saling mendoakan. Selain menikmati iman yang utuh, perlu saling menguatkan saat pasangan dalam kondisi tertekan dan banyak pergumulan. Anda bisa menjadi teman sharing (curhat) menyenangkan dan menguatkan

Jika Anda bisa membangun dan merawat keintiman di atas, menghangatkan cinta secara rutin, maka pernikahan itu asyik banget. Mana berani anda meninggalkan pasangan (bercerai). Rugi besar.

Dengan kehangatan cinta itu memberikan kita kenikmatan dan kepuasan. Juga kegembiraan, kedamaian, ketentraman, dan minim stres.

Sebaliknya, jika kita tidak merawat cinta, membiarkannya menjadi tawar dan "basi" maka itu dapat membawa hasil negatif. Antara lain, mudah sakit, banyak keluhan fisik dan psikis. Perkawinan tanpa keintiman dan kehangatan cinta menimbulkan ketegangan dan kesulitan yang mempengaruhi kesehatan hingga karir Anda.
Mau cinta yang hangat atau basi...?
 
Julianto Simanjuntak
Twitter: @PeduliKeluarga
 


Sent by PDS
http://pds-artikel.blogspot.com

Minggu, 23 Maret 2014

Tetangga

TETANGGA

Tadi Malam saya mengeluh dalam hati tentang "keributan" tetangga sebelah. Sobat-sobat yang pernah tinggal di Minahasa - Manado mungkin tidak asing lagi dengan suara organ tunggal dan suara emas dari orang-orang Manado. Acara duka (kematian) maupun suka (HUT, pernikahan dan syukuran) - dipastikan - ada organ tunggal hingga subuh. Awalnya saya yang orang Jawa mengeluh kenapa sampai tengah malam mereka masih nyanyi-nyanyi. Suara keras lagi.

Tadi malam saya sungguh-sungguh mengeluh dengan tetangga sebelah. "Tapi mau apa?"

Daripada tidak bisa tidur, saya mulai mencoba memaknai dalam perspektif kata. Saya mencoba melihat arti: tetangga, tangga dan neighbours. Saya malah dipusingkan dengan kata "tetangga." Tetangga "real" - nyata saja sudah membuat pusing ditambah lagi kata tetangga itu sendiri.

Kata Neighbour dari Neighbor (Anglo-Saxon, "neah" - "near" artinya dekat dan "bur" artinya - husbandry artinya: pertanian. Atau bhs Belanda "Boer" dan bhs Inggris: "Boor". Neighbour awalnya menunjuk pada tempat dekat dengan wilayah pertanian. Sinonim dari Neighbour adalah "Vicinity" dari "vicus" artinya dusun.

Lalu saya berpikir, tetanggaku bukan sebuah dusun atau lahan pertanian tetapi rumah-rumah yang isinya manusia-manusia dengan segala keunikannya.

Saya lihat buku "Etnologi" dan ternyata tetangga itu berasal dari "tangga." Waktu kecil, kalau "simbok" saya mencari kutu dan sambil ngenggosip itu dinamakan "Nonggo"

"Bagaimana ini bisa terjadi?"

Dari cara hidup yang nomade ini. Kita dapat melihat bagaimana bentuk rumah bangsa Indonesia yang asli. Karena mereka mengembara di hutan-hutan yang banyak binatang buasnya. Untuk melindungi diri mereka mendirikan rumah di atas tiang (Di Manado namanya Rumah Panggung). Bahkan ada yang membuat rumah di atas pohon.

Dengan bentuk rumah yang demikian itu sebagai sarana untuk turun-naik digunakanlah alat yang disebut Tangga. Jadi alat itu dipergunakan dengan tujuan untuk bertemu. Maka muncullah kata Tetangga.

Dari sana pula saya bermimpi tentang "The Ladder od Jacob" yakni sebuah tangga yang menghubungkan antara surga dan dunia (Bdk. "Mimpi Yakob").

Tapi baiklah kita berrefleksi, makin tinggi tangga, maka makin baiklah relasi kita. Tetangga yang saling ketemu lama-lama malah akan tidak baik, "Adoh mambu kembang, cedhak mambu bathang" - Jauh bau bunga dekat bau bangkai. Srigunung.

Maka benar pepatah Inggris, "Good fence make good neighbours" - pagar yang baik menjadikan kehidupan bertetangga baik. Dan tidak bisa dipungkiri bahwa "rumput tetangga kadang-kadang lebih hijau." Ada-ada aja nih, tidak bisa tidur gara-gara tetangga malah bermimpi "tangga Yakub."

Senin, 24 Maret 2014 Markus Marlon


Sent by PDS
http://pds-artikel.blogspot.com

Sabtu, 22 Maret 2014

Elemen Penghancur Perkawinan

Elemen Penghancur Perkawinan

Kasus
Albertus (nama samaran, disingkat A) adalah seorang yang lahir dan dibesarkan tanpa kehadiran seorang ayah. Sebelum ia lahir ayah dan ibunya bercerai. Tentu saja ini mempengaruhi kepribadian ibu dan dirinya sendiri.

A adalah seorang yang berjuang keras hingga memperoleh gelar yang sangat tinggi pada usia yang masih sangat muda. Dia pria yang sangat sibuk dalam karirnya. Istri A sebutlah Indri (nama samaran, disingkat I) juga seorang cerdas dan wanita karir yang hebat. Namun Indri sebelum menikah dengan A pernah menikmati keintiman dengan beberapa pria, bahkan sampai pada bentuk hubungan suami-istri.

Di sisi lain, Ketika baru saja menikah ternyata sang suami harus pergi ke luar negeri untuk studi. Hal ini tentu membawa pergumulan tersendiri baginya sebagai Indri, yang masih mendambakan keintiman dan kemesraan pada usia pernikahan yang baru.
Untuk mengatasi kesepian I, A mendorong istrinya untuk mengambil gelar Doktor. Dengan demikian tekanan dalam penyesuaian diri sebagai suami istri dan studi menjadi semakin besar. Akhirnya Indri terjebak mencari kemesraan dengan pria idaman lain (PIL), karena dia makin sering berjumpa sahabatnya di kantor dan saat kuliah.
Lama kelamaan A mengetahui perselingkuhan istrinya itu. Ditambah dengan catatan masa lalu istrinya yang belum pupus dalam ingatan A, membuat A menjadi sulit untuk mempercayai istrinya. Inilah latar belakang yang menimbulkan konflik dalam rumah tangga A.

Elemen Penghancur Perkawinan

Dalam kasus-kasus konseling kami memperhatikan, perkawinan menjadi rusak karena beberapa perilaku suami atau istri yang menghancurkan. Ada beberapa elemen yang dapat merusak perkawinan.

Pertama, keras kepala.
Artinya, masing-masing mudah terbakar oleh perbedaan pendapat. Pola komunikasi pasangan ini mirip dengan permainan kartu, tiap orang merasa harus menang. Salah satu Penyebabnya adalah keduanya memiliki sifat keras kepala.

Bagaimana mengatasi sifat keras kepala ini? Anda dan pasangan harus menyediakan waktu untuk duduk bersama. Kemudian membicarakan dengan terbuka hal-hal apa yang menjengkelkan masing-masing saat berkomunikasi. Misalnya soal pulang terlambat, janji yang tidak dipenuhi, sifat pelupa, dan sebagainya.

Sifat ini membuat suami atau istri tergoda untuk mengeluarkan statement atau tindakan tertentu yang sifatnya menghina dan menyerang satu sama lain. Misalnya berusaha menjadi lebih superior dengan cara merendahkan pasangannya. Pola komunikasinya "you hurt me, so I hurt you'. Hal ini akan memperlemah pernikahan. Seringkali penyebab tingkah laku ini muncul samar-samar.

Sementara itu, di satu sisi pasangan yang menderita justru "menyukai" dia menjadi korban. Dengan berperan sebagai korban dia mendapat jalan memojokkan pasangannya. Misalnya sang istri yang dominan suka mengambil keputusan tanpa tanya suami. Ketika kemudian ternyata keputusan itu salah, suaminya kemudian berkata, "Kan, mama yang mutusin sendiri..." Suami ini "menang", tapi dengan cara melukai istrinya.

Kedua, mendominasi pasangan.

Seorang istri yang sukses dalam karir, cenderung mengontrol suami dan semua urusan rumah tangganya. Kadang untuk itu dia berperilaku agresif dan berpura-pura meminta pendapat sang suami. Namun karena selalu kurang waktu untuk diskusi, suami akhirnya menyerah pada kemauan istrinya.

Ada juga sikap menyuap pasangan. Pola ini sering dipakai di mana komunikasi berjalan secara tidak jelas. Terjadi sistem "suap" supaya pasangan diam dan menerima keadaan. Contoh: Seorang istri yang ingin ngobrol dengan suaminya tentang sesuatu hal yang berhubungan dengan suaminya tetapi tidak kesampaian karena suami terlebih dahulu memberikan sesuatu padanya, misalnya perhiasan atau uang (hadiah). Akhirnya si istri mengurungkan niatnya untuk curhat. Ucapan terima kasih dari istri pada suaminya tidak berarti karena kebutuhan tidak terjawab.

Cara-cara ini harus diperbaiki jika Anda menginginkan pernikahan Anda menjadi lebih baik. Istri yang sukses perlu menyadari bahwa suami adalah pemimpin. Dengan demikian dia perlu memberikan sikap hormat seperti yang seharusnya diterima seorang pemimpin.

Kepemimpinan suami dalam keluarga bukanlah posisi yang diusahakan suami karena dia berhasil secara finansial atau punya pendidikan atau kedudukan lebih tinggi di kantor. Allah-lah, yang menentukan suami sebagai pemimpin dalam keluarga. Ini tidak bisa diganggu-gugat, karena sangat menentukan keberhasilan pernikahan Anda.

Seorang Istri yang takut akan Tuhan akan menempatkan suaminya pada posisi yang lebih tinggi daripada dia sendiri. Suami yang menyadari bahwa dia harus mempertanggungjawabkan kedudukan ini kepada Allah, tidak akan mau mengabaikan rumah tangganya, apa pun alasannya.

Tiga, membaca pikiran.

Istri/suami mempunyai asumsi pikiran terhadap pasangannya. Akibatnya, seringkali terjadi salah paham dan memancing pertengkaran. Contoh: seorang suami yang terlambat pulang dengan alasan bertemu klien sementara istri di rumah sudah berasumsi suaminya pergi dengan perempuan lain. Contoh: Kata Anda dalam hati, "Jangan-jangan dia itu ...."

Mind reading ini menjauhkan Anda dan pasangan secara emosi. Sedangkan kecurigaan membangun jarak Anda dengan pasangan. Waspadai juga pikiran berikut ini, "Istri saya sengaja berbuat begini supaya saya marah..." atau "Suami saya sengaja mau mempermalukan saya..."

Kita perlu membangun rasa percaya terhadap pasangan. Bagaimanapun, Andalah yang memilih dia menjadi suami atau istri Anda. Tentu Anda memilih dia dari sekian banyak orang yang Anda kenal karena dia yang terbaik bagi Anda. Dialah juga orang yang terdekat dengan Anda saat ini. Kalau bukan Anda yang mempercayai pasangan Anda, siapa lagi?

Pria dan wanita mempunyai sifat dan pembawaan yang dasarnya memang berbeda. Misalnya kebutuhan untuk didengarkan, lebih mendominasi para istri. Sedangkan pria akan sangat berterimakasih jika istrinya tidak terlalu banyak bertanya di saat dia tidak siap menjawabnya atau ketika dia lelah dan butuh istirahat. Komunikasikan kebutuhan Anda dengan baik sehingga pasangan Anda tidak menduga-duga lebih jauh.

Menurut Lederer dan Jackson, ada relasi yang kuat antara trust dan komunikasi suami-istri. Jika komunikasi antara suami istri terganggu dan mengalami tegangan maka trust cenderung berkurang. Tetapi jika keduanya saling memper-cayai, mereka mudah membangung kepercayaan yang "saling" (mutual confidence).

Empat, menghindari konflik.

Perilaku menjengkelkan lainnya adalah mengalihkan rasa enggan berkomunikasi dengan kesibukan. Contoh: Suami membawa pulang pekerjaan kantor, kemudian berkurung diri di kamar dan tidak mau diganggu. Istri juga terus sibuk dengan anak-anak dan pekerjaan rumah lainnya. Karena kesibukan masing-masing maka akhirnya mereka tidak saling berkomunikasi, padahal sebenarnya ada hal-hal yang bisa ditunda.

Contoh lain. Suami sebenarnya tidak begitu suka bertemu dengan keluarga istri. Maka, kalau keluarga istri berencana kumpul, ada-ada saja alasan suami tidak mau ikut. Ini dilematis untuk istri yang memang dekat dengan keluarga asalnya. Maka, jika ada rencana pertemuan keluarga, istri berusaha sedapat mungkin bersikap baik dan menghindarkan konflik dengan suaminya. Tetapi akibatnya dia kelelahan sendiri karena merasa terjepit antara suami dan orang tua atau saudara kandungnya.

Ini pernah terjadi dalam pernikahan kami sendiri di lima tahun pertama. Saya (Julianto) selalu merasa enggan ke rumah mertua saya, sebab saya tidak merasa nyaman sedang konflik dengan Wita. Lagipula konflik kami sering tidak selesai berhari-hari saat itu. Untuk menghindari ajakan Wita saya menyibukkan diri dengan pekerjaan kantor. Ya, sok sibuk.

Bagaimana mengatasi hal ini? Umumnya aktifitas sok sibuk ini dipicu oleh konflik tersembunyi. Kalau konflik tersembunyi ini dibiarkan bertumpuk, kita tinggal menunggu ledakannya yang hebat. Karena itu, masing-masing pihak harus mengakui perasaannya yang terdalam, apakah yang membuat dia enggan berkomunikasi dengan pasangan. Jika akar sebenarnya adalah konflik yang bertumpuk, mereka perlu belajar terbuka dan mampu mengelola konflik itu.

Lima, komunikasi yang miskin.

Dari kasus di atas, usai menikah Albert langsung pergi studi ke luar negeri meninggalkan istrinya. untuk studi. Hal ini tentu membawa pergumulan tersendiri baginya sebagai Indri, yang masih mendambakan komunikasi, keintiman dan kemesraan pada usia pernikahan yang baru.
Indri istri Albert merasa kesepian sendiri di rumah. Bagi istri, kehadiran suami di rumah merupakan kebutuhan yang sangat penting. Apalagi pada tahun-tahun pertama pernikahan. Sayangnya dalam usia pernikahan yang masih sangat muda itu Albert memilih sekolah ke luar negeri. Para istri umumnya sangat membutuhkan kehadiran sang suami untuk melindungi, menghibur, membesarkan dan menguatkan hatinya tatkala menghadapi tekanan-tekanan.

Menurut D. Scheunemann para istri sangat butuh pernyataan dan wujud cinta, rangkulan kasih, dan tanda-tanda cinta yang romantis. Istri membutuhkan banyak waktu suaminya agar suaminya dapat mendengarkan keluhan dan pergumulannya.

Ada empat kebutuhan pokok istri dalam hubungan dengan suami. Yakni: rasa aman, percakapan yang berarti, ikatan emosi yang romantis dan sentuhan fisik. Namun karena suaminya ada di luar negeri untuk kuliah, maka hal-hal tadi nyaris tidak dirasakan Indri. Karena kebutuhannya tidak dipenuhi maka muncullah keinginan membangun keintiman dengan pria lain. Komunikasi merupakan inti kehidupan keluarga. Artinya tiap anggota berinteraksi secara verbal dan nonverbal menyatakan emosi-emosi mereka.
Melalui komunikasilah suami istri dapat menyatakan pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan sehingga hubungan itu semakin intim dan dalam.

Tanpa kemampuan berkomunikasi secara efektif, keluarga itu akan cepat menjadi hanya sekumpulan individu yang memiliki perasaan, pikiran dan keinginan masing-masing. Keluarga yang demikian akan mudah menjadi sakit dan tidak berfungsi.
Enam, berbuat baik demi menguasai pasangan.

Perbuatan baik yang dilakukan oleh suami/istri untuk menyenangkan diri sendiri. Contoh: seorang istri melayani kebutuhan seksual suami dengan tujuan keinginannya dipenuhi, misalnya ingin dibelikan cincin berlian. Pola saling balas antara suami istri yang dilakukan secara sadar. Pasangan hanya berbuat baik jika pasangan lebih dulu berbuat baik dan sebaliknya.

Klien kami Siska mengeluh tentang pernikahannya. Suaminya sering berbuat baik karena ada maunya. Siska berkata, "Saya merasa suami saya membangun tembok di antara kami. Dia jarang mengajak saya bicara. Kalau saya mendekati dia atau mencoba mengajaknya bicara, dia pergi. Suami saya bahkan seringkali pergi begitu saja, nggak bilang. Tetapi kalau dia mau seks, dia akan bermanis muka pada saya. Atau kalau ibunya mau datang, dia jadi baik sekali. Dia mau supaya saya melayani mamanya. Tapi bagaimana bisa ya, begini terus. Lama-lama, saya merasa hanya dimanfaatkan suami saya sendiri."

Pola ini merusak pernikahan, maka perlu diperbaiki. Perasaan jengkel karena merasa dimanfaatkan pasangan, perlu dikelola. Suami dan istri seyogyanya memiliki cinta yang tulus dan sabar menanggung kelemahan tertentu pasangan. Jika sulit melakukannya, pasangan ini perlu meminta pertolongan konselor perkawinan.

Enam, tidak bertanggung jawab.

Kami menjumpai kasus seorang istri yang sukses berkarier di luar rumah menggunakan waktunya untuk "gaul" tanpa meminta izin kepada suaminya. Dia mengatakan akan pulang larut karena ada rapat kantor. Padahal dia pergi dugem dengan teman-temannya.

Ada lagi kasus seorang istri datang ke kantor kami karena suaminya sudah delapan tahun tidak berbicara dengan dia. Mereka masih tinggal seatap tetapi sama sekali tidak ada komunikasi. Sang suami menjadikan rumah seperti hotel, pergi-pulang tanpa kesan dan pesan. Suami demikian dikategorikan tidak bertanggung jawab.

Di Indonesia, 30% perceraian terjadi karena salah satu pasangan meninggalkan tanggung jawabnya terhadap keluarga. Yang dimaksud di sini bukan jobless, yang terkadang memang tidak terhindarkan, melainkan sifat seseorang yang cenderung mau enaknya saja.
Sifat ini biasanya sudah terbentuk sejak masa kanak-kanak. Jadi kalau ditemukan sesudah menikah, maka tidak mudah untuk mengubahnya. Jika istri terus ngomel menuntut suami berubah, dapat menjadi bumerang dimana suami tidak nyaman digurui. Sebaiknya temui konselor perkawinan, agar terapislah yang berbicara dengan suami Anda.
 
Julianto Simanjuntak
dari buku "KETRAMPILAN PERKAWINAN" (Julianto Simanjuntak & Roswitha Ndraha)
Pengguna iPad dan iPhone bisa unduh ebook kami di http://juliantobooks.mahoni.com
Follow twitter @PeduliKeluarga

Sent by PDS
http://pds-artikel.blogspot.com

Jumat, 21 Maret 2014

Milis

MILIS
(Kontemplasi  Peradaban)
 
          Tatkala saya berjumpa dengan sahabat lamaku di Bukit Kasih – Minahasa – Sulawesi Utara  (Senin, 10 Maret 2014), dia mengeluh demikian, "Saya ini ikut berbagai  group  milis. Tetapi sekarang saya jenuh, karena tidak ada yang menanggapi tulisan-tulisanku, padahal saya kalau menulis milis itu bisa  berjam-jam."
          Kemudian dengan enteng  dan sambil lalu (agak meremehkan) saya jawab, "Loh, sobat  jangan salah! Bahkan ketika namamu muncul di milis itu, ada loh yang langsung men-delet."  Teman saya pun semakin yakin bahwa tulisan-tulisannya di milis tidak berarti lagi. Dan hingga hari ini, namanya tidak muncul lagi.
          Milis (Bhs. Inggris: mailing list) adalah  group diskusi di internet yang  setiap orang bisa berlangganan atau ikut serta di dalamnya. Anggota milis seperti membaca surat dari orang lain dan kemudian mengirim balasan. Secara sederhana milis adalah sebuah daftar alamat surat elektronik (surel) yang punya kesukaan atau kepentingan yang sama.
          Kita bayangkan saja berapa juta  informasi yang berpotensi  kita terima dari jejaring sosial  pada zaman ini setiap harinya. Manusia,  seolah-olah  kêmblêgan  – kejatuhan informasi yang begitu banyak. Informasi itu menyelinap dalam jejaring sosial itu  bukan seperti mata-mata satu  per satu, melainkan satu battalion.  (Bdk. Kata-kata Shakespeare dalam drama yang berjudul,  "Romeo-Juliet").  Kalau seseorang masuk dalam lima group  milis tentunya setiap hari bisa menerima puluhan bahkan ratusan informasi, belum lagi spam-spam yang masuk  tanpa permisi. Maka tidak mengherankan jika ada orang yang berkata, "Setiap pagi saya hanya men-delet  ucapan-ucapan HUT dan men-delet  diskusi-diskusi yang tidak bermutu." Dunia dikuasai oleh apa yang dikatakan Paus Fransiskus sebagai  "throw-away-culture."  Budaya yang membuang  atau men-delete segala yang tidak baru lagi. Apa yang segar hari ini, besok sudah basi. Duduk berlama-lama membaca milis yang panjang-panjang hanyalah membuang-buang waktu saja.
          Orang yang masuk  group milis hidup dalam situasi disengage communication (komunikasi tanpa keterlibatan nyata). Karena jarak jauh dan tidak tahu juga lokasinya. Misalnya, ada seorang anggota salah satu group milis yang menulis sebuah peryataan yang kontroversial. Kemudian oleh seorang pemikir  ditanggapinya  dengan serius. Dengan serius pemikir itu menanggapi tulisan secara ilmiah dan menyebutkan pelbagai referensi. Tapi ternyata, sang pembuat pernyataan itu tidak menanggapi balik  (feedback) tetapi  malah membuat issu atau judul baru. Mungkin dalam hati dia berkata, "EGP" (emang gue pikirin).  Orang yang menanggapi  tulisan itu boleh marah  sich, tetapi di dalam hati saja, karena – yah  tadi itu – disengage communacation.  Orang yang masuk dalam dunia maya, virtual  berarti dirinya sudah terjun dalam "dunia bebas." 
          Meskipun tulisan-tulisan kita itu seperti  "suara yang berseru-seru  di padang gurun,"  tetaplah menulis. Bukankah Ibu Teresa dari Calccuta (1910 – 1997) pernah menulis, "Meskipun karyamu tidak dihargai orang, tetaplah berkarya." Atau seperti Andre Wongso yang menulis puisi yang berjudul  Bunga Lily di Tebing, "Meskipun bunga Lilly bertumbuh mekar indah mewangi di tebing dan tidak ada yang melihat, tetaplah berbunga seindah-indahnya." Atau seperti buku besutan  Antony de Mello (1931 – 1987)  yang berjudul,  Burung Berkicau  menulis, "Meskipun tidak ada yang mendengarkan suaranya yang merdu, burung-burung itu pun tetap berkicau."  Sekali lagi saya katakan, "Meskipun di milis ini,  tidak ada yang membaca, tetaplah menulis!"
 
Sabtu, 22 Maret 2014   Markus Marlon
 

Sent by PDS
http://pds-artikel.blogspot.com

Kamis, 20 Maret 2014

Rencana

RENCANA
 ( M   o   t   i   v   a   s   I )
 
          Pernah suatu hari ada seorang karyawan berkata, "Saya akan pergi ke Jakarta." Namun dalam bergulirnya waktu, karyawan itu belum juga berangkat ke Jakarta. Usut punya usut,  ternyata dia tidak membuat perencanaan yang matang atas keberangkatannya.
          "Rencana" adalah sebuah kata dari bahasa Sansekerta yang berarti susunan kegiatan. Dengan adanya rencana, seseorang  telah  menyusun kegiatan-kegiatannya sehingga bisa terlaksana. Ia tidak hanya berkata, "Saya akan…" melainkan ia berkata, "Saya berencana untuk…"  Orang yang berencana memunyai jadual atau agenda yang jelas dan pasti. Yesus pun pernah mengajar tentang perencanaan, "Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu" (Luk 14: 28).  Bahkan pepatah kuno pun berkata, "Gagal untuk merencanakan adalah merencanakan untuk gagal." Ini berarti seseorang perlu untuk  "duduk dahulu" membuat rencana yang benar.
          Betapa pentingnya  pembuatan sebuah  rencana. Stephen Covey  (1932 – 2012) dan Rebecca Merrill dalam bukunya yang berjudul,   "First Thing First"  menulis tentang kehebatan pohon bambu China.  Dikisahkan bahwa pohon bambu itu selama lima tahun pertama bertumbuh untuk memperkuat akar-akarnya. Setelah akar sudah kokoh-kuat, baru pohon bambu China itu bertumbuh dengan cepatnya menjulang tinggi, meskipun terhempas angin kencang sekalipun, pohon-pohon bambu China itu tetap berdiri kokoh.
          Sebuah rencana dibuat untuk masa depan – yang tentunya – mengacu pada pengalaman masa lalu dengan membuat evaluasi kerja. Smith Wigglesworth (1859 – 1947)  menulis, "God's plan for us  is to forget the past because the future is so amazingly wonderful" – Rencana Tuhan untuk kita adalah untuk melupakan masa lalu karena masa depan itu sangat indah luar biasa.  Orang yang berputar-putar dengan masa lalu sangat sulit untuk melihat dan merasakan keindahan masa depan. Orang itu berkutat dengan pengalaman masa lalu yang mungkin suatu kegagalan dan  rasa bersalah sehingga sulit untuk merencanakan sesuatu yang mengembangkan. Bayang-bayang kegagalan di masa lampau sangat menghalangi seseorang membuat rencana yang jernih.  
          Untuk membuat rencana tentunya seseorang melihat dulu kepada kekuatan dalam diri sendiri. Orang Yunani kuno mengatakan,  "gnouthi seauton"  – kenalilah dirimu sendiri.  Sun Tzu (400 – 320 seb. M) ahli strategi perang dalam bukunya yang berjudul   The Art of War  menulis, "Kenalilah musuhmu, kenalilah diri sendiri. Maka kau bisa berjuang dalam 100 pertempuran tanpa risiko kalah. Kenalilah bumi, kenalilah langit dan kemenanganmu akan menjadi lengkap."  Yesus pun juga pernah bersabda, "Atau raja mana yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan sepuluh ribu orang, ia sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan dua puluh ribu orang"  (Luk 14: 31).
Pada zaman muthakhir ini, orang-orang dalam membuat rencana menggunakan  analisis  SWOT (Strenght – Kekuatan, Weakness – Kelemahan, Oportunity – Kesempatan dan Threat – Tantangan). Dengan perencanaan yang matang – melalui proses yang panjang pula – tentunya akan menghasilkan perencanaan atau program yang dapat diandalkan.  Namun kita harus menyadari bahwa sebaik-baik rencana, kita harus tetap berpegang pada Tuhan, seperti yang diucapkan dalam Pepatah Latin, "Homo proponit sed Deus disponit" yang berarti: Manusia merencanakan tetapi Tuhanlah yang menentukan.
 
Jumat, 21 Maret 2014   Markus Marlon 


Sent by PDS
http://pds-artikel.blogspot.com

Selasa, 18 Maret 2014

Ayah Andalan Anak

Ayah Andalan Anak

Tidak mudah menjadi ayah. Namun jabatan Ayah sangat indah dan menyenangkan. Masalahnya adalah tidak ada sekolah yang mengajarkan bagaimana menjadi ayah yang baik dan dapat diandalkan Anak. Butuh usaha ekstra keras, skill dan emosi yang cukup, untuk mewujudkannya. Kami berdua terus berusaha menjadi orangtua lebih baik dengan cara sekolah konseling dan mengikuti pelatihan. Para Ayah dipanggil untuk mengisi tabung panahnya dengan baik. Agar suatu saat anak-anak kita pergi dari rumah mereka bagai anak panah yang siap diluncurkan. Ada beberapa faktor yang perlu kita miliki sebagai seorang Ayah agar dapat diandalkan anak-anak.

Ayah dan Visinya

Setiap Ayah perlu sekali memiliki visi atau tujuan menjadi seorang ayah, juga visi bagi seluruh anggota keluarganya. Visi yang dimaksuda adalah apa yang hendak dicapai seorang Ayah bagi anak-anaknya dan apa yang akan dilakukan sepanjang hidup yang diberikan Allah kepada seorang Ayah. Seorang Ayah yang memiliki Visi akan membuat dia bersemangat menjadi Ayah dan tidak mudah putus asa saat menjumpai kesulitan dalam mengasuh anak. Seorang Ayah perlu punya visi karena dia menjadi pemimpin dan pemberi arah bagi anak dan istri. Apa visi yang ingin Anda wujudkan dalam keluarga Anda? Saya punya visi bagi anak-anak saya, yaitu membangun generasi anak-cucu yang perkasa dan tangguh. Visi ini menjadi sangat penting jika kita mengerti bahwa kita tidak hanya bertanggung jawab atas anak-anak kita, tetapi juga atas cucu kita, cicit, kita, atas generasi ratusan tahun akan datang. Kelak kita tidak saja dikenal sebagai ayah tetapi juga Kakek dan leluhur yang bijak. Jika Anda punya visi sebagai seorang Ayah, akan mampu memotivasi anak-anak memiliki yang sama kelak dalam mendidik cucu-cucu kita.

Ayah mendidik anak mencintai buku

Sebagai seorang Ayah yang bijak, kita perlu mendorong anak-anak gemar belajar dan membaca. Sebab buku adalah jendela informasi yang limpah. Bagi kami buku sudah menjadi bagian hidup yang tak terpisahkan, artinya tiada hari tanpa membaca buku. Dengan menjadi teladan bagi anak-anak dalam membaca, anak-anak tidak sulit buat belajar dan membaca di rmah. Kami membiasakan secara rutin membawa anak-anak ke toko buku dan membelikan bacaan yang baik. Kita patut menyisihkan sebagian pendapatan kita untuk membelikan buku bagi anak-anak. Ayah adalah motivator utama bagi seorang anak mencintai buku. Selain buku pelajaran anak, kita perlu memperkenalkan buku yang membangun iman anak dan pertumbuhan jiwa mereka.

Ayah mengajarkan kerjasama

Anak-anak juga dapat meneladani ayah mereka dalam hal saling membantu dengan ibu mereka. Alangkah indahnya keluarga yang anggotanya saling memperhatikan. Atmosfer itu tidak tumbuh begitu saja, harus diciptakan dan diusahakan terus berlangsung. Saya (wita) tidak dapat melupakan bagaimana Papa membantu Mama jika ia berada di rumah. Kami bersaudara tujuh dan saya anak tertua. Saya kagum karena Papa selalu ada di dekat Mama justru pada masa-masa sulit, yakni waktu kami masih kecil. Waktu itu tidak ada pembantu. Kemungkinan karena mama ingin mengurus anak-anaknya sendiri. Hampir setiap tahun ada adik-adik saya yang lahir. Papa turun tangan hampir di segala lini rumahtangga. Para Ayah sekalian, sadar atau tidak anak-anak memperhatikan dengan seksama bagaimana kita memperlakukan istri atau ibu dari anak-anak kita. Bagaimana kita bekerjasama dengan Istri mengasuh mereka. Hal itulah yang akan ditiru saat mereka berumah tangga.

Ayah teman bermain anak

Hal praktis lain yang dapat kita lakukan untuk menjadi ayah bagi anak-anak kita adalah dengan bermain bersama mereka. Anak laki-laki lebih membutuhkan permainan yang bersifat fisik. Misalnya bergulat, kuda-kudaan, main sepeda, berenang, bulutangkis, sepakbola, adu-panco. Anak yang cerdas biasanya suka permainan yang dimainkan sambil ngobrol dengan Sang Ayah: Catur, halma, ular tangga dan monopoli. Belakangan ini muncul permainan yang disebuat game boy, PlayStation, dan sebagainya. atau olahraga bersama seperti badminton dan lainnya. Bermain hanyalah sarana agar kita bisa berkomunikasi dengan anak. Bermain sambil bercerita akan membangun hubungan bathin kita dengan mereka. Hubungan bathin yang kaya akan membuat anak-anak terhindar dari pengaruh buruk diluar rumah.

Ayah pemimpin spiritual

Sebagai Ayah kita dipanggil menjadi Imam, pemimpin spiritual. Dengan menghadirkan Tuhan dalam pesekutuan keluarga akan membuat anak tumbuh mengenal Tuhan. Belajar taat dan takut akan Tuhan yang dipelajari melalui Firman Tuhan. Kita perlu menyediakan waktu ngobrol-ngobrol tentang Tuhan dan doktrin kepada anak-anak, dan mewariskan spiritualitas yang baik kepada mereka.

Belajar dari James Dobson saya mengambil komitmen mengutamakan anak-anak diantara semua aktifitas saya. Dari semua gelar yang diberikan kepada saya, yang paling saya sukai adalah Ayah. Tekad ini menjadi stabiliser yang baik, terutama saat saya sibuk dengan pekerjaan di luar rumah. Bila anak-anak menikmati kita sebagai Ayahnya, maka anak akan mempercayai kita. Dengan demikian anak lebih mudah mentaati kita dan lebih disiplin. Jika kita pernah gagal menjadi Ayah yang baik saat anak masih balita, kita perlu memulihkan hubungan sebelum anak remaja.

Yulianto Simanjuntak.
Sent by PDS
http://pds-artikel.blogspot.com

Jumat, 14 Maret 2014

Pemimpin

PEMIMPIN – 2 –
(Kontemplasi  Peradaban)
 
          "Kekuasaan tidak bisa dimiliki oleh orang-orang yang bicara sembarangan", adalah kutipan dari buku yang berjudul, 48 Hukum Kekuasaan tulisan Robert Greene. Penulis menggambarkan kisah ini dengan tokoh yang bernama Coriolanus.
Gnaeus Marcius, yang juga dikenal  sebagai Coriolanus, adalah seorang pahlawan militer besar di Roma kuno. Pada paruh pertama abad 5 s.M, ia memenangkan banyak peperangan terkenal dan menyelamatkan kota itu dari bencana berkali-kali.
          Sebelum terjun ke dunia politik, nama Coriolanus memancing perasaan takjub. Prestasinya di medan perang menunjukkan bahwa ia adalah seorang pria yang sangat pemberani. Karena rakyat tidak tahu banyak hal tentangnya, berbagai jenis legenda pun disangkut-pautkan dengan namanya. Namun demikian, tepat saat ia berpidato di hadapan rakyat Roma dan mengutarakan pendapatnya, segenap kehebatan dan misterinya pun lenyap. Semakin banyak ucapan yang dilontarkan oleh Coriolanus, ia tampak semakin lemah.  
          Seorang pemimpin adalah pemegang kebijakan (stakeholder). Kata demi kata yang dikeluarkan dari mulutnya haruslah sudah "matang." Orang Jawa mempunyai jargon yang sangat tepat, "Sabda pandhita ratu" yang artinya perkataan seorang raja yang sudah keluar dari mulutnya tidak bisa ditarik kembali.   Pengajaran ini amat dipatuhi dalam dunia pewayangan.  Para ksatria yang telah mengungkapkan kata-kata untuk melakukan sesuatu sudah dianggap sebagai ikthiar atau sumpah yang harus dipenuhi. Para ksatria sejati tidak mudah mengumbar janji.  
          Seorang pemimpin yang suka berpolemik dan membuat pernyataan menjadi makanan empuk bagi lawan politiknya. Apa yang dilontarkan ke masa bagaikan bola salju. Pernyataan Sang Pemimpin begitu cepat menyebar tanpa kendali. "Ajining diri gumantung kedaling lathi" yang artinya, harga diri seseorang  tergantung  dari kata-kata yang keluar dari mulutnya.  Pro dan  contra untuk menyikapi kata-kata  Sang Pemimpin menuai  badai yang besar, sehingga melelahkan dan menguras energi. Inilah yang diharapkan dari para lawan politiknya.  Pada gilirannya, Sang Pemimpin menjadi tidak berwibawa lagi, dan jika berpidato – meskipun isinya berbobot – tetapi karena  kurang bisa mengendalikan lidahnya, kata-kata yang keluar darinya tidak mempunyai arti lagi.  Pidatonya tidak memunyai nilai jual.
          Historia  repete, sejarah berulang.  Banyak kekuasaan jatuh karena kata-kata yang diucapkan. Buku tulisan Stefan Zweig yang berjudul  Marie Antoineette  sangat jeli memaparkan tentang terjadinya Revolusi Perancis. Tidak ingatlah bahwa Revolusi Perancis juga terjadi karena kata-kata dari Marie Antoinette  ( 1755 – 1793), "Roti di istana ada, tetapi tidak cukup untuk kalian." Tentu saja rakyat yang kelaparan akan mencari jalan supaya orang-orang dalam istana tersebut juga menderita kelaparan. Jalan satu-satunya adalah revolusi. "Hukuman" dari rakyat tersebut adalah gantung dengan goulettine. Kata-kata yang tidak terkendali berpotensi untuk membuat keruh suasana.
 Para pemimpin seperti Louis XIV (1754 – 1793) adalah orang-orang yang menghemat kata. Ketika dewan kerajaan komplain dan ingin bertemu dengan sang Raja. Louis XIV mendengarkan mereka tanpa mengucapkan apa-apa dengan mimik paling penuh teka-teki di wajahnya. Akhirnya setelah  para utusan dewan itu menyelesaikan presentasinya dan meminta pendapat sang Raja, sang Raja menatap mereka dan berkata, "Kupikir dulu, ya." Kemudian ia pun pergi. Para mentri dan anggota istana tidak akan pernah mendengar sepatah  kata pun tentang topik tersebut dari bibir sang Raja.
          Di saat-saat negara sedang genting dilanda dengan multi problema, banyak orang pandai berpendapat dan berargumen. Dengan gampang orang bersumpah demi nama Allah bahwa dirinya bersih. Kata-kata yang telah diucapkan itu direkam dan setiap saat jika dibutuhkan ditayangkan kembali. Masyarakat akhirnya bisa menilai melalui kata-kata yang diucapkan tersebut.  Hai, para pemimpin berhematlah dengan kata-katamu.

Jumat, 14 Maret 2014   Markus  Marlon
 
Sent by PDS
http://pds-artikel.blogspot.com

Rabu, 12 Maret 2014

Kekerasan dalam pacaran

Kekerasan Dalam Pacaran,  Dan Bagaimana Bersikap
(Julianto Simanjuntak, LK3)
 
Saat mendengarkan curhat teman yang mengalami kekerasan dalam masa pacaran, kita kadang tergoda menyalahkan si cowok (jika korban perempuan).  Kita semua sependapat pelaku kekerasan itu tidak bertanggungjawab. Namun, kita tidak bisa berhenti pada menjatuhkan kesalahan pada si pria. Bagaimana peran dari si korban? Jika kekerasan terus menerus terjadi, kesalahan si korban adalah membiarkan kekerasan itu dan tidak berbuat apapun untuk melindungi diri. Berikut dua contoh yang menunjukkan sikap yang berbeda
 
Kasus 1
 
Sandra (samaran) sangat terpukul. Pacarnya mengancam akan memposting fotonya dalam keadaan telanjang di Facebook. Karena ancaman itu, Sandra terpaksa cerita pada Keluarganya minta pertolongan. Sandra masih kuliah tingkat III di sebuah kota Jawa Tengah, Sang Ayah tinggal jauh di Kalimantan. Sandra merasa tidak berdaya. Sebelum Bento minta hubungan badan dengan Sandra, Bento kerap memukul dengan kasar.
 
Sesekali Bento mengancam akan mempublikasikan foto foto yang sangat pribadi. Karena tidak tahan, ia melaporkan pada Ayahnya. Sang Ayah kemudian menghubungi Bento untuk stop hubungan tersebut dan tidak melakukan ancaman itu. Kini giliran Ayah Sandra tegas, mengancam akan membawa kasus ini ke ranah hukum. Kebetulan Sang Ayah punya relasi dengan tentara yang dapat menindak Bento. Akhirnya, Sandra selamat dari hubungan yang sudah sangat tidak sehat.
 
Sikap Sandra sudah tepat, segera melibatkan keluarga untuk menghentikan kekerasan pacarnya. Sikap memutuskan hubungan juga terpuji, karena itu cara terbaik melindungi diri daripada meneruskan hubungan yang tidak sehat dan membahayakan.
 
Kasus 2
 
Klien kami Santi (samaran) Seorang perempuan  yang cukup berumur. Ia mengaku memaksakan diri untuk menikah dengan pacarnya yang kasar dan suka mabuk. Santi merasa  takut, kalau memutuskan hubungan ini akan sulit berkenalan lagi dengan pria. Pacarnya, Condro (samaran) suka minum alkhohol dan judi.
 
Tak jarang Condro main tangan kalau keinginannya tak dipenuhi Santi. Namun Santi tak berdaya. Dia sayang dan merasa kasihan dengan pacarnya. Dia berpikir, pastikan Tuhan akan menjawab doanya mengubah Condro. Tapi apa daya, baru saja 5 hari menikah, Santi memutuskan lari dari Condro karena tidak sanggup dianiaya dan terus diteror suaminya yang sering minta uang untuk main judi. Ironis, Perkawinannya hanya berusia lima hari.
 
Pemikiran santi jelas keliru, berharap pernikahan akan mengubah sifat dan kebiasaan buruk Condro. Sikap demikian tak ubahnya mempermainkan Tuhan. Sifat dan kebiasaan buruk umumnya sudah terbentuk lama, dan tidak mungkin diubah dalam waktu singkat. Memaksakan tetap berelasi bahkan menikah dengan pria bermental seperti condro adalah "gambling". Lebih besar kemungkinan buruk yang terjadi. Jika di masa pacaran sudah melihat pasanganmu seperti Condro, yang terbaik adalah memutuskan hubungan.
 
Pribadi Penganiaya
 
Punya  cowok berperilaku kasar dan menganiaya sangat menyebalkan. Sikap mereka sering "aneh" dan  sulit diprediksi;  Kadang baik dan kadang jahat?.  Apakah itu tumbuh begitu saja? Oh tidak!
 
John N. Briere, seorang dosen di University of Southern California School of Medicine, menemukan relasi antara gejala yang nampak pada orang-orang yang cenderung suka menganiaya dengan masa kanak-kanak yang sangat menderita, terutama yang dilakukan Sang Ayah.
 
Yang disebut aniaya disini tidak terbatas kepada fisik saja. Yang paling sering dan berbahaya adalah serangan yang terus-menerus terhadap harga diri seorang anak. Apalagi yang dilakukan di depan umum. Seperti kata-kata yang tajam terhadap anak. Inilah yang memberikan sumbangan paling besar terhadap terbentuknya kepribadian seorang penganiaya.
 
Tanpa disadari anak yang besar dengan aniaya dan terlantar secara emosi, mengalami masalah dengan harga diri. Mereka  berusaha keras untuk diterima dan dihargai orang lain. Mereka  paling takut kalau ditolak atau ditinggalkan oleh orang-orang yang paling mereka kasihi. Tetapi di sisi lain mereka tertekan oleh kedekatan hubungan tersebut. Ambivalen yang menyakitkan.
 
Kecenderungan emosi meledak dan suka memukul disebabkan  Cowok Anda sejak kecil terbiasa  memendam emosi negatif. Setelah bertumpuk barulah dia mengeluarkan emosi itu dalam bentuk tindakan fisik. Pada waktu kecil ia tidak telatih menyampaikan rasa kecewa dan marah secara verbal, dengan perkataan. Karena tidak ada atmosfernya.
 
Pribadi penganiaya  juga disebabkan oleh adanya kecemburuan patologis cowok  pada ceweknya, atau sebaliknya. Dia tidak suka melihat anda  ceria dan bahagia saat bersama teman teman anda.  Marah dan iri bercampur dalam dirinya saat melihat anda Supel dan mudah bergaul.
 
Dia merasa cemburu karena tidak pernah bisa memiliki hal seperti itu. Di bawah rasa cemburu ini tertanam  perasaan rendah diri yang sangat kuat,  merasa tidak nyaman terhadap  keintiman. Rendahnya rasa percaya diri bisa membuat cowok Anda  tidak berdaya dan terkena depresi.
 
Gejala ini biasa disebut dengan  adiksi hubungan. Siklusnya adalah: melekat erat - panik - menolak. Melekat erat - panik - menolak. Mereka suka mengendalikan orang lan. Orang yang seperti ini akhirnya sengsara karena hubungan-hubungannya mudah hancur berantakan dengan sahabat baik atau kerabatnya sendiri.
 
Anak yang pernah dianiaya atau ditelantarkan (diabaikan) orang tuanya di masa kecil akan memendam campuran kemarahan, rasa malu, rasa tidak percaya dan kecemasan yang sifatnya sangat mudah meledak. Begitu anak ini menjadi dewasa, apa yang dulu dipendamnya akan mulai naik dan meledak ke permukaan.
 
Sesudah beberapa kali meledak maka kecenderungan menganiaya itu menjadi tertanam di dalam sistem dirinya. Mereka menjadi terprogram untuk melakukan aniaya terhadap orang-orang dekatnya.
 
Anak yang dulu jadi korban trauma itu sekarang tumbuh menjadi seorang penganiaya. Sebenarnya ada keinginan dia untuk berubah, namun individu sering kali tidak mampu.
 
Oleh karena itu selama pacaran sudah seharusnya kalian saling kenal pohon keluarga asal masing-masing. Bagaimana pacar anda dilahirkan dan dibesarkan. Apakah sistem keluarganya sehat atau tidak. Pertanyaan apa saja yang saudara bisa ajukan, ada di dalam buku kami yang berjudul "Banyak cocok sedikit cekcok"
  
Mitos Menyesatkan
 
Mengapa beberapa wanita cenderung meneruskan hubungan pacar meski pasangannya kasar dan suka memukul? Karena individu memelihara mitos: "Ahh cowok saya nantinya juga akan berubah kalau sudah menikah ".  Ini sungguh sangat keliru. Tindakan menikah dengan pria yang melakukan kekerasan dan belum bertobat sebelum menikah adalah "gambling". Mengadu nasib secara bodoh.

Di sisi lain, ada perempuan yang diam saja saat mengalami tindak kekerasan karena terbiasa melihat ibunya dianiaya oleh sang ayah. Lalu si Ibu juga tidak melakukan tindakan apapun.  Ironisnya, terkadang  mereka menyalahkan diri dan menganggap diri mereka yang menyebabkan kekerasan tersebut. Lalu mendiamkan saja sambil berdoa. tetapi tidak berbuat apapun untuk memperbaiki keadaan. Bahkan dalam beberapa relasi pacaran dan perkawinan yang sakit, ada wanita korban kekerasan yang malah stres jika tidak lagi dipukuli pasangannya. Sebab ia merasa pasangannya tidak lagi mempedulikannya jika tidak memukulinya. Aneh bukan? Biasanya si perempuan ini punya masalah psikilogis.
 
Pilihan Di Tangan Anda
 
Pacaran adalah masa perkenalan, tidak ada keharusan menikah meski itu cinta pertama Anda. Meski dia mengancam anda dengan pelbagai cara, lakukan sesuatu untuk menyelamatkan diri Anda. Idealnya Menikah itu sekali seumur hidup, tidak untuk coba-coba. Pernikahan itu diwariskan, dari generasi ke generasi. Terlalu mahal jika menikah karena kasihan atau sudah kadung intim.
 
Karena itu pertimbangkan dengan sungguh selama masa kenalan itu, apakah anda sudah sesuai dan apakah bisa tinggal bersama seumur hidup dengan nyaman. Jika anda menemukan ada hal yang aneh dan membahayakan, seperti kebiasaan kasar dan menganiaya, pertimbangkan ulang. 
 
Pertama, memutuskan hubungan pacaran itu untuk selamanya, jika Anda merasa relasi ini berbahaya jika diteruskan.
 
Kedua, memutuskan hubungan itu sementara untuk menguji cinta kalian . Minta kesediaan pacar Anda menemui konselor atau terapis mendapatkan bantuan. Bisa diberikan batas waktu misal enam bulan, sampai ada relomendasi dari terapisnya dan Anda yakin perubahan itu signifikan. Usahakan ikut tes kepribadian di pusat konsultasi psikologi, hasilnya akan sangat membantu. Karena anda bisa menemukan kelainan atau gangguan tertentu pada pasangan anda lewat tes tersebut.
 
Ketiga, terbukalah sambil meminta pendapat dari orangtua, saudara, teman dekat atau pembimbing rohani yang mencintai Anda. Dengarkanlah nasehat mereka sambil mendoakan agar ada sejahtera dalam hati Anda. Seringkali nasehat mereka sangat membantu.
 
Keempat, ubah status dari pacar menjadi teman biasa sambil menjaga jarak. Sementara anda belum punya pacar bisa mendoakan dan memperhatikan perubahan cowok anda. Jika mendapat yang lebih baik bagi Anda, dan menjanjikan masa depan pernikahan yang lebih sehat anda boleh memilih dan memulai lembaran baru.

Julianto Simanjuntak

Sent by PDS
http://pds-artikel.blogspot.com

Menebus Perkawinan

MENEBUS PERKAWINAN
By. Julianto Simanjuntak*)


Perkawinan yang seolah sudah mati bisa ditebus. Namun harus ada rela  yang menjadi "agen penebus".  Rela membayar harga untuk menebus perkawinan itu dari "rumah gadai" masalah. Perkawinan adalah warisan bernilai bagi keturunan kita. Alangkah indahnya mewariskan (CV) perkawinan yang baik bagi Anak-cucu.

Ilustrasi

Menjelang tahun ajaran baru, seorang Ibu terpaksa menggadaikan beberapa perhiasan  kesayangannya. Anak sulungnya harus membayar uang masuk Perguruan Tinggi.  Sementara si bungsu harus masuk SMP. Ibu itu tidak memiliki uang yang cukup.

Dengan  hati yang berat dia menitipkan perhiasan yang sempat dia tabung dari sisa gaji suaminya di kantor pegadaian yang  tak jauh dari rumahnya. Termasuk satu gelang dan anting-anting  warisan almarhum ibunya. Tapi ia bertekad, suatu hari dia harus bisa menebus gelang dan anting warisan almarhum ibunya. Baginya itu sangat berharga, dan penuh kenangan.

Untuk bisa menebus kembali perhiasan warisan itu si ibu ini bertekad melamar kerja. Dia pernah lulus sarjana akuntan. Lama dia berhenti kerja demi mengurus anak anak.  Setelah mendapat pekerjaan tetap itu, dengan segala upaya, termasuk meminjam dari kantor secara perlahan dia menebus kembali satu demi satu gelang dan anting warisan sang Bunda. Si ibu berhasil menebusnya dan senang luar biasa.

Nilai Keluarga

Perkawinan adalah suatu lembaga yang berharga. Di dalamnya kita mendapatkan identitas. Suami atau istri;   ayah atau ibu. Juga sebagai anak, kakak atau adik.

Keluarga adalah berkat terbesar dan bernilai. Di dalamnya kita dilahirkan, dibentuk dan menjadi seseorang hingga berkeluarga. itu sebabnya, dimanapun  perkawinan biasanya  dirayakan sebagai satu peristiwa penting, bermakna dan bersejarah. Dalam agama tertentu perkawinan itu disertai janji, tidak dapat dipisahkan kecuali kematian.

Perkawinan Bermasalah

Sayangnya Sebagian perkawinan yang dimulai dengan baik, akhirnya retak dan berujung masalah.  Ada saja yang tidak diharapkan dan tidak terduga  terjadi. Membuat masing-masing merasa  tidak tahan untuk melanjutkan pernikahan tersebut.

Namun seberapa bernilai atau  berharga perkawinan itu akan menentukan sikap Anda. Mempertahankan atau melepaskan. Mencoba menghidupkan kembali atau membiarkannya mati. "Menebus" ulang atau membiarkannya "tergadai" masalah kehidupan. 

Rasanya tidak ada pernikahan yang bebas  masalah. Hanya saja mereka yang siap dan dewasa, memanfaatkan konflik dalam keluarga untuk  bertumbuh.  Menjadikan kesulitan sebagai loncatan agar perkawinan tumbuh  lebih baik.  Bertahan menjalani kerikil perkawinan, meski sakit. Berusaha memperbaiki jika ada kesalahan atau keretakan disana sini. Sebab masing-masing sadar bahwa Anda menikah dengan orang (pilihan Anda) yang tidak sempurna.

Menebus Perkawinan

Seperti Ibu dalam kisah di atas, perkawinan yang sedang bermasalah perlu "ditebus".  Khususnya Perkawinan yang sedang  disandera pelbagai masalah. Mungkin pasangan anda berkhianat atau berbuat salah dengan  berselingkuh; ada masalah keuangan yang cukup berarti, konflik relasi yang pelik, kepahitan, dlsb.

Memang dalam beberapa kasus perkawinan yang sakit,  kadang ada pasangan yang harus rela sementara berpisah dengan orang yang anda cintai. Mungkin itu  pisah ranjang, pisah kamar  hingga pisah rumah. Kadang perpisahan itu disepakati untuk jangka waktu tertentu. Namun berapa lama?

Dengan sikap hati yang benar, Anda perlu belajar setia  mencintai pasangan. Juga  menghargai lembaga perkawinan itu sendiri, yang Anda masuki dengan janji. Dengan demikian maka Anda tidak akan rela berpisah terus menerus.  Saudara berusaha "menebus",  agar cinta perkawinan itu menjadi milik Anda lagi.  Mempersatukan kembali dengan pasangan. Ingat, perkawinan jauh lebih mahal dan berharga dari apapun termasuk anting-anting atau perhiasan seperti kisah ibu di atas.

Perkawinan yang seolah sudah mati bisa ditebus. Namun harus ada yang menjadi agen penebus. Rela membayar harga untuk menebus perkawinan itu dari "rumah gadai" masalah.  Untuk itu tentu ada harga yang harus dibayar, dan harus ada salah satu yang rela membayarnya. Mungkin itu harga diri, Korban perasaan, mengalahkan keangkuhan, rela minta maaf atau memaafkan,  dan siap berdamai.

Meski mahal, untuk menebus kembali cinta perkawinan, hasilnya kelak  sangat luar biasa.  Ayah dipersatukan kembali dengan putranya. Anak putri bersatu kembali dengan ibunya. Hidup bersama, ya  tinggal bersama kembali dengan saling mencintai, itulah sesungguhnya "surga" yang didambakan anak-anak, dan kita sebagai pasangan. Jika Anda membutuhkan terapis atau mediator perkawinan, temuilah.

Penutup

Seorang klien saya telah ditinggal suaminya 23 tahun lamanya. Sang suami menikah dengan WIL nya. Hidupnya ditelantarkan bersama 3 anaknya yang masih kecil.

Namun saat mantan  suaminya ini sakit-sakitan, hartanya habis, dia ditinggal perempuan itu. Saat suaminya minta kembali, klien saya menerimanya. Satu kalimat yang berkesan dari klien saya: "Saya menerima suami saya, saya memaafkannya bahkan sejak awal dia mengkhianati saya. Saya rindu  agar cucu-cucu saya punya Kakek. Saya mau wariskan CV pernikahan yang baik pada mereka, meski saya pernah gagal".

Perkawinan adalah warisan bernilai bagi anak cucu. Jangan pernah "gadaikan" atau lepaskan mutiara perkawinan anda hanya karena ada masalah. Alangkah indahnya mewariskan (CV) sejarah perkawinan yang baik bagi cucu Anda.

Jika perkawinan anda saat ini sedang di ujung tanduk, cinta telah lama hambar (mati), dan memungkinkan..... tebuslah. perjuangkanlah, meski untuk itu anda harus rela menjadi  agen penebus dan membayarnya dengan amat sangat mahal.


Julianto Simanjuntak
(Dari buku KETRAMPILAN PERKAWINAN, Julianto Simanjuntak dan Roswitha Ndraha, LK3)

Sent by PDS
http://pds-artikel.blogspot.com