Minggu, 31 Oktober 2010

Yang waras minggir

Yang Waras Minggir!
September 28, 2009 by admin
Oleh: Toni Tio

Mengapa yang waras harus minggir? Karena hanya yang masih waras yang mau
mengalah. Suatu pagi hari ketika diruas jalan tol ada satu mobil dijalur
kanan dengan kecepatan tinggi, dan tiba-tiba dibelakang mobil pertama
tersebut muncul satu mobil dengan kecepatan yang jauh lebih cepat lagi.
Mobil tersebut berulang kali membunyikan klakson "tit, tit . . . . tit.."
berulang-ulang sambil memainkan lampu jauhnya minta jalan. Tidak sabar!
Lalu mobil pertama yang ada didepan mengalah dan memberi jalan kepada mobil
tersebut untuk mendahului.

Seandainya pada saat itu mobil pertama yang ada didepan tidak mau memberi
jalan, tentu mobil dibelakang akan lebih marah. Karena mobil ke dua
berpikir jalur kanan untuk kecepatan tinggi dan mendahului, sedangkan mobil
pertama berpikir sebaliknya. Kecepatan mobil dia sudah sesuai dengan
aturan/ rambu lalu lintas.

Terlepas dari siapa yang salah dan benar dalam hal ini, yang jelas yang
waras yang mau menggunkan pikiran, mengendalikan mulut dan menjaga perasaan
hatinya.

Pikiran (otak), bicara (mulut) dan perasaan (hati) adalah tiga hal yang
terpenting dalam diri seseorang.

Pikiran
"Segala sesuatu berasal dari pikiran" bahkan untuk menciptakan sesuatu kita
harus mulai melihatnya dalam pikiran terlebih dahulu. Mimpi sekalipun juga
merupakan permainan pikiran.

Demikian hebatnya pikiran itu sampai dikatakan "you are what you think",
anda adalah apa yang anda pikirkan. Maka apa yang kita pikirkan itulah yang
akan terjadi. Memasukkan input negatif dalam pikiran kita setiap hari
dampaknya akan merusak dan sebaliknya input positif outputnya akan baik.

Pikiran itu senantiasa liar! bergerak terus. Kadang logis dan disaat lain
sangat tidak logis. Oleh karena itu kesadaran akan pikiran perlu terus
dilatih agar pikiran terus dalam kondisi logis. Pada kondisi logis tindakan
yang dilakukan adalah baik dan positif, tetapi pada saat tidak logis
hal-hal tidak baik dan negatif yang terjadi. Contohnya membunuh hanya
karena persoalan uang Rp 500,- Logis kah itu?

Agar pikiran tidak liar dan negatif, maka sadarilah buah pikir itu, fokus
pada kebaikan, dan jaga emosi. Semakin dapat disadari akan semakin dapat
dikendalikan pikiran itu. Untuk mencapai itu semua dapat dilakukan dengan
berbagai cara, diantaranya:
1. Utamakan Tuhan disetiap pikiran, khususnya pada saat-saat pikiran kosong
2. Doa dan meditasi, akan memberikan ketenangan batin dan pikiran yang
jernih
3. Senantiasa logis dalam bertindak
4. Memberi input yang baik
5. Sadari pikiran itu dan bila ngelantur kembalikanlah
6. Ciptakan suasana hati yang baik

Meskipun pikiran sangat sulit untuk dilihat, amat lembut dan halus serta
bergerak liar sesukanya. Tetapi apabila pikiran kita dalam kondisi logis
dan mampu menatanya, kita akan bahagia.

Bicara
Sepintas mulut itu lemah. Tetapi dibalik kelembutan itu mulut menyimpan
ledakan dahsyat yang setiap saat siap diledakan. Walaupun tidak mempunyai
kekuatan fisik seperti tangan dan kaki, ledakannya bisa lebih dahsyat dari
pada kekerasan yang dilakukan tangan atau kaki. Dan ketajamannya melebihi
sayatan silet. Kekerasan tangan dan kaki mempunyai bekas tetapi kekerasan
bicara tidak memiliki bukti sekalipun dengan hasil visum (kecuali direkam
menggunakan bantuan teknologi).

