Senin, 22 November 2010

Rahasia Pensiun Muda, Kaya Raya, Dan Bahagia

Rahasia Pensiun Muda, Kaya Raya, Dan Bahagia

Pensiun muda, kaya raya, dan bahagia adalah idaman setiap orang. Siapa yang
mau kerja sampai tua tapi tetap miskin dan menderita? Ada orang yang
setelah menetapkan goal mereka dapat mencapai goal itu dengan cukup mudah.
Ada yang perlu kerja sedikit lebih keras. dan akhirnya berhasil. Namun ada
juga yang telah bekerja sangat keras tetap belum bisa berhasil.

Sebenarnya apakah sulit untuk bisa pensiun muda, kaya raya, dan bahagia?
Ah, nggak. Justru sangat mudah.

Jika memang sangat mudah mengapa banyak orang tidak bisa mencapainya? Nah,
inilah alasannya saya menulis artikel ini.

Jawaban singkatnya sederhana sekali. Ini semua bergantung pada definisi
sukses yang mereka tetapkan untuk diri mereka.

Lho, maksudnya?

Begini ya. Banyak orang tidak menetapkan secara sadar arti sukses bagi diri
mereka. Umumnya orang, termasuk saya juga dulunya, mengadopsi sukses
berdasarkan definisi atau kriteria orang lain. Itulah sebabnya bila kita
bertanya kepada orang, "Apa yang ingin anda capai dalam hidup?", mereka
akan menjawab, "Sukses". Kalau kita kejar lagi, "Sukses seperti apa?", maka
umumnya mereka akan menjawab, "Mencapai kebebasan waktu dan uang" atau
"Pensiun dini". Yang paling keren adalah jawaban, "Muda kaya raya, tua
foya-foya, mati masuk surga".

Dulu saya juga ingin sukses seperti di atas. Namun sekarang saya mengerti.
Sukses bukanlah seperti yang didefinisikan kebanyakan orang. Kita harus
menetapkan sendiri definisi sukses. Saya mendefinisikan sukses sebagai
perjalan diri berdasar peta sukses yang kita rencanakan sendiri dengan
kesadaran kita saat itu.

Di sini ada dua komponen penting. Pertama, sukses adalah perjalanan yang
dilakukan berdasarkan peta sukses. Kedua, peta sukses ini kita rencanakan
sendiri dengan kesadaran kita saat itu.

Peta sukses ini adalah impian-impian yang ingin kita capai dalam hidup.
Impian harus memenuhi dua syarat utama yaitu harus bersifat personal dan
bermakna. Dan yang lebih penting lagi adalah kita menetapkan impian dengan
menggunakan kesadaran kita pada saat itu.

Hal ini berarti seiring dengan berkembang dan meningkatnya kesadaran diri
maka kita perlu melakukan update impian-impian kita. Ada yang perlu kita
tambah dan ada yang perlu kita hapus dari daftar.

Mengapa sampai perlu dihapus dan ditambah? Karena seringkali apa yang dulu
kita anggap penting ternyata sekarang sudah tidak penting lagi. Apa yang
dulu kita anggap personal dan bermakna ternyata sekarang sudah tidak
bermakna lagi karena level kesadaran kita telah berkembang. Sebaliknya apa
yang dulu tidak terpikirkan oleh kita, eh. sekarang malah sangat penting
untuk kita capai.

Impian harus ditetapkan dengan mengacu pada nilai-nilai hidup (value)
tertinggi kita. Tidak asal ditetapkan seperti yang dilakukan oleh
kebanyakan orang. Saat impian sejalan dengan value maka impian ini berisi
muatan emosi positif yang tinggi. Emosi positif ini selanjutnya akan
menjadi pendorong, motivator, dan sekaligus provokator sehingga kita akan
selalu semangat melakukan kerja atau upaya untuk mencapainya.
Pencerahan lain yang saya dapatkan adalah kita perlu hati-hati menetapkan
makna kata "pensiun". Mengapa? Karena ada begitu banyak orang sulit
mencapai kebebasan waktu dan uang yang mereka impikan karena mereka
dihambat oleh kata "pensiun".

Lho, kok bisa begitu?

Begini ya. Manusia berpikir dengan menggunakan dua pikiran yaitu pikiran
sadar dan bawah sadar. Pensiun diartikan sebagai sesuatu yang indah,
kebebasan uang dan waktu, ini kan baru kita dapatkan setelah kita dewasa.
Apalagi setelah membaca bukunya Robert Kiyosaki Cashflow Quadrant.

Pensiun menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) artinya: 1) tidak
bekerja lagi karena masa tugasnya telah selesai, dan 2) uang tunjangan yang
diterima tiap-tiap bulan oleh karyawan sesudah ia berhenti bekerja atau
oleh istri (suami) dan anak-anaknya yang belum dewasa kalau ia meninggal
dunia. Definisi pensiun di atas nggak terlalu bagus, kan?

Nah, bagaimana dengan makna "pensiun" menurut orang di sekitar kita?
Berbeda dengan definisi KBBI di atas, dari hasil programming saat kita
masih kecil umumnya kata "pensiun" mempunyai arti "berhenti bekerja", "uang
pas-pasan", "nganggur karena sudah nggak ada kerjaan", "tidak punya
kekuasaan", "tidak dihargai orang", "tua dan lemah", atau "melewati
hari-hari yang membosankan". Hal ini ditambah lagi ada banyak contoh orang
yang pensiun dari jabatan tertentu eh.. dua tahun kemudian meninggal.

Jadi, tanpa kita sadari ada muatan emosi negatif yang cukup tinggi yang
melekat pada kata "pensiun". Emosi negatif ini bekerja di level pikiran
bawah sadar dan tanpa kita sadari justru menjadi mental block yang
menghambat upaya kita.

Langkah awal untuk pensiun adalah melakukan definisi ulang makna kata
"pensiun". Dan pastikan makna ini benar-benar masuk dan tertanam dengan
kuat di pikiran bawah sadar kita.

Anda mungkin tidak percaya dengan apa yang saya jelaskan di atas, bahwa apa
yang kita pikirkan secara sadar belum tentu sejalan dengan pikiran bawah
sadar. Bila sampai terjadi konflik antara pikiran sadar dan bawah sadar
maka yang selalu menang adalah pikiran bawah sadar.

Ini saya beri contoh nyata. Seorang kawan, sebut saja Budi, adalah anak
muda yang sangat aktif dan percaya diri. Budi punya impian besar. Ia ingin
jadi orang sukses. Budi menyiapkan diri dengan sungguh-sungguh. Ia serius
mengembangkan dirinya dengan membaca sangat banyak buku pengembangan diri,
bisnis, keuangan, ekonomi, dan mengikuti berbagai seminar di dalam dan luar
negeri. Budi telah mengikuti pelatihan semua pembicara top Indonesia. Di
luar negeri Budi, antara lain, mengikuti pelatihan Anthony Robbins dan
Robert Kiyosaki.

Setelah dipertimbangkan dengan sungguh-sungguh Budi akhirnya memilih fast
track menjadi orang kaya dengan menjadi pengusaha properti. Budi sadar
sesadar-sadarnya bahwa, seperti ilmu yang ia dapatkan dari berbagai
pelatihan yang ia ikuti, untuk bisa sukses finansial tidak perlu modal
besar. "You don' need a lot of money to make a lot of money", ini mantra
yang selalu ia sampaikan pada saya, " Yang penting sikap, keyakinan diri,
dan antusiasme". Namun setelah mencoba sekian lama Budi masih tetap belum
bisa berhasil. So, what's wrong? Some thong wring. eh.. salah. some thing
wrong.

Apa yang menjadi penghambat Budi?

Pikiran sadar Budi yakin bahwa tidak perlu uang banyak untuk sukes secara
finansial. Namun pikiran bawah sadarnya berkata sebaliknya. Budi belum bisa
sukses karena, menurut pikiran bawah sadarnya, tidak punya modal banyak.
Hal ini semakin diperparah lagi dengan satu program pikiran yang ia
dapatkan dari ayahnya yaitu kalau berbisnis tidak boleh mengambil untung
banyak karena pelanggan bisa lari ke orang lain.

Saat keluar dari kondisi relaksasi pikiran dan diajak berdiskusi mengenai
mental blocknya Budi sempat bingung. Ia berkata, "Ini benar-benar nggak
masuk akal. Saya sudah yakin seyakin-yakinnya kalau mau sukses nggak perlu
modal besar, eh. pikiran bawah sadar saya berkata sebaliknya. Makanya susah
sekali untuk sukses. Rupanya saya disabotase pikiran saya sendiri. Padahal
saya yakin sekali lho dengan apa yang diajarkan Kiyosaki."

Nah, pembaca, anda jelas sekarang?

Kembali ke definisi kata "pensiun", saya mendefinisikan pensiun bukan dari
ukuran kebebasan waktu dan uang yang saya capai. Saya mendefinisikan
pensiun sebagai melakukan sesuatu dengan pikiran tenang dan hati yang
damai.

Nah, untuk bisa mencapai pikiran yang tenang dan hati yang damai, saat
melakukan suatu kegiatan,pekerjaan, atau bisnis, maka saya perlu menetapkan
syarat-syarat yang spesifik. Istilah teknisnya "rule" atau aturan.

Saya menetapkan syarat antara lain: 1) saya suka melakukan pekerjaan itu,
2) semakin saya melakukannya maka semakin diri saya bertumbuh dan
berkembang ke arah yang lebih baik, 3) apa yang saya lakukan mempengaruhi
hidup orang banyak secara positif, 4) saya menentukan harganya, 5) saya
bisa melakukannya di mana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja, 6) tidak
perlu banyak karyawan, 7) gudangnya ada di otak dan komputer saya, saya
bersedia tidak dibayar melakukan apa yang saya lakukan, 9) sejalan dengan
tujuan hidup saya, 10) bisa diwariskan atau diteruskan oleh anak.

Jika anda baca dengan saksama maka syarat yang saya tetapkan di atas
sebenarnya menjelaskan satu hal yaitu passion. Namun juga jangan salah
mengerti ya. Jika hanya berbekal passion saja tidak cukup untuk sukses.
Passion harus didukung oleh strategi yang jitu dan terarah.

Ada klien saya yang hanya mengandalkan passion saja, walaupun saya tahu ia
orang yang sangat kompeten di bidangnya, ternyata harus mengalami kegagalan
beruntun di dalam bisnisnya. Waktu saya tanya, "Strategi apa yang akan anda
gunakan dalam memasarkan produk anda?", jawabnya enteng, "Nggak usah pake
strategi macam-macam. Pokoknya saya senang melakukan apa yang saya lakukan.
Hasilnya pasti akan bagus. Nanti akan sukses dengan sendirinya".

Apa yang terjadi? Benar di awal bisnisnya pesanan sangat banyak. Namun
karena tidak didukung dengan perencanaan yang matang, klien ini harus
kalang kabut untuk memenuhi pesanan produknya. Akibatnya, quality control
terabaikan. Dan ending-nya, bisnisnya bubar karena banyak klien kecewa dan
menolak melanjutkan kerjasama.

Defisi lain yang perlu kita tetapkan dengan sangat hati-hati adalah makna
kata "kaya". Apa ukurannya sehingga seseorang disebut sebagai orang kaya?

Masyarakat umumnya mengukur dari jumlah rupiah yang dimiliki seseorang.
Semakin banyak rupiahnya maka semakin kaya orang itu. Apakah benar seperti
ini?

Jawaban ini benar, untuk ukuran kebanyakan orang. Namun untuk diri kita
sendiri, kita perlu menetapkan definisi yang personal. Kaya sebenarnya
tidak ada hubungannya dengan jumlah rupiah. Kaya sebenarnya lebih
ditentukan oleh perasaan cukup.

Apa maksudnya?

Begini, ada banyak orang yang sangat kaya (uangnya banyak sekali) namun
sebenarnya ia hidup dalam kemiskinan. Juga ada sangat banyak orang yang
miskin (uangnya sedikit sekali) namun mereka sangat kaya.

Seorang kawan dengan sangat bijak pernah berkata, "Orang kaya itu adalah
orang miskin yang kebetulan uangnya banyak. Sedangkan orang miskin itu
adalah orang kaya yang kebetulan uangnya sedikit."

Lho, kok dibolak-balik?

Kaya atau miskin ini lebih ditentukan oleh perasaan cukup. Saat kita merasa
cukup, kita puas dengan apa yang kita miliki, maka pada saat itu kita telah
menjadi orang kaya.
Kita bisa kaya tanpa harus punya uang sangat banyak. Sebaliknya, walaupun
kita punya isi seluruh dunia, namun bila kita masih tetap saja merasa
kurang maka sebenarnya kita adalah orang miskin. Bahkan John D. Rockefeller
JR., berkata, "Orang termiskin yang aku ketahui adalah orang yang tidak
mempunyai apa-apa kecuali uang".

Kaya raya ukurannya semata-mata hanyalah suatu perasaan. Dan karena
parameternya adalah perasaan maka hal ini sangatlah subjektif. Setiap orang
punya takaran sendiri. Kita tidak boleh menggunakan takaran orang lain
untuk mengukur diri kita. Demikian pula sebaliknya kita tidak boleh
menggunakan takaran kita untuk mengukur orang lain.

Nah, sekarang bagaimana menjadi bahagia?

Jika kita melakukan pekerjaan atau bisnis dengan hati gembira, karena
sesuai dengan nilai-nilai dan tujuan hidup kita, dan menjadi kaya
berdasarkan perasaan cukup yang kita tetapkan sendiri, dengan penuh
kesadaran, maka hasil akhirnya kita pasti bahagia.

Saya pernah ditanya seorang peserta seminar, "Pak Adi, kalau memang Bapak
sedemikian hebat, mengerti otak-atik pikiran, bisa membantu seseorang
berubah dan sukses, mengapa Bapak tidak mendirikan banyak perusahaan dan
menjadi milyuner? Atau mengapa Bapak tidak mencoba menjadi presiden RI?".

Menjawab pertanyaan peserta ini saya menjelaskan dua hal. Pertama, saya
tidak pernah mengklaim diri saya sebagai orang hebat. Saya hanyalah seorang
pembelajar di Universitas Kehidupan yang kebetulan mengambil spesialisasi
jurusan teknologi pikiran. Saya belajar dan praktik lebih dulu dari peserta
itu. Jika kita sama-sama belajar, bisa jadi peserta itu jauh lebih pintar
dari saya.

Kedua, saya tidak akan mau mendirikan perusahaan besar ataupun jadi
presiden RI. Sebenarnya sekarang pun saya adalah seorang presiden, Presiden
Direktur di perusahaan Kehidupan saya sendiri. Alasan lainnya saya telah
menentukan tujuan hidup saya, yang didasarkan pada nilai-nilai hidup saya.
Saya punya parameter yang sangat subjektif yang digunakan untuk mengukur
keberhasilan hidup saya. Salah satunya adalah ketenangan pikiran dan
kedamaian hati.

Nah pembaca, nggak susah kan untuk bisa pensiun muda, kaya raya, dan
bahagia?
Kalau mati masuk surga, wah ini urusannya sama Tuhan. Saya nggak berani
komentar.

Adi W. Gunawan, lebih dikenal sebagai Re-Educator and Mind Navigator. Adi
dapat dihubungi melalui email adi@adiwgunawan.com dan
www.adiwgunawan.com , www.QLTI.com

Setiap insan adalah spesial

Setiap Insan adalah Spesial

Alkisah, disebuah kelas sekolah dasar, bu guru memulai pelajaran dengan
topik bahasan, "Setiap insan adalah spesial". Kehadiran manusia di dunia
ini begitu berarti dan penting. "Anak-anakku, kalian, setiap anak adalah
penting dan spesial bagi ibu. Semua guru menyayangi dan mengajar kalian
karena kalian adalah pribadi yang penting dan spesial. Hari ini ibu khusus
membawa stiker bertuliskan warna merah "Aku adalah spesial". Kalian maju
satu persatu, ibu akan menempelkan stiker ini di dada sebelah kiri kalian".
Dengan tertib anak-anak maju satu persatu untuk menerima stiker dan sebuah
kecupan sayang dari bu guru mereka. Setelah selesai, bu guru melanjutkan
"Ibu beri kalian masing-masing tambahan 4 stiker. Beri dan tempelkan 1
kepada orang yang kalian anggap spesial, sebagai ungkapan rasa hormat dan
terima kasih dan kemudian serahkan 3 stiker lainnya untuk diteruskan kepada
orang yang dirasa spesial pula olehnya, begitu seterusnya. Mengerti
kan...".

Sepulang sekolah, seorang murid pria mendatangi sebuah kantor, diapun
memberikan stikernya kepada seorang manajer di sana. "Pak, bapak adalah
orang yang spesial buat saya. Karena nasehat-nasehat yang Bapak berikan,
sekarang
saya telah menjadi pelajar yang lebih baik dan bertanggung jawab. Ini ada 3
stiker yang sama, bapak bisa melakukan hal yang sama, memberikannya kepada
siapapun yang menurut bapak pantas menerimanya".

Lewat beberapa hari, manajer tersebut menemui pimpinan perusahaannya yang
emosional dan sulit untuk didekati. Tetapi mempunyai pengetahuan yang luas
dan telah memberi banyak pelajaran hingga dia bisa menjadi seperti hari
ini. Awalnya sang pemimpin terkesima, namun setelah mengetahui alasan
pemberian stiker itu, dia pun menerimanya dengan haru. Sambil mengangsurkan
si manajer berkata,"Ini ada 1 stiker yang tersisa. Bapak bisa melakukan
yang sama kepada siapapun yang pantas menerima rasa sayang dari bapak".
Sesampai di rumah, bergegas ditemui putra tunggalnya. "Anakku, selama ini
ayah tidak banyak memberi perhatian kepadamu, meluangkan waktu untuk
menemanimu. Maafkan ayahmu yang sering kali marah-marah karena hal-hal
sepele yang telah kamu lakukan dan ayah anggap salah. Malam ini, ayah ingin
memberi stiker ini dan memberitahu kepadamu bahwa bagi ayah, selain ibumu,
kamu adalah yang terpenting dalam hidup ayah. Ayah sayang kepadamu".
Setelah kaget sesaat, si anak balas memeluk ayahnya sambil menangis
sesenggukan. "Ayah, sebenarnya aku telah berencana telah bunuh diri. Aku
merasa hidupku tidak berarti bagi siapapun dan ayah tidak pernah
menyayangiku. Terima kasih ayah". Mereka pun berpelukan dalam syukur dan
haru serta berjanji untuk saling memperbaiki diri.

Pembaca yang luar biasa,
Kehidupan layaknya seperti pantulan sebuah cermin. Dia akan bereaksi yang
sama seperti yang kita lakukan. Begitu pentingnya bisa menghargai dan
menempatkan orang lain di tempat yang semestinya. memuji orang lain dengan
tulus juga merupakan ilmu hidup yang sehat, bahkan sering kali pujian yang
diberikan disaat yang tepat akan memotivasi orang yang dipuji, membuat
mereka bertambah maju dan berkembang, dan hubungan diantara kitapun akan
semakin harmonis, mari kita mulai dari diri kita sendiri, belajar memberi
pujian, menghormati dan memperhatikan orang lain dengan tulus dengan
demikian kehidupan kita pasti penuh gairah, damai dan mengembirakan.

Salam sukses luar biasa!
Andrie Wongso

Rabu, 17 November 2010

Wirausaha Tidak Bisa Dilatih

Wirausaha Tidak Bisa Dilatih
Kamis, 18 November 2010 | 02:57 WIB

Jakarta, Kompas - Untuk menjalankan usaha sendiri, seseorang harus
mempunyai karisma di dalam dirinya. Karisma ini hanya dimiliki orang-orang
yang memiliki visi atau impian dan semangat yang luar biasa untuk
mewujudkan impiannya itu.

Oleh karena itu, materi-materi ajar kewirausahaan di sekolah, terutama di
sekolah menengah kejuruan dan politeknik, tak serta-merta akan menghasilkan
wirausaha karena mereka tidak bisa dilatih atau dididik.

Hal itu dikemukakan ekonom dan pengusaha dari Amerika Serikat, Carl J
Schramm, di Jakarta, Senin (15/6). "Kita tidak bisa melatih seseorang untuk
memiliki karisma. Ada orang-orang tertentu yang memiliki kepribadian senang
dengan tantangan serta berani mengambil risiko dan inovatif dan gigih
mewujudkan impiannya," kata Schramm yang juga Presiden dan CEO Kauffman
Foundation itu.

Yang bisa dilakukan, lanjut Schramm, adalah melatih atau mendidik seseorang
yang memiliki bekal ide dan semangat atau bahkan sudah memulai usahanya
sedikit demi sedikit untuk membuat rencana atau strategi usaha. Tujuannya,
untuk mengurangi risiko kegagalan usahanya dan memastikan keberhasilan
usaha. Jika memiliki rencana atau strategi usaha yang jelas, dipastikan
usahanya pun akan berhasil.

Sekolah-sekolah kejuruan akan sangat berguna dalam hal itu. Tidak hanya
itu. Para wirausaha yang sukses juga bisa berbagi ilmu dengan siswa di
sekolah-sekolah kejuruan.

"Jadi, belum tentu semua orang bisa menjadi entrepreneur karena masih lebih
banyak orang yang boro-boro memikirkan inovasi usaha, memikirkan mau makan
apa hari ini saja sudah susah," kata Schramm.

Menjadi seorang wirausaha yang sukses pun, kata Schramm, tidak perlu harus
memulai usaha sejak usia muda. Selama ini banyak beredar anggapan keliru
bahwa jika ingin sukses, seseorang harus memulai usaha sejak usia 19 atau
21 tahun. Jika tidak, tidak akan pernah berhasil menjadi wirausaha. "Nyatanya,
banyak orang yang memulai usaha justru ketika sudah pensiun," ujarnya.

Schramm juga mengatakan, kewirausahaan harus dilakukan, bukan sekadar
diajarkan. Pendidikan kewirausahaan memang perlu diperkenalkan di sekolah-
sekolah untuk menginformasikan kepada siswa bahwa kewirausahaan itu penting
dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi.

Schramm menambahkan, kewirausahaan juga untuk membentuk adanya keinginan di
dalam diri seseorang untuk bekerja sendiri, bukan bekerja kepada orang
lain. Sebab, negara memang butuh meningkatkan jumlah perusahaan-perusahaan
baru guna mendorong meningkatnya pertumbuhan ekonomi.

Sementara itu, Staf Ahli Kementerian Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Prof
Dr Payaman J Simanjuntak saat berbicara dalam seminar "Entrepreneurship
Solusi bagi Pengangguran dan Kemiskinan" di Universitas Katolik Widya
Mandira, Kupang, Senin, menegaskan, di era globalisasi ini
perusahaan-perusahaan besar terbukti selalu mengalami kesulitan menghadapi
persaingan yang kian tajam. Sebaliknya, kelompok usaha kecil justru mampu
menghadapinya karena lebih lincah, fleksibel, serta cepat mengambil
keputusan.

"Tantangan bagi Indonesia adalah mempersiapkan tenaga berkemampuan bekerja
mandiri yang merupakan bagian dari kelompok usaha kecil tersebut," ujar
Payaman.

Menurut dia, kewirausahaan adalah sikap dan kemampuan melihat sekaligus
memanfaatkan berbagai peluang untuk berusaha. Terkait dengan kehebatan
perusahaan kecil dan menengah, Payaman menunjuk contoh ekspor Amerika
Serikat dan Jerman yang 50 persen di antaranya merupakan produk perusahaan
kecil dengan karyawan kurang dari 20 orang.

Sebaliknya, hanya 7 persen ekspor Amerika Serikat bersumber dari perusahaan
besar yang mempekerjakan 500 orang atau lebih. (luk/eln/ans)

Selasa, 16 November 2010

Jangan kebanyakan mimpi

Jangan Kebanyakan Mimpi.!

Banyak orang yang mengatakan bermimpilah, sebelum mimpi itu dilarang. Ada
juga yang menambahkan, mimpi aja, wong gratis. hehehe. Pesan yang terdengar
bernada slenge'an itu sebenarnya mengandung makna yang sangat dalam. Sebab,
banyak hal, banyak peristiwa, banyak kejadian, banyak orang besar dan
sukses di dunia, mengawalinya dari sebuah mimpi. Impian mengubah dunia,
impian meraih sukses, telah banyak mengantarkan orang-orang itu menjadi
"somebody", bahkan, ada yang from zero to hero!

Lantas, bagi kita sebagai pengusaha, mimpi seperti apa yang harus kita
canangkan untuk kita raih? Tentu, siapa pun menginginkan sebuah gambaran
kesuksesan yang berlipat-lipat. Perusahaan bisa beranak pinak, dan, kalau
bisa menghidupi tujuh turunan. Sebuah impian yang sangat indah bukan?

STOP!!! Tapi, sebelum Anda bermimpi lebih jauh, izinkan saya menghentikan
mimpi indah Anda. Mengapa? Sebab, dari banyak kasus, bahkan saya sendiri
pernah mengalami, mimpi indah itu kadang hanya jadi mimpi belaka. Malah,
kadang itu menjadi sesuatu yang membebani kita. Pernah, suatu ketika, saya
berangan-angan untuk membesarkan salah satu unit usaha saya. Waktu itu,
saya melihat sebuah peluang cukup besar yang tak bisa dilewatkan.

Sayang, ternyata ambisi dan impian saya tak bertemu dengan kenyataan. Modal
hilang, bisnis pun bahkan ikut melayang. Impian yang pernah saya bangun
dengan sebuah harapan akan mendapatkan untung besar, amblas begitu saja.
Dan, rupanya, banyak orang yang berdiskusi maupun berkonsultasi dengan
saya, mengalami hal yang sama. Pengennya meraih impian, dapatnya malah
kesulitan.

Sebenarnya saat ini, membuka bisnis seolah memang sangat mudah, layaknya
membalik telapak tangan saja. Jika punya modal, beraneka jenis franchise
dengan aneka jenis bidang usaha mudah kita jumpai di mana saja. Tinggal
bayar, lihat manualnya, kita bisa langsung membuka bisnis yang kita
dambakan. Mudah dan cepat, sangat instan.

Tapi, apakah semudah itu? Tentu tidak. Banyak sekali orang-orang yang
membeli waralaba tak berkembang usahanya. Tidak hanya satu dua. Yang
kemudian bahkan tutup alias bangkrut juga banyak. Jika sudah begini,
pelajaran apa yang bisa kita petik?

Satu hal yang ingin saya sharing-kan. Yakni, jangan kebanyakan mimpi!
Mengapa? Mimpi yang terlalu besar, mimpi yang terlalu muluk, bisa jadi
hanya akan jadi impian di siang bolong jika tak disertai dengan usaha
keras, dan kerja dari hal-hal yang kecil dan ringan dulu. Bukankah seribu
mil jarak pun ditempuh dari satu dua langkah terlebih dahulu?

Inilah kunci utama bagi kita yang ingin memulai bisnis. Mulai dari yang
kecil-kecil, mulai dari kemampuan kita. Tentu, ukuran kecil ini sangat
relatif. Namun, yang ingin saya bagikan di sini sebenarnya adalah tentang
apa yang harus kita lakukan di awal saat membuka usaha. Sebuah kisah dari
rekan saya yang berjualan siomay ini mungkin bisa jadi sebuah contoh.

Saat mengawali, ia membuka usaha siomay dengan berjualan keliling dengan
dua sepeda. Satu dijalankan oleh dirinya, dan satu lagi dijalankan oleh
adiknya. Dalam sehari, kedua sepeda itu mampu menjual minimal 100 porsi
dengan harga per porsi 4000. Ini berarti, saat itu, setidaknya, dari dua
sepeda, mereka membukukan keuntungan kotor mencapai 800 ribu per hari!
Padahal, modal membuat siomaynya, menurut penuturan rekan saya itu tak
sampai 300 ribu. Terbayang kan berapa keuntungannya per bulan?

Kini, dengan keuntungan itu, ia sudah mengembangkan armadanya menjadi 12
sepeda dengan wilayah penjualan lebih luas. Dan, kini ia tak lagi ikut
berjualan, ia hanya perlu mengontrol kualitas rasa dan kebersihan armada
penjualannya. Maka, dengan 12 sepeda itu, jika masing-masing penjualan,
katakanlah sama, yakni 100 porsi per sepeda, berapa penghasilannya?

Tak perlu repot berpikir. Yang ingin saya sampaikan adalah, bahwa dengan
usaha yang kecil dan sesuai kemampuan pun, sebuah usaha bisa menghasilkan
keuntungan yang luar biasa. Tak salah memang jika kemudian kita bermimpi
membesarkan usaha, tapi, akan jauh lebih baik jika kita bangun dan beraksi
sesuai kemampuan.

Bagaimana? Siap bangun dari mimpi dan merealisasikannya saat ini? Mulailah
dari yang kecil, yang kita bisa, sesuai kemampuan, dilandasi kesenangan,
disertai tekad dan semangat pantang menyerah, maka impian, bukan lagi
sekadar khayalan..

*) Agoeng Widyatmoko, konsultan independen UKM, perencana pemasaran usaha
keluarga, penulis buku best seller 100 Peluang Usaha. Ia bisa dihubungi
melalui email agoeng.w@gmail.com atau telepon 021-30316708

Selasa, 09 November 2010

Arti Kehidupan

Arti Kehidupan

Alkisah, seorang pemuda mendatangi orang tua bijak yang tinggal di sebuah
desa yang begitu damai. Setelah menyapa dengan santun, si pemuda
menyampaikan maksud dan tujuannya. "Saya menempuh perjalanan jauh ini untuk
menemukan cara membuat diri sendiri selalu bahagia, sekaligus membuat orang
lain selalu gembira."
Sambil tersenyum bijak, orang tua itu berkata, "Anak muda, orang seusiamu
punya keinginan begitu, sungguh tidak biasa. Baiklah, untuk memenuhi
keinginanmu, paman akan memberimu empat kalimat. Perhatikan baik-baik ya."

"Pertama, anggap dirimu sendiri seperti orang lain!" Kemudian, orang tua
itu bertanya, "Anak muda, apakah kamu mengerti kalimat pertama ini? Coba
pikir baik-baik dan beri tahu paman apa pengertianmu tentang hal ini."

Si pemuda menjawab, "Jika bisa menganggap diri saya seperti orang lain,
maka saat saya menderita, sakit dan sebagainya, dengan sendirinya perasaan
sakit itu akan jauh berkurang. Begitu juga sebaliknya, jika saya mengalami
kegembiraan yang luar biasa, dengan menganggap diri sendiri seperti orang
lain, maka kegembiraan tidak akan membuatku lupa diri. Apakah betul,
Paman?"

Dengan wajah senang, orang tua itu mengangguk-anggukkan kepala dan
melanjutkan kata-katanya. "Kalimat kedua, anggap orang lain seperti dirimu
sendiri!"

Pemuda itu berkata, " Dengan menganggap orang lain seperti diri kita, maka
saat orang lain sedang tidak beruntung, kita bisa berempati, bahkan
mengulurkan tangan untuk membantu. Kita juga bisa menyadari akan kebutuhan
dan keinginan orang lain. Berjiwa besar serta penuh toleransi. Betul,
Paman?"

Dengan raut wajah makin cerah, orang tua itu kembali mengangguk-anggukkan
kepala. Ia berkata, "Lanjut ke kalimat ketiga. Perhatikan kalimat ini
baik-baik, anggap orang lain seperti mereka sendiri!"

Si anak muda kembali mengutarakan pendapatnya, "Kalimat ketiga ini
menunjukkan bahwa kita harus menghargai privasi orang lain, menjaga hak
asasi setiap manusia dengan sama dan sejajar. Sehingga, kita tidak perlu
saling menyerang wilayah dan menyakiti orang lain. Tidak saling mengganggu.
Setiap orang berhak menjadi dirinya sendiri. Bila terjadi ketidakcocokan
atau perbedaan pendapat, masing-masing bisa saling menghargai."

Kata orang tua itu, "Bagus, bagus sekali! Nah, kalimat keempat: anggap
dirimu sebagai dirimu sendiri! Paman telah menyelesaikan semua jawaban atas
pertanyaanmu. Kalimat yang terakhir memang sesuatu yang sepertinya tidak
biasa. Karena itu, renungkan baik-baik."

Pemuda itu tampak kebingungan. Katanya, "Paman, setelah memikirkan keempat
kalimat tadi, saya merasa ada ketidakcocokan, bahkan ada yang kontradiktif.
Bagaimana caranya saya bisa merangkum keempat kalimat tersebut menjadi
satu? Dan, perlu waktu berapa lama untuk mengerti semua kalimat Paman
sehingga aku bisa selalu gembira dan sekaligus bisa membuat orang lain juga
gembira?"

Spontan, orang tua itu menjawab, "Gampang. Renungkan dan gunakan waktumu
seumur hidup untuk belajar dan mengalaminya sendiri."

Begitulah, si pemuda melanjutkan kehidupannya dan akhirnya meninggal.
Sepeninggalnya, orang-orang sering menyebut namanya dan membicarakannya.
Dia mendapat julukan sebagai: "Orang bijak yang selalu gembira dan
senantiasa menularkan kegembiraannya kepada setiap orang yang dikenal."

Pembaca yang luar biasa,

Sebagai makhluk sosial, kita dituntut untuk belajar mencintai kehidupan dan
berinteraksi dengan manusia lain di muka bumi ini. Selama kita mampu
menempatkan diri, tahu dan mampu menghargai hak-hak orang lain, serta
mengerti keberadaan jati diri sendiri di setiap jenjang proses kehidupan,
maka kita akan menjadi manusia yang lentur. Dengan begitu, di mana pun kita
bergaul dengan manusia lain, akan selalu timbul kehangatan, kedamaian, dan
kegembiraan. Sehingga, kebahagiaan hidup akan muncul secara alami. luar
biasa!

-Andrie Wongso

Minggu, 07 November 2010

Doa dan Usaha

Doa Dan Usaha

Dikisahkan, ada seorang pemuda sedang naik sepeda motor di jalan raya.
Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya seperti ditumpahkan dari langit.
Dengan segera ditepikan sepeda motornya untuk berteduh di emper sebuah
toko. Dia pun membuka helm yang dikenakan dan segera perhatiannya tercurah
pada langit di atas yang berlapis awan kelabu.
Sambil menggigil kedinginan, bibirnya tampak berkomat-kamit melantunkan
doa, "Tuhan, tolong hentikan hujan yang kau kirim ini. Engkau tahu, saya
sedang didesak keadaan harus segera tiba di tempat tujuan. Please Tuhan...,
please... Tolong dengarkan doa hambamu ini". Dan tak lama kemudian
tiba-tiba hujan berhenti dan segera si pemuda melanjutkan perjalanannya
sambil mengucap syukur dan berterima kasih kepada Tuhan yang telah
mendengar dan mengabulkan doanya.

Di waktu yang berbeda, di cuaca yang masih tidak menentu, lagi-lagi hujan
turun cukup deras dan kembali si pemuda mengulang kegiatan yang sama
seperti pengalamannya yang lalu, yakni berdoa memohon Tuhan menghentikan
hujan, tetapi kali ini hujan tidak berhenti bahkan semakin deras mengguyur
bumi. Di tengah menunggu berhentinya hujan, si pemuda sadar, dia harus
berupaya menemukan dan membeli jas hujan untuk mengantisipasi saat
berkendaraan di tengah hujan. Kali ini, walaupun terlambat, dia belajar
sesuatu hal yakni ada saatnya mengucap doa tetapi juga harus disertai
dengan usaha yaitu menyiapkan jas hujan.

Suatu hari, di waktu yang berbeda,si pemuda ke kantor tanpa sepeda motornya
karena mogok akibat kebanjiran. Hujan yang kembali turun, tetapi jas hujan
yang telah dibeli, saat dibutuhkan, tiba-tiba raib entah kemana. Dia pun
mulai bertanya kesana kemari, barangkali ada yang bersedia meminjamkan
payung atau apapun untuk melindunginya dari terpaan guyuran hujan. Kembali
diulang doa yang sama, usaha yang sama, dan harapan yang sama pula.
Eh,tiba-tiba seorang teman yang bersiap hendak meninggalkan tempat itu
dengan berkendaraan mobil berkata, "Hai teman, kalau kita searah jalan. Ayo
ikut aku sekalian. Aku antar sampai tempat tujuanmu dan dijamin tidak
kehujanan, oke?". maka si pemuda itu pun mendapat tumpangan dan pulang ke
rumah dengan selamat.

Peristiwa alam yang sama, yakni turunnya hujan, telah mengajarkan si pemuda
bahwa selain doa, harus usaha dan akhirnya berserah. Karena jika kita mau
membuka hati, ternyata Tuhan tidak pernah meninggalkan kita tetapi kitalah
yang harus berupaya dengan segala cara dan pikiran yang telah dikaruniakan
Tuhan kepada kita.

Pembaca yang budiman,

Hanya sekedar mengandalkan doa saja namun tanpa usaha dan kerja nyata tidak
mungkin ada perkembangan, hasil akhirnyapun pasti nihil alias kosong,
sedangkan sekedar kerja keras tanpa diiringi doa memungkinkan kita salah
bertindak karena hanya memikirkan hasilnya. Dengan dilengkapi doa tentu
usaha kita itu terarah di jalan yang benar, baik dan halal, maka yang
paling ideal adalah usaha dan kerja keras kita yang diiringi dengan doa,
niscaya segala usaha kita akan dikabulkan dan tentu hasil yang kita
inginkan akan sukses dan memuaskan.

* Andrie Wongso
Salam sukses luar biasa!!!

Kamis, 04 November 2010

Tentang cinta

Tentang Cinta Dalam Kehidupan Kita
Oleh Andrew Ho.

"There is a comfort in the strength of love: 'Twill make a thing endurable,
which else would overset the brain, or break the heart. - Ada kedamaian
dalam kekuatan cinta: 'Mereka (cinta) akan menjadikan sesuatu berjalan
dengan baik, dimana yang lain dapat menyebabkan pusing atau patah hati."
~ William Wordsworth

Pada 23 November 2006 saya diundang dalam sebuah seminar motivasi National
Achievers Congress 2006. Kebetulan dua di antara empat pembicara dalam
seminar tersebut adalah teman lama saya, yaitu Happy S. Tjandra, penulis
buku Motiv-8, dan Darmadi Darmawangsa, penulis buku Fight Like A Tiger, Win
Like A Champion. Sedangkan dua pembicara yang lainnya adalah Tony
Christiansen dari Selandia Baru dan Dwi Krismawan.

Materi motivasi dari pembicara terakhir yang saya sebutkan tadi benar-benar
menginspirasi saya tentang peran cinta dalam kehidupan. Dwi Krismawan
mengungkapkan bagaimana ia terbebas dari jurang keterpurukan dan berhasil
menciptakan kehidupan yang penuh kebahagiaan. Cinta telah berperan sangat
penting dalam kehidupannya.

Sebenarnya cinta begitu penting bagi siapa pun di dunia ini seperti tubuh
memerlukan oksigen. Seorang filosof seperti Plato menyebutkan, "Siapa yang
tidak terharu oleh cinta, berarti berjalan dalam gelap gulita." Ia
menyatakan begitu penting cinta bagi kehidupan kita. Hanya saja selama ini
kita tak cukup memahami pengertian cinta itu sendiri, karena cinta memiliki
makna yang begitu dalam. Kali ini dari kehidupan Dwi Krismawan kita dapat
belajar memahami unsur-unsur yang selalu ada dalam cinta.

Dwi Krismawan adalah seorang pemuda yang bercita-cita menjadi seorang
pilot. Ia berupaya keras untuk mencapai cita-cita tersebut, sampai akhirnya
ia berhasil diterima di Sekolah Tinggi Penerbangan Curug. Tetapi ia
mengalami kecelakaan tragis tiga bulan sebelum diwisuda, tepatnya pada
tanggal 28 Januari 1997. Pesawat jenis FG-10 yang ia piloti bersama sang
instruktur meledak dan hancur setelah menabrak punggung Gunung Gere di Jawa
Barat.

Walaupun berhasil diselamatkan 8 jam kemudian, tetapi keadaan fisik Kris
sudah sangat memprihatinkan. Kedua daun telinganya hilang, dan kedua
kelopak matanya tidak lagi sempurna. Ia harus menjalani 15 kali bedah
konstruksi dan dirawat intensif selama 15 bulan di rumah sakit.

Keadaan Kris yang memprihatinkan dan hampir tidak memiliki masa depan tak
membuat kekasihnya, Bethania Eden, berpaling. Bethania berusaha mencurahkan
perhatian untuk kekasihnya. Ia terus memberikan perhatian agar Kris kembali
sembuh dan memiliki rasa percaya diri.

Saat ini Kris yang tak lagi tampan justru mampu menertawakan dirinya
sendiri. "Saya pernah diundang untuk main film yang berjudul Bangkit dari
Perkuburan. Saya tidak perlu make up (dandanan) lagi! Hemat waktu!"
katanya.

"Sewaktu saya bermain dengan anak saya di tepi kolam air, kedengaran orang
berkata, The Beauty and the Beast (Si Cantik dan Si Buruk Rupa)," imbuhnya.

Menurut Erich Fromm, murid kesayangan Sigmund Freud, cinta mengandung empat
unsur yaitu perhatian, tanggung jawab, rasa saling menghormati, dan
pengetahuan. Bethania benar-benar memiliki unsur cinta yang teramat penting
yaitu perhatian. Ia mencurahkan segenap perhatian kepada kekasihnya sampai
akhirnya Kris kembali memiliki rasa percaya diri tersebut. Perhatian adalah
salah satu unsur yang selalu ada dalam cinta, dan Bethania adalah salah
satu personifikasi yang sudah mampu menunjukkan cinta dalam perbuatannya.

Sementara itu, pada proses pascamasa penyembuhan semula Dwi Krismawan tak
pernah dapat menerima keadaan fisiknya yang hancur. Tetapi Bethania tak
pernah letih memberikan pengertian agar Kris selalu berpikir positif.
Bethania tak pernah menuntut Kris segera menerima keadaannya yang baru. Ia
memahami keadaan Kris yang membutuhkan waktu untuk memulihkan kepercayaan
dirinya dan sangat membutuhkan seseorang yang tulus dan setia mendampingi
dirinya. Sikap Bethania terhadap Kris tersebut merupakan salah satu bentuk
dari unsur cinta. Ia sangat memahami Kris dari segi latar belakang keadaan,
keluarga, apa yang ia butuhkan dan lain sebagainya. "Kalau kamu malu, kamu
akan semakin terpuruk tetapi kamu harus belajar menerima kenyataan, belajar
menerima apa yang telah terjadi dengan besar hati," demikian kata Bethania
membesarkan hati seperti ditirukan Kris sendiri. Cinta dari Bethania
akhirnya menjadikan Kris pribadi yang positif dan motivator yang telah
memberikan banyak inspirasi kepada banyak orang.

Ketika Kris mengalami kecelakaan, sebenarnya Bethania dapat meninggalkan
Kris begitu saja. Apalagi waktu itu Bethania masih cukup muda dan cantik,
status hubungan mereka juga belum menikah, terlebih hubungan asmara mereka
tidak direstui keluarga Kris. Tetapi Bethania memilih untuk tetap
mendampingi Kris dan terus memberinya semangat hidup.

Bethania merasa bertanggung jawab untuk membangkitkan semangat hidup
kekasih yang kemudian menjadi suaminya itu. Ia merasa sudah seharusnya
membantu memulihkan kepercayaan diri pasangannya dengan berbagai cara,
termasuk mengajak Kris jalan-jalan ke pusat-pusat perbelanjaan sekaligus
menemani dan mendorongnya berinteraksi dengan banyak orang.

Sebaliknya, Kris juga sangat mencintai istri dan anak-anaknya. Oleh sebab
itu ia merasa bertanggung jawab untuk membahagiakan mereka dari segi
material, emosional, spiritual dan menata masa depan anak-anaknya sebaik
mungkin. Dari sanalah Kris mampu bangkit, memulai karir sebagai agen
asuransi sampai akhirnya pernah dinobatkan sebagai agen asuransi terbaik
dan kini menjadi motivator yang inspiratif.

Padahal ketika Kris menikah pada tanggal 17 Juli 1999, keadaan ekonomi
keluarganya sangat memprihatinkan karena ia kesulitan mendapatkan
pekerjaan. Beban ekonomi kian berat ketika putra pertama mereka lahir.
Tetapi di tengah deraan kesulitan tersebut, Bethania tetap menunjukkan rasa
hormat terhadap suaminya sebagai kepala rumah tangga sebagai bentuk cinta
kasih dan kesetiaannya.

Dalam sebuah wawancara di majalah Voice, Bethania menyatakan, "Bagaimana
bisa kita setia dan mencintai Tuhan YME yang tidak kelihatan, kalau yang
kelihatan saja tidak bisa kita cintai dan setia." Bethania tetap bangga
pada kelebihan dan menerima kekurangan Kris dengan tulus. Sikap Bethania
yang selalu menghargai pasangan apa pun keadaan pasangannya adalah salah
satu contoh dari unsur yang selalu ada dalam cinta.

Cinta benar-benar berperan penting dalam kehidupan Kris. Cinta kasih
istrinya adalah salah satu daya dorong yang luar biasa untuk menggapai
keberhasilan dan kebahagiaan yang ia miliki saat ini. Begitu pun dalam
kehidupan kita, cinta juga berperan sangat penting terutama cinta yang
mengandung keempat unsur cinta sebagaimana diuraikan di atas. "We are never
so helplessly unhappy as when we lose love. - Kita tak akan pernah begitu
menderita dan putus asa seperti bila kita kehilangan cinta," kata Sigmund
Freud.

Berbaktilah pada orang tua

Berbaktilah Pada Orangtua
Oleh: Toni Tio

Sebuah kisah. Ada satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan tiga orang
anak. Anak pertama perempuan, kedua laki-laki dan ketiga perempuan.. Dari
ke tiga anak, si anak laki-laki yang mendapat perhatian khusus. Penuh kasih
sayang, selalu mendapat yang terbaik diantara saudaranya, dimanja dan
dituruti kemuaannya. Ya ini mungkin ada hubungannya dengan tradisi budaya
Chiness, dimana anak laki-laki tertua sangat berharga karena kelak dia
mewarisi nama keluarga atau yang dikenal marga.

Hari berganti minggu, bulan dan tahun. Anak laki-laki ini tumbuh menjadi
anak dewasa dengan tabiat buruk. Suka menyusahkan keluarga, tidak bekerja,
menipu sana-sini, mencuri dan berbuat jahat. Menjual barang-barang yang ada
dirumah bila orang tua tidak bisa memberi dia uang, bahkan tidak jarang
memukul orang tua apabila terjadi pertengkaran. Larangan, nasehat dan
segala upaya sudah dilakukan orang tuanya untuk merubah si anak, tapi
bukanya sadar malah menjadi. Sampai-sampai keluarganya sudah tidak mau
mengenal dia lagi. Dia diusir dari rumah, dan pintu ditutup rapat-rapat
agar si anak tidak pernah pulang. Orang tuanya sudah menganggap si anak
laki-laki mati dan tak pernah terlahirkan.

Waktu cepat berlalu, tetapi sifat, tabiat dan tingkah laku si anak
laki-laki tidak ada sedikitpun berubah. Bahkan dia disebut-sebut yang
menyebabkan ibunya meninggal karena pada saat-saat terakhir kehidupan
ibunya terus menerus diteror dan disakiti sampai-sampai dokter yang merawat
si ibu berkata "ibu menyimpan sakit hati yang sangat dalam, tapi dia tidak
mampu mengungkapkan perasaannya".

Ketika si ibu menemui sakaratul mautnya sampai peti mati masuk liang kubur
si anak laki-laki tidak memperlihatkan batang hidungnya bahkan si ayah juga
tidak mau si anak laki-laki datang meskipun untuk yang terakhir kali.

Apakah si anak tidak tahu? Tahu. Dia telah diberi tahu, kalau ibundanya
sudah pergi untuk selamanya. Tapi si anak tak bergeming. Lupa siapa yang
sudah melahirkan dan membesarkan dia.

Tapi bumi melihat dan alam mencatat semua perbuatan si anak. Dia sudah
melanggar hukum langit. Lambat tapi pasti hukuman tetap hukuman, sepanjang
hidupnya dilalui dalam penderitaan. Dimana langkah kaki terhenti disitu
pintu tertutup bagi dia.

Jangankan punya rumah, untuk mengisi perut saja dia berharap pada kebaikan
hati orang lain.
Lantas apakah ini namanya takdir dan nasib buruk dari Sang pencipta?
Bukankan, saat terlahir dia dikeluarga yang penuh kasih sayang? Dan
mendapatkan yang terbaik?. Sedangkan nasib buruk yang dijalani sekarang ini
adalah buah dari kejahatan dia. Setujuhkan kita bahwa masa depan ada dimasa
lalu?

Tuhan tidak pernah membiarkan aturanNya dicabik-cabik. Tahta suciNya adalah
pengadilan agung yang tak terlewatkan oleh setiap umat manusia. Setiap
kejahatan pasti ada hukuman. Berbakti dan hormat kepada orang tua adalah
hukum yang sudah Ia gariskan. Maka setiap orang yang berbakti dan
menghormati orang tuanya, kepada dia diberikan umur panjang dan rejeki.
Seperti kata orang bijak, ''surga ada ditelapak kaki ibu"

Kekayaan dan harta tidak pernah menjamin keselamatan bagi kita tetapi hati
yang bersih dan baik adalah jaminan kebahagian untuk kita. Lalu apa artinya
menjadi anak? Bila tidak diakui sebagai anak?.

Salam Mulia.

*) Tony Haniel; Alumni Writer Schoolen "Menulis Artikel Menarik" ini dapat
dihubungi di tony.haniel@gmail.com

Rabu, 03 November 2010

Selangkah lagi maju

Selangkah Lagi Maju, Kenapa harus Berhenti?
Oleh Gagan Gartika

"Kemajuan sering menjadi milik orang lain, karena kita tak meneruskan
pekerjaan dan berhenti ditengah jalan".

Banyak orang mundur dan berhenti ditengah jalan, ketika sedang mengerjakan
sesuatu, padahal mungkin saja selangkah lagi maju. Misalnya, kuliah
selangkah lagi lulus, tinggal skripsi. Penulisan sebentar lagi jadi buku,
tinggal bab terakhir. Usaha, sedikit lagi jalan, tinggal butuh kesabaran.
Namun karena mundur, akhirnya kuliah, buku serta usaha menjadi tak sukses.

Yang saya khawatirkan, bukan sekedar mundur atau berhentinya, namun yang
ditakutkan. Kita bisa terjangkit sifat kelembaman, dimana bila seseorang
terkena kelembaman, ia bisa terus malas, sehingga apabila tak ada orang
yang membangkitkan kembali, tujuan akhir tak tercapai.

Dalam ilmu fisika, hukum kelembaman itu, intinya, yaitu apabila benda diam
dalam satu tempat dan tidak ada gesekan atau gesekannya nol, benda tersebut
akan diam terus. Begitu juga ketika benda tersebut bergerak, dan tidak ada
gesekan, benda tersebut akan terus bergerak.

Maka, ketika suatu benda bergerak terus agar berhenti, perlu rem yang
menghentikan pergerakannya. Sebaliknya, bagi benda yang diam terus,
diperlukan energi untuk menggerakan.

Begitu juga dalam kehidupan manusia, ketika seseorang diam terus dirumah,
dan tak ada kegiatan, orang tersebut bisa semakin malas, ide-ide untuk
bekerja menjadi hilang, tak ada inovasi, tak ada kegiatan apa pun, yang ada
maunya tidur, paling banter makan. Sehingga tidur makan, tidur
makan-merupakan kegiatan sehari-hari-
yang akhirnya bisa terkena sifat lembam, apalagi tak ada yang memotivasi.

Kegiatan tersebut banyak terlihat dalam kehidupan dimasyarakat luas. Suami
meskipun sudah punya banyak anak, masih malas bekerja, karena merasa
penghasilan sudah ditopang isteri dan orang tuanya. Perusahaan berjalan di
tempat, karena pegawainya tak mau berubah. Pegawai pemerintah tetap
menjalankan birokrasi ketat, karena menurut pengetahuannya, birokrasi bisa
mengamankan peraturan yang dimanatkan undang-undang. Tukang sayur, tukang
beca, polisi, pegawai pengadilan tetap saja berprilaku seperti biasanya.
Tak ada perubahan yang berarti, ketika pola kegiatannya tak ada yang
merubah.

Kecuali pola tersebut ada yang menggerakan, misalnya, dalam perusahaan ada
pemimpin yang selalu belajar, sehingga bisa mendongkrak kemajuan. Dalam
organisasi ada organisator yang bisa memberikan penyegaran dan memiliki
visi kedepan, sehingga anggotanya mau bergerak mencapai sasaran. Dalam
pembuatan filem, ada sineas, sutradara, sebagai pembaharu, yang mampu
membuat film menjadi hidup. Dalam pembangunan, ada arsitek yang mampu
merancang suatu bangunan menjadi kuat serta memikat.

Begitu juga dalam hidup perlu teman lain, yang mampu mendorong dan
memberikan inspirasi bagi kemajuan pribadi dan peningkatan karier, serta
kemajuan lainnya.

Sehingga, kata orang bijak, kita jangan berlama-lama berdiam diri, otak
kita menjadi tumpul. Juga jangan kelamaan menganggur, ilmunya akan hilang,
serta kelamaan tak olah raga, badan keburu sakit, kelamaan merenung, malah
akan menambah stres. Karena itu, sebaiknya, kita mulai berenang, supaya
kita dapat menyelami dalamnya lautan. Mulai Bekerja sambil belajar, supaya
kita berpengalaman dan berkembang. Dan menggali terus, siapa tahu dibalik
cangkulan terakhir itu ada emas, mengamalkan ilmu walaupun satu ayat,
sehingga bisa membawa kehidupan yang lebih baik dan bermakna.

Banyak orang tak berhasil karena berhenti ditengah jalan, ketika
mengerjakan sesuatu. Misalnya, pedagang bubur berhenti karena tak laku,
begitu juga pedagang bakso berhenti berdagang karena tak kuat menghadapi
persaingan. Dokter lupa praktek, karena jadi politikus, dan bisa saja
seorang insinyur pertanian, akan lupa bertani, ketika lebih banyak bekerja
dibelakang meja, yang jarang berhubungan dengan petani.

Banyak lagi, di masyarakat yang memiliki keahlian tapi tak berguna, dan
hidupnya terlunta-lunta, menanti belas kasihan orang lain, karena ia tak
pernah mengimplementasikan ilmu. Padahal kalau ia mengamalkan, walaupun itu
sedikit, pasti akan menghasilkan. Misalnya, bisa mencangkul, atau menggali
saja kalau diamalkan akan menghasilkan uang, terlihat kuli gali banyak
bekerja pada proyek-proyek pembangunan jalan. Demikian juga jika seseorang
mampunya, hanya menggoes sepeda, ya bisa menjalankan ilmu itu, sedangkan
yang mampunya berdagang, sebaiknya berdaganglah, apalagi mempunyai keahlian
dibidang perbaikan mesin, perbengkelan mobil, perbaikan kulkas atau
barang-barang elektronik, tinggal mau mengamalkan, pasti menghasilkan. Juga
bagi keahlian lain, perlu mengamalkan ilmu agar berhasil. Bila mereka diam
saja, ilmu yang dimiliki akan menjadi lembam dan hilang.

Untuk itu agar tidak lembam, ketika pekerjaan sedang berjalan, sebaiknya
kita berusaha tak pelu berhenti dulu, tetapi perbaiki kekurangan kita,
karena bisa saja selangkah lagi maju.

Dan ketika anda berhenti juga, ini menandakan anda masih tak sabaran dalam
berusaha, belum konsisten, dalam melakukan sesuatu pekerjaan, yaitu
berhenti sebelum mendapatkan hasil. Akhirnya sering terjadi, yang menikmati
hasil, orang yang menggantikan. Sementara kita sendiri sering gigit jari,

Umumnya perusahaan yang tahan banting, biasanya mengalami kemajuan, karena
perusahaan tersebut telah mengalami berbagai perjalanan pahit, telah makan
asam garam, penuh lika-liku pengalaman. Apalagi perusahaan itu ditangani
oleh orang yang cekatan, dan mempunyai tekad untuk maju.

Banyak perusahaan yang tadinya kecil, jadi perusahaan raksasa, contoh
perusahan Toyota, awalnya perusahaan penghasil kendaraan truk dengan body
dan mesinnya masih kasar, tetapi sekarang merupakan perusahaan ternama yang
dipandang dunia. Bisa mengalahkan mobil-modil buatan Eropah. Begitu juga
kita sering melihat usaha-usaha di sekitar kita, misalnya, pembuatan kaos,
pembuatan spanduk, kursus, usaha sekolahan, semula tempat usahanya
mengontrak, karena ditekuni, tempat bisa berubah menjadi milik sendiri.

Sehingga kalau begitu, agar tak lembam serta bisa mendatangkan kemajuan,
sebaiknya kita perlu bergerak terus dan pantang menyerah dalam berjuang dan
bekerja, kalau nda begitu, keberhasilan akan jadi milik orang lain. (gg)


*) Gagan Gartika adalah Praktisi Silaturahmi Marketing (SiMark), Pengusaha
di bidang Forwarding, Transportasi dan Pengurusan Jasa Kepabeanan pada PT.
Kumaitu Cargo dan PT. Penata Logistic. Ia pemilik Lembaga Pendididikan dan
Pengembangan Bisnis (LPPB) Sinergi Indonesia. Pendidikan terakhir, S2
Manajemen dari Ibii. Selain itu pada dibidang pengajaran, mengabdi menjadi
Dosen Sekolah Tinggi Manajemen Transpor Trisakti, Jakarta.

Email: gagan@kumaitucargo.co.id

Senin, 01 November 2010

Nikmatnya jadi pengangguran

Nikmatnya Jadi Pengangguran [Entrepreneur]
Oleh: Victor Asih

Di pagi hari yang sejuk, seperti biasanya saya bersama istri mengantarkan
ke dua putri kecil kami yang cantik dan lucu ke sekolah mereka. Putri yang
bungsu baru saja masuk ke TK A dan putri yang sulung baru saja naik kelas 5
SD.

Setelah mengantarkan mereka sampai di sekolah, maka bebas tugaslah kami
sampai pukul 9.30. Yaitu saat kami harus kembali menjemput sang putri
bungsu di sekolahnya.

"Kita mau pergi ke mana sekarang, Yang?", tanya istri saya dengan lembut
dan suara manja sesaat setelah kami masuk ke dalam mobil.

"Seperti biasa, sarapan pagi yuk. Mau sarapan dimana, Yang?", jawab saya
dengan tersenyum sementara mobil kami meninggalkan tempat parkir.

"Yang, saya sedang ingin makan yamcha.", jawabnya.

"Oke, Yang", sahut saya sambil tersenyum.

Maka meluncurlah mobil kami melintasi jalan layang ke arah utara kota
Bandung. Kami menuju jalan Setiabudi atas, sebuah wilayah di kota Bandung
bagian utara yang berhawa sejuk pegunungan dekat Lembang.

Akhirnya saya membelokkan mobil kami memasuki komplek sebuah hotel yang
asri di jalan Setiabudi. Saya memarkirkan mobil kami di depan pintu sebuah
restoran yang terkenal dengan Yamcha-nya yang lezat.

Yamcha adalah makanan favorit kami berdua untuk sarapan pagi. Sambil
mendengarkan alunan lagu-lagu mandarin yang merdu, kami pun bersantap pagi
di teras restoran yang memiliki pemandangan indah.

Hisit kau goreng, ca sau pau, kay cak, bacang ketan, ubur-ubur telur item,
chao ceu fen kwo, ham soy kok, dan coctail tahu yang terhidang di meja kami
begitu menggugah selera makan. Apalagi ditemani chinesse tea sebagai
minumannya.

Menggunakan sepasang sumpit bambu kami menyantap makanan sepotong demi
sepotong dengan nikmat. Udara pagi pengunungan yang sejuk, pemandangan yang
indah, makanan yang lezat, alunan lagu yang merdu, dan seorang istri yang
cantik menemani sarapan pagi. Lengkap sudah, kenikmatan yang dianugerahkan
Tuhan pagi ini.

"Terima kasih Tuhan.", kata saya dalam hati, mengawali doa sebelum kami
mulai menyantap hidangan.

Sesekali diselingi dengan menghirup seteguk chinesse tea yang hangat dan
beraroma harum. Kami menikmati sarapan pagi sambil berbincang dari hati ke
hati. Terasa begitu nyaman sambil diiringi semilir angin sejuk hawa
pegunungan Bandung Utara.

Sudah sebelas tahun usia pernikahan kami, tidak membuat kemesraan diantara
kami berkurang. Sampai sekarang secara tidak disadari kami masih saling
memanggil dengan sebutan "Sayang" atau "Yang", di mana pun kami berada.
Sama seperti saat kami baru bertemu dan masih dalam status pacaran hampir
dua puluh tahun yang lalu.

Tujuh tahun masa pacaran, lalu tunangan, ditambah sebelas tahun masa
pernikahan tidak membuat kemesraan kami berubah walau pun usia terus
bertambah. Hal yang cukup langka, kata banyak orang di sekitar kami. Kami
sendiri tidak menyadarinya sampai beberapa orang di sekitar kami
berkomentar demikian.

Setelah saya renungkan, "Mengapa hal ini dapat terjadi pada kami?".

Ternyata, salah satunya adalah karena kami memiliki cukup banyak waktu
untuk dinikmati bersama. Kami juga memiliki banyak waktu untuk saling
berkomunikasi satu sama lain. Kami memiliki banyak waktu untuk menikmati
kehidupan, mengantar-jemput anak kami ke sekolah, melakukan hobby kami, dan
berbagai kegiatan lainnya yang menyenangkan.

Sementara banyak pasangan suami istri yang kehilangan begitu banyak waktu
untuk bersama karena berbagai kesibukan kerja yang harus dilakukan. Kami
dapat menikmati kehidupan yang telah dianugerahkan Tuhan kepada kami.
Mungkin hal itu juga yang merupakan salah satu faktor yang membuat kami
selalu tampak lebih muda dari usia yang sebenarnya.

Mengapa kami memiliki banyak waktu?

Karena kami bukanlah pekerja, tetapi kami adalah pengangguran! Tetapi bukan
pengangguran biasa, karena kami adalah pengangguran entrepreneur!

Kami memiliki beberapa usaha kecil yang telah dapat memberikan passive
income. Kami tidak harus turun tangan sendiri untuk mengerjakan usaha
tersebut saat ini. Tetapi beberapa usaha yang kami rintis beberapa tahun
yang lalu tersebut telah berjalan dengan sendirinya dan dapat menghasilkan
income secara terus menerus untuk kami. Inilah yang disebut dengan passive
income.

Walau pun passive income itu belum bisa membuat kami kaya raya secara
financial saat ini, tetapi telah dapat mencukupi semua kebutuhan kami walau
pun kami tidak bekerja. Sehingga kami tidak harus berjerih-payah lagi
mengejar materi untuk kehidupan kami sehari-hari.

Kebetulan, kami juga tidak pernah bercita-cita menjadi orang yang kaya
secara financial. Kami lebih memilih menjadi orang yang dapat menikmati
kehidupan yang dianugerahkan oleh Tuhan dan menjadi "kaya" secara non
financial, seperti kaya akan kebaikan, kaya akan sahabat, kaya akan waktu
bebas, kaya akan kebahagiaan, kaya akan keharmonisan, dan kaya akan
berbagai hal lainnya yang bersifat non materi. Karena bagi kami, kekayaan
materi hanyalah salah satu dari puluhan kekayaan yang harus dimiliki setiap
orang untuk dapat hidup berbahagia.

Coba anda bayangkan.

Jika saja lebih dari satu juta pengangguran di Indonesia dapat diubah
menjadi lebih dari satu juta pengangguran entrepreneur? Walau pun
entrepreneur skala usaha kecil, dampaknya bagi perekonomian Indonesia akan
luar biasa!

Jika banyak keluarga menjadi entrepreneur, maka akan muncul
keluarga-keluarga yang lebih sejahtera dan relatif lebih berbahagia dalam
kehidupannya. Mereka akan menghasilkan keturunan generasi penerus yang
lebih tangguh karena orang tua akan memiliki banyak waktu untuk membimbing
anak-anaknya.

Ingat, pilar sebuah bangsa adalah keluarga! Keluarga-keluarga yang kokoh
akan menghasilkan masyarakat yang luar biasa. Masyarakat yang luar biasa
akan membentuk bangsa yang hebat luar biasa!

Indonesia di masa mendatang memiliki harapan untuk menjadi bangsa yang
hebat luar biasa! Jika saja keluarga-keluarga kecil yang merupakan elemen
terkecil di masyarakat dapat menjadi keluarga-keluarga yang kokoh. Dan hal
itu bisa diwujudkan mulai dari keluarga anda!

Hidup hanya Sekali!

Masa kecil, masa remaja, masa dewasa, dan masa tua hanya dialami sekali.
Tidak dapat diulang dan tidak dapat dibeli. Oleh karena itu, jangan
sia-siakan waktu hidup anda hanya untuk bekerja, bekerja, dan bekerja,
seumur hidup mencari uang, uang, dan uang! Banyak hal yang lebih berharga
daripada uang, salah satu diantaranya adalah waktu. Uang dapat dicari
tetapi waktu tidak dapat dibeli.

Raihlah passive income! Itulah yang selalu saya ajarkan di Sekolah Bisnis
Gratis USB. Sekolah gratis kewirausahaan yang saya dirikan di Bandung untuk
membantu banyak generasi muda untuk belajar mendapatkan passive income
melalui entrepreneurship.

Jadilah entrepreneur! Bukannya pekerja! Itu kalau anda ingin mendapatkan
kualitas hidup anda lebih baik dan menikmati kehidupan ini dengan lebih
menyenangkan.

Saya dan istri saya bercita-cita untuk menciptakan lebih banyak lagi
generasi muda entrepreneur dalam waktu dekat ini sebagai solusi krisis
ekonomi global dan tingginya tingkat pengangguran sarjana. Oleh karena itu
kami bersepakat untuk menggunakan waktu kami yang banyak saat ini untuk
bekerja keras mewujudkan cita-cita kami. Kami akan membimbing sebanyak
mungkin generasi muda intelektual untuk menjadi entrepreneur usaha kecil
dan menengah.

Lebih dari dua ratus mahasiswa ITB, UNPAD, UPI, UNPAR, UNPAS, UIN,
Maranatha, dan berbagai universitas lainnya di Bandung yang saat ini sedang
kami bimbing menjadi entrepreneur secara gratis di Sekolah Bisnis Gratis
USB terasa masih belum mencukupi mengingat tingginya tingkat penggangguran
sarjana saat ini. Kami ingin membantu lebih banyak lagi.

Maka pagi ini kami memutuskan akan menerima permintaan-permintaan membuka
kelas kewirausahaan USB secara gratis di kampus-kampus beberapa universitas
di Bandung yang ingin bekerjasama dengan Sekolah Bisnis Gratis USB. Walau
pun untuk itu waktu kami akan tersita banyak, kami ikhlas berkorban agar
lebih banyak lagi tercipta generasi muda entrepreneur. Mereka yang akan
membentuk keluarga-keluarga yang kokoh di masa mendatang dan menjadi
generasi penerus bangsa ini. Kami berharap agar mereka dapat menjadi
generasi pemimpin dan pengelola negeri ini menjadi lebih baik lagi di masa
mendatang.

Demikianlah saya menyelesaikan sarapan pagi yang romantis bersama istri
tercinta karena jam sudah menunjukkan pukul sembilan lewat delapan menit.
Sekarang saatnya untuk kami pergi kembali ke sekolah menjemput putri bungsu
tercinta. Dan berarti selesai pula lah saya mengetik artikel ini di
komputer note book untuk langsung saya kirimkan via mobile modem ke website
populer yang akan menayangkannya.

Jari telunjuk saya menekan tombol "send" bersamaan dengan satu tegukan
terakhir chinesse tea yang nikmat.

*( Victor Asih, Founder Sekolah Bisnis Gratis USB, Mentor Entrepreneur,
Inspirator & Motivator, Software Engineer & Information Technology
Consultant, Kolumnis, Penulis Buku Unik Bestseller "8 Langkah Ajaib Menuju
ke Langit"] Penulis bisa dihubungi melalui email victorasih@yahoo.co.id
atau kunjungi websitenya www.usbschool.com atau blog usbschool.blogspot.com

Kekuatan kata-kata positif

Kekuatan Kata-kata Positif
Oleh: Asep Syarifuddin

MEMBACA karya Joe Vitale dalam 'Zero Limits, Metoda Rahasia Hawaii untuk
Memperoleh Kekayaan, Kesehatan, Kedamaian dan Banyak lagi' sangat luar
biasa inspiratif. Posisi Joe Vitale dalam buku tersebut adalah pihak yang
menjelaskan pertemuan dengan sosok Ihaleakala Hew Len yang memiliki cara
penyembuhan yang agak aneh.

Salah satu hal yang aneh tersebut adalah Hewlen menyembuhkan sebangsal
penuh narapidana yang sakit jiwa tanpa pernah melihat seorang pun dari
mereka secara profesional. Ternyata Hew Len menggunakan metoda penyembuhan
dengan sebuah cara "pembersihan diri" secara terus menerus kepada diri
sendiri. Lebih jelasnya pembersihan diri tersebut adalah dengan ungkapan
"Saya mengasihi Anda", "Maafkanlah Saya", "Terimakasih", dan terakhir
adalah "Salam kedamaian".

Dalam pandangan Hew Len, untuk memperbaiki dunia, lingkungan atau siapapun
maka langkah awal yang harus dilakukan adalah memperbaiki diri sendiri
terus menerus. Sehingga diri kita selalu dalam keadaan bahagia, damai
dipenuhi rasa cinta dan kasih sayang kepada semua makhluk baik yang
bernyawa maupun yang kelihatan tidak bernyawa. Dan semua "kegagalan" di
dunia ini menjadi 100% tanggung jawab kita.

Ketika tanggung jawab sudah 100% kita ambil, maka tidak ada lagi alasan
untuk menyalahkan orang lain, mencari kambing hitam dan alasan-alasan
lainnya yang dicari-cari. Bila semua orang memiliki sikap seperti ini maka
dunia ini akan sangat damai, dan dipenuhi dengan energi positif yang
bertebaran di atmosfer ini. Universe akan tersenyum melihat mental-mental
manusia yang sehat, sikap-sikap manusia sebagai pemimpin dunia yang fair.

Secara jujur kita sadari, dunia kita sudah terlalu sesak dipenuhi energi
negatif yang bertebaran di sana-sini. Entah berapa perbandingan kuantitatif
antara energi negatif dan positif yang bertebaran. Tapi konon ada pandangan
yang mengatakan bahwa 9 energi negatif akan netral dengan 1 energi positif.
Benarkah? Memang kita belum memiliki bukti secara ilmiah yang menyimpulkan
tesis tersebut. Tapi secara sederhana kita bisa membuktikan, kalau ada
sekelompok orang yang bertikai, kemudian datang seorang arif bijak yang
mendamaikan pertikaian tersebut, besar kemungkinan pertikaian tadi bisa
dihentikan.

Kalau kita mengambil tanggung jawab 100% untuk membuat kebaikan di
lingkungan sekitar kita, maka 1:10 atau bahkan lebih banyak lagi bisa
membuat energi positif bertebaran di alam ini. Apa sih susahnya untuk
mengatakan "Saya Mengasihi Anda", "Terimakasih", "Maafkanlah Saya", "Salam
kedamaian", atau bisa ditambah lagi dengan kata-kata lain seperti "Sukses
Selalu buat Anda", "Bahagia selalu untuk Anda", "Keberkahan untuk Anda"
dll. Isinya adalah doa-doa baik untuk orang sekitar kita dan ungkapan rasa
syukur.

Mau mencoba? Ya, harus kita coba dulu efektifitas ungkapan kata-kata
tersebut. Dan ungkapan tadi tidak hanya kepada manusia, kepada benda, hewan
atau makhluk tidak hidup lainnya juga patut untuk diungkapkan. Tidak heran
kalau penelitian Masaru Emoto dalam The Power of Water yang meneliti
tentang air yang diberi ungkapan-ungkapan yang baik-baik akan membentuk
kristal yang sangat indah. Sementara air yang dimaki, dimarahi, dibenci
akan memunculkan kristal yang jelek.

Memang tidak cukup hanya dengan mengeluarkan kata-kata tersebut di atas
lantas akan memperbaiki segalanya. Lakukan berulang-ulang kata-kata
tersebut di atas sampai menyatu dengan diri kita. Apabila kata sudah
menyatu dengan pikiran dan hati, siapa yang tahu akan memunculkan
keajaiban-keajaiban. Tapi kata-kata tersebut di atas bagi yang mengucapkan
dengan sepenuh hati akan memunculkan perasaan bahagia dan damai setiap
saat.

Di sisi lain, kita akan terpelihara dari godaan-godaan untuk mengeluarkan
kata-kata yang tidak bermanfaat. Sebenarnya kata-kata yang kita ungkapkan
memiliki makna berbeda setelah masuk ke dalam pikiran kita. Pikiran akan
memberikan gambaran atas kata yang kita ucapkan. Ketika kita mengucapkan
kata mengasihi maka pikiran menggambarkan seseorang yang mengusap-usap
seseorang (anak kecil), atau memberikan perhatian kepada orang yang
kesusahan atau memberikan menjaga orang yang membutuhkan bantuan.

Ketika mengungkapkan kata "Maafkan saya", ketika itu pula ada rasa
melepaskan energi negatif dan beban yang ada di pikiran dengan sebuah
pengakuan. Dan orang yang mendengar kata-kata tersebut juga akan muncul
rasa yang lembut yang juga mengucapkan kata yang sama, "Maafkan saya juga".

Luar biasa indah dunia ini kalau diisi dengan kata-kata yang berenergi
positif. Sudah saatnya kita menyadari akan kekuatan ikhlas, kekuatan
kebahagiaan, kekuatan kedamaian, kekuatan cinta dan kasih sayang, kekuatan
syukur. Ucapkan kata-kata tersebut terus menerus setiap saat maka kita akan
senantiasa berada dalam pencerahan yang luar biasa.

Salam kedamaian, salam kebahagiaan, saya mengasihi Anda, terimakasih,
maafkan atas segala kesalahan saya. Sukses selalu buat Anda. [*]


*) Penulis adalah GM Radar Pekalongan. Bisa dihubungi di
asepradar@gmail.com dan http://langitbirupekalongan.blogspot.com