Mulut dalam arti bicara adalah anugerah besar yang diberikan kepada umat
manusia, melalui bicara kita dapat berbagi pemikiran, mengerti satu sama
lain, mengungkapkan ide, memberi nasehat, memberi semangat tetapi juga bisa
menjadi malapetaka. Ntah itu bahaya dunia atau dihari penghakiman. Karena
apa yang diucapkan harus dipertanggung jawabkan.

Ada sebuah ungkapan "the more you talk, the more you expose yourself''
Semakin banyak kita bicara, semakin terbukalah jati diri kita dengan segala
kelemahannya. Karena dengan tutur bahasa "kelas" seseorang ditentukan.
Bukan hanya materi belaka yang bicara, tetapi lebih dari itu. Pemilihan
kata dan gaya bicara yang santun melampaui segala materi yang ada.

Saya pernah baca sebuah headline berita kira-kira seperti ini "Dia dibunuh
karena perkataannya", lalu saya bertanya dalam hati perkataan apa yang
sudah diucapkan korban sehingga dia dibunuh? Demikian kasar kah kata itu
sehingga si pembunuh tersakiti sehingga dia tega menghabisi nyawan orang
itu?.

Ada kalanya kita kurang berhati-hati mengeluarkan canda atau perkataan,
yang meskipun tidak bermaksud untuk menyakiti perasaan orang lain namun
ternyata bisa menyinggung dan mendatangkan dendam. Selain menyinggung
perkataan sia-sia pun bisa mencelakakan kita dalam banyak bentuk.

Semakin banyak bicara, semakin besar kemungkinan untuk mengeluarkan
perkataan yang sia-sia yang mendatangkan kejahatan seperti gosip, mencelah,
sombong, bohong, menjelekan orang lain dan lain sebagainya. Semua itu bisa
dengan mudah keluar dari mulut ketika kita tidak punya kendali terhadap apa
yang keluar dari mulut. Itulah sebabnya lidah diletakan dalam mulut supaya
dia terlindungi (diawasi) dan tidak sembarangan mengeluarkan kata-kata.
Karena ada kuasa dibalik perkataan yang keluar dari mulut.

Seringkali kita mati-matian menjaga sikap, perbuatan dan tingkah laku,
namun mengabaikan soal mengeluarkan perkataan, sia-sialah semua itu.
Sekalipun letak mulut sama, tetapi dari mulut yang sama juga bisa keluar
kata berkat dan kata kutukan. Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati
dan bersumber dari pikiran.

Mulut meskipun kecil, tapi dapat melakukan perkara-perkara besar. Bisa
mendamaikan dan sebaliknya bisa mendatangkan perang. Oleh karena itu perlu
senantiasa berhati-hati dalam berkata-kata dan melatih diri supaya dapat
mengendalikan mulut dengan cara:
1. Matiraga terhadap mulut dan lidah dalam arti bicara
2. Lambat dalam berkata-kata
3. Bicara lembut dan sopan
4. Dan bicara yang baik-baik saja

Dengan begitu kita dapat mengendalikan mulut dan memelihara diri kita jauh
dari kesukaran. Bukankah silent is golden? Dan yang kosong nyaring bunyinya
sedangkan yang penuh itu tenang?

Perasaan
Di suatu hari sekitar jam tujuan malam, saya terkaget-kaget menyaksikan
satu kejadian yang menurut saya sangat tidak etis terjadi didepan kalayak
ramai. Seorang suami dengan amarah tak terbendung dan sikap kasarnya
mendorong, memaki, mencerca, teriak, menunjuk-nunjuk ke muka istri dan
menatapnya bagaikan mangsa liar yang siap dilahap, bola matanya membesar
seperti hendak keluar dari persembunyiannya. Sementara si istri hanya diam
dan sekali-kali membujuk suaminya supaya tenang, sabar, dan mengendalikan
emosi. Suasana makan malam yang nyaman rusak seketika, tidak indah lagi dan
pengunjung terganggu. Tidak tahu persis apa permasalahan mereka, tapi dalam
hati timbul pertanyaan, apakah si suami tidak punya rasa malu untuk
bertengkar didepan umum? Tidakkah dia dapat merasakan perasaan istri dan
bermacam-macam pertanyaan lainya berkecamuk dipikiran. Atau
setidak-tidaknya dia sedikit bisa menghargai pengunjung lainnya. Dari
cerita singkat diatas tergambar jelas bagaimana perasaan hati digelapkan
emosi yang menguasai diri tanpa terkendali.

Kata perasaan mengingatkan saya pada kata hati, kedua kata ini sering hidup
berdampingan menjadi "perasaan hati". Perasaan hati tidak sama dengan
emosi. Perasaan hati cenderung halus dan berhubungan dengan hal-hal yang
baik seperti indah, cinta kasih, senang, damai, bahagia dan sebagainya.
Sedangkan emosi adalah hal buruk misalnya marah, benci, sakit hati, sedih,
kecewa, iri dan lainnya.

Dengan perasaan bisa dinilai berada pada kondisi apa dan dimana pikiran
kita pada saat itu. Menurut buku The secret, jika perasaan kita senang,
gembira, bahagia, bersyukur dan sebagainya berarti pikiran kita sedang
berada dalam area positif. Dan sebaliknya bila perasaan kita sedih, cemas,
gelisah, takut, iri hati, sombong dan lain-lain berarti pikiran kita berada
di area negatif.

Rumusnya adalah,
Perasaan "Baik" -> Berpikir "Baik" -> Menarik sesuatu yang "Baik" ->
Menghasilkan tindakan yang "Baik".

Perasaan "Buruk" -> Berpikir "Buruk" -> Menarik sesuatu yang "Buruk" ->
Menghasilkan tindakan yang "Buruk".

Perasaan yang baik menghasilkan pikiran yang baik (positif). Pikiran yang
baik menghasilkan perbuatan yang baik pula, yang diwujudkan dalam tindakan
perkataan baik. Bila rumusan ini dilakukan secara rutin dalam arti menjadi
kebiasaan, tidak mustahil akan membentuk kepribadian yang baik dan menarik,
serta mendatangkan masa depan yang baik.

Agar dapat menarik masa depan yang baik, maka hati kita harus bersih karena
tak ada satu makhluk hidup pun yang dapat mengotori dan membersihkan hati
kita kecuali diri kita sendiri. Jika kita sering merasakan kepahitan hati
maka sadarilah kalau itu berasal dari diri kita sendiri yang mengikuti
emosi. Batin yang kotor adalah derita, bukan pikiran yang menderita. Jadi
mana yang dipilih? Jauhkan hati dari perkara kotor atau biarkan batin
menderita!.

Dalam kehidupan sehari-hari kita lebih banyak mengandalkan fungsi otak dari
pada fungsi hati. Pada hal yang baik adalah keseimbangan antara pikiran dan
perasaan, apa yang dipikirkan dijernihkan terlebih dahulu oleh hati dan
diwujudkan dalam perbuatan. Karena kesadaran perasaan jauh lebih besar dari
pada kesadaran pikiran. Artinya apabila kita dapat menggunakan hati dengan
baik maka kita akan dapat menyadari kebenaran-kebenaran dari dalam hati
yang jauh lebih baik dari pada kebenaran-kebenaran pikiran.

Sering kali kita dihadapi pada kondisi antara pikiran dan perasaan bertolak
belaka. Pikiran mengatakan bahwa "itu baik" sedangkan perasaan "tidak".
Dalam keadaan demikian diri kita dipenuhi keraguan untuk bertindak.
Keraguan ini timbul disebabkan peranan otak lebih dominan dibandingkan
hati. Dimana pikiran lebih terbiasa digunakan dan sudah terlatih sejak kita
kecil, sehingga pada saat hati (perasaan) berkata "itu salah" tidak ada
keberanian diri untuk menyatakannya secara tegas. Tetapi malah menimbulkan
pergumulan.

Seperti ungkapan orang bijak "Listen to your heart". Renungkan dan dapatkan
jawaban dari hati karena tidak ada yang lebih mengerti diri kita selain
kita sendiri. Naluri dalan arti hati (perasaan) adalah alat deteksi
tercanggih yang dimiliki manusia. Ia memberi sinyal kepada kita untuk
mengkonter ketidak benaran namun disisi lain ia juga mudah dipengaruhi oleh
karena ia halus, berperasaan dalam dan baik adanya.

Jadi apabila perasaan kita sedang dipengaruhi situasi negatif, maka
kembalikanlah perasaan itu menjadi positif dengan merubah focus, suasana/
keadaan, input, arti dan cara bicara. Sehingga kita tetap dapat memelihara
hati setiap saat. Dengan begitu kita akan senantiasa berperasaan baik
(dalam arti luas) lalu terbentuk sikap hati yang lemah lembut, dan
menjadikan kita manusia yang tampil beda. Sebab hati adalah cermin manusia.
Hati yang kasar mencerminkan pribadi yang kasar, dan hati yang lembut
mendatangkan rejeki seperti ada tertulis "Berbahagialah orang yang lemah
lembut, karena mereka akan memiliki bumi (Matius 5:5)

Mau sukses? Perlihara dan lembutkan hatimu . . .

*) Toni Tio; Alumni Writer Schoolen "Cara Cerdas Menulis Artikel Menarik
Batch XIV" dapat dihubungi di tony.haniel@gmail.com atau HP 0811.888.1798

Pelajaran bersyukur

Pelajaran Bersyukur
September 20, 2010 by admin
Filed under Artikel Terbaru

Pelajaran bersyukur adalah pelajaran pertama yang saya anggap penting dalam
setumpuk mata pelajaran di sekolah kehidupan Indonesia. Dalam "mata
pelajaran" yang satu ini, guru saya yang pertama dan terutama adalah
almarhumah ibu saya sendiri. Ia mengajarkan kepada saya agar mendisiplin
diri untuk belajar bersyukur dalam segala situasi, baik di kala suka maupun
di kala duka.

Bersyukur di kala suka, yakni saat hidup berjalan sebagaimana saya
harapkan, tidaklah sulit. Saya dengan mudah mengucapkan syukur atas segala
macam hadiah yang saya peroleh, prestasi yang saya raih, penghargaan yang
saya terima, dan berbagai rejeki serta kemudahan dalam kehidupan
sehari-hari. Dan setiap kali saya mengingat-ingat kemurahan Tuhan, saya
dengan mudah dapat mengucapkan syukur dalam hidup saya.

Namun, bersyukur di kala duka acap kali tidak mudah saya lakukan. Bagaimana
saya harus bersyukur ketika hidup berjalan tidak seperti yang saya
inginkan? Ketika saya kecewa karena tidak mendapatkan apa yang saya
harapkan, atau ketika beban kehidupan terasa berat karena harus menunaikan
sejumlah kewajiban dalam keluarga atau dalam pekerjaan, maka mengucap
syukur menjadi soal yang tidak mudah. Apalagi ketika saya berulang kali
harus menerima kenyataan sejumlah usaha yang saya rintis untuk meningkatkan
tarap hidup, justru berakhir dengan kegagalan dan kebangkrutan. Bukan hanya
tidak memberikan hasil seperti yang saya harapkan, saya terkadang harus
menanggung beban hutang yang harus dicicil selama beberapa tahun. Hal-hal
semacam itu membuat saya kecewa, frustasi, sedih, dan hampir putus asa.
Biasanya pada saat-saat semacam itu, gelombang kekhawatiran mengenai masa
depan muncul silih berganti. Masa depan nampak sebagai sesuatu yang
menyeramkan, dan semangat hidup turun pada tingkat terendah.

Saya kemudian menyimpulkan bahwa bersyukur di kala suka itu mudah, tetapi
bersyukur di kala duka memerlukan latihan dan disiplin. Bersyukur atas
berkat yang Tuhan limpahkan itu gampang, tetapi bersyukur atas penderitaan
yang Tuhan ijinkan menimpa hidup saya, jelas tidak mudah. Dan karena yang
terakhir ini tidak mudah, saya perlu mempelajarinya dengan lebih seksama.

"Sekurang-kurangnya ada dua pilihan yang bisa kamu ambil ketika hidupmu
sedang dilanda kesusahan. Pertama, kamu bisa mengeluh atau bahkan mengutuk
hidup sendiri; Kedua, kamu bisa tetap bersyukur karena kamu yakin bahwa
tidak ada kesusahan yang di ijinkanTuhan melampaui kekuatan yang telah
diberikannya kepada kamu. Bahkan acapkali kesusahan yang di ijinkan Tuhan
itu sesungguhnya merupakan sebuah proses persiapan untuk kamu menikmati
suka cita yang lebih besar dari yang pernah kamu alami sebelumnya," kata
Ibu saya. Dan dalam praktik hidup yang nyata, Ibu saya selalu memilih yang
kedua. Sepanjang hidupnya saya tidak pernah mendengar Ibu saya berkeluh
kesah. Ia selalu bersyukur. Selalu. Ini membuat saya kagum dan menghormati
ajarannya.

Bagi Ibu saya, bersyukur adalah soal pilihan pikiran dan hati. Kita bebas
menentukan pilihan, namun kita terikat pada dampak yang ditimbulkan oleh
setiap pilihan. Entah sadar atau tidak, bagi Ibu saya jelas bahwa mengeluh
dan mengutuki kegagalan dan kesusahan hidup tidak pernah membuat hidup
menjadi lebih baik. Keluhan bahkan membuat kita makin kehilangan semangat
hidup dan terperosok lebih dalam kejurang keputusasaan. Sebaliknya, dengan
tetap mengucap syukur kita kemudian ditolong untuk menemukan kembali
kegairahan hidup, mendapatkan semacam kekuatan untuk menghadapi kenyataan
sepahit apapun. Bersyukur membuat mata pikiran [eye of mind] dan mata batin
[eye of spirit] kita terbuka lebih lebar, sehingga dapat melihat berbagai
kemurahan tuhan yang nyata-nyata telah [bukan] akan Ia berikan dalam hidup
kita. Atas kemurahan Tuhanlah kita masih hidup, masih bisa bernafas, masih
bisa makan dan minum, masih memiliki pakaian, tempat tinggal, di beri
kesehatan, dan sebagainya. Dengan perkataan lain, bersyukur menolong kita
untuk tetap menjaga perspektif hidup secara keseluruhan, tidak terjebak
hanya melihat sisi gelap kehidupan kita saat menderita.

Bagaimana caranya agar kita tetap mampu bersyukur dalam segala situasi,
terutama ketika situasi kita tidak menyenangkan? Bagi Ibu saya caranya
amatlah sederhana. Ia mempraktikkan syair lagu berikut:

Bila hidupmu dilanda topan b'rat
Engkau putus asa hatimu penat
Berkatmu kau hitung satu persatu
K'lak kau tercengang melihat jumlahnya
.
Itulah caranya. Dan itulah yang saya coba praktikkan selama berpuluh tahun.
Bila kesusahan hidup mendera, saya mengambil selembar kertas dan memaksa
pikiran saya untuk menemukan sejumlah hal yang pantas saya syukuri dalam
hidup. Saya mendaftarkan sejumlah prestasi dan penghargaan yang pernah saya
raih; menambahkan sejumlah hal yang berhasil saya miliki; menuliskan semua
tempat rekreasi dan kota-kota yang pernah saya kunjungi; mencatat satu per
satu anggota tubuh saya yang sehat; buku-buku yang sempat saya baca;
nama-nama orang yang pernah menolong saya atau yang pernah saya tolong;
bahkan juga kesusahan-kesusahan yang pernah saya lalui; dan seterusnya. Dan
sejauh ini harus saya akui, saya akhirnya sering tercengang melihat
jumlahnya. Biasanya saya berhenti ketika daftar syukur saya mencapai angka
seratus. Bila saya lanjutkan, maka jumlahnya pasti bisa ditambah sepuluh
atau dua puluh kali lipat, atau bahkan lebih. Lalu saya merenung dan
bertanya pada diri saya sendiri: tidak cukup banyakkah berkat Tuhan yang
telah nyata-nyata saya terima dan saya alami dalam hidup saya? Lalu adilkah
saya bila karena sebuah penderitaan saja, semua berkat Tuhan itu saya
anggap tidak bernilai? Bukankah pada kenyataannya saya telah menerima
begitu banyak berkat yang melampaui apa yang sesungguhnya saya butuhkan
untuk hidup?

Lambat laun, setelah latihan bersyukur dalam segala situasi selama puluhan
tahun, saya kemudian menyadari ada perbedaan antara orang yang bisa
bersyukur dengan orang yang mahir bersyukur. Sama seperti orang yang bisa
berenang harus dibedakan dengan mereka yang mahir berenang, orang yang bisa
naik sepeda harus dibedakan dengan pembalap sepeda, dan seterusnya. Bisa
belum tentu mahir, tetapi mahir pasti bisa.

Orang yang bisa bersyukur adalah mereka yang bersyukur ketika hidupnya
berjalan sesuai keinginannya, tetapi mengeluh ketika kesusahan datang.
Sementara orang yang mahir bersyukur tetap bisa mengucap syukur bahkan
ketika hidup berjalan tidak seperti yang diharapkan. Kesadaran ini membuat
saya menetapkan dalam hati saya akan menempa diri agar menjadi orang yang
mahir bersyukur, bukan sekadar bisa bersyukur. Bahkan lebih dari itu, saya
berharap bisa "mewariskan" kecakapan mengucap syukur dalam segala situasi
ini kepada anak-anak saya dan kepada setiap orang yang bisa saya sentuh
hidupnya dengan berbagai cara, termasuk dengan cara menuliskan artikel
sederhana ini.

Tentang kemahiran bersyukur ini saya pernah melakukan sebuah eksperimentasi
selama sepuluh bulan dengan melibatkan 500 peserta program pelatihan dari
20-an angkatan/kelas yang saya fasilitasi. Dalam salah satu materi
pelatihan, saya meminta semua peserta berlomba mebuat daftar "25 hal yang
saya syukuri dalam hidup". Hasilnya menunjukkan bahwa untuk setiap angkatan
hanya 1-2 orang saja yang mampu menyelesaikan daftar syukur tersebut dalam
waktu 4 menit atau kurang [rekor tercepat adalah 2,5 menit]. Lebih dari 95%
peserta memerlukan waktu yang lebih lama. Karena itu secara hipotetis saya
menganggap bahwa jumlah yang banyak itu termasuk kategori orang bisa
bersyukur, sementara jumlah yang 5 persen itu bisa dikelompokkan sebagai
orang yang mahir bersyukur.

Belajar mengucap syukur dalam segala situasi, itulah salah satu pelajaran
penting yang saya pelajari di sekolah kehidupan Indonesia. Dan saya sungguh
bersyukur bahwa untuk pelajaran yang sepenting itu, Tuhan memberi saya
seorang guru terbaik yang pernah saya kenal: Ibu saya sendiri.

Tabik!

*) Andrias Harefa; Mindset Therapist, Penulis 37 Buku Best-seller,
Trainer/Speaker Coach Berpengalaman 20 Tahun, founder www.pembelajar.com.
Dapat dihubungi langsung di www.andriasharefa.com atau FB:
http://facebook.andriasharefa.com

Kamis, 28 Oktober 2010

Bibit mangga

Bibit Mangga
February 26, 2009 by admin
Filed under Andrie Wongso

Suatu hari, Ada seorang pemuda sedang berlibur ke rumah neneknya di desa.
Saat tiba di sana, setelah melepas rindu dan beristirahat sejenak, neneknya
menghidangkan sepiring irisan buah mangga yang menggiurkan warna dan
aromanya.

"Wah, mangganya harum dan manis sekali nek, sedang musim ya. Saya sudah
lama sekali tidak menjenguk nenek, sehingga tidak tahu kalau nenek menanam
pohon mangga yang berbuah lebat dan seenak ini rasanya" ujar si pemuda
sambil terus melahap mangga itu.

dengan tersenyum nenek menjawab, "makanya, sering-sering lah menjenguk
nenek, nenek rindu cucu nenek yang nakal dulu. Pohon mangga itu sebenarnya
bukan nenek yang menanam. Kamu mungkin lupa, waktu kecil dulu, setelah
menyantap buah mangga, kamulah yang bermain melempar-lempar biji mangga
yang telah kamu makan. Nah, ini hasil kenakalanmu itu, telah bertumbuh
menjadi pohon mangga dan sekarang sedang kau nikmati buahnya"

"Sungguh nek? Buah mangga ini hasil kenakalan waktu kecilku dulu yang tidak
disengaja? Wah, hebat sekali. Aku tidak merasa pernah menanam, tetapi
hasilnya tetap bisa aku nikmati setelah sekian tahun kemudian, benar-benar
sulit dipercaya" si pemuda tertawa gembira sambil menyantap dengan nikmat
mangga dihadapannya.

Nenek melanjutkan berkata, "Cucuku, walaupun engkau tidak sengaja melempar
biji mangga di halaman itu, tetapi bila tanah lahannya subur dan
terpelihara, dia tetap akan bertumbuh. Dan sesuai hukum alam, saat musim
buah tiba, dia pasti akan berbuah. Sedangkan rasa buahnya manis atau tidak
adalah sesuai dengan bibit yang kita tanam".

Malam hari, si pemuda merenungkan percakapan dengan neneknya. Karena merasa
penasaran, diambilnya biji buah mangga sisa di meja dan dibelahnya menjadi
2, dia ingin tahu sebenarnya apa yang ada di dalam biji buah mangga itu
sehingga bisa menghasilkan rasa manis yang membedakan dengan biji buah
mangga yang lain. Ternyata dia tidak menemukan perbedaan apapun. Melihat
tingkah si cucu.

sang nenek menyela "Cucuku, semua biji buah, tampaknya dari luar sama
semua. Tetapi sesungguhnya, unsur yang ada di setiap biji buah itu berbeda,
perbedaan itulah yang akan menghasilkan rasa, aroma dan warna setiap pohon
mangga berbeda pula. Semuanya tergantung inti buahnya. Cucuku, Demikian
pula dengan manusia, tampak luar, setiap manusia adalah sama tetapi yang
menentukan dia bisa berhasil atau tidak adalah kualitas unsur-unsur yang
ada di dalamnya. Nah, ternyata alam mengajarkan banyak kepada kita. Bila
ingin hasil yang baik, harus memiliki unsur kualitas yang baik pula, apakah
kamu mengerti?". "Terima kasih nek, saya sungguh bersyukur memutuskan
datang kesini, semua ucapan nenek akan saya jadikan bekal untuk lebih giat
belajar dan membenahi diri agar hidup saya lebih berkualitas". Ucapnya
sambil memeluk tubuh rapuh sang nenek.

Pembaca yang luar biasa.
Hukum alam pada kisah nenek dan cucuknya tadi mengajarkan pada kita 2 hal.
1. Apa yang telah kita tabur, entah disengaja atau tidak, diingat atau
dilupakan, entah kapanpun juga. Hukum alam mengajarkan, apa yang kita tanam
kita pasti akan menuai hasilnya.
2. Bahwa manusia mempunyai kemiripan dengan inti biji buah mangga, tampak
luar sama, tetapi kualitas unsur yang ada di dalam inti buahnya yang
membedakan rasa, aroma dan warna si buah mangga. Demikian juga dengan
manusia, Kualitas mental yang didalamlah yang membedakan dan menentukan
keberhasilan manusia di masa depan.

Mari kita perbaiki sikap, perhalus budi pekerti, jaga kebersihan hati dan
selalu menggali potensi diri agar kesuksesan sejati bisa kita nikmati suatu
hari nanti.

Kaca jendela yang kotor

Kaca Jendela yang Kotor
September 20, 2010 by admin
Filed under Artikel Terbaru


"If the doors of perception were cleansed, everything would appear as it
is - infinite. - Jika pintu persepsi dibersihkan, segala hal akan nampak
sebagaimana adanya - sangat luar biasa."
William Blake

Sebelum memulai membahas artikel ini saya akan menceritakan sebuah
peristiwa yang dialami sepasang suami istri. Pasangan tersebut baru pindah
ke sebuah kontrakan baru di kampung padat penduduk. Setiap pagi di depan
rumah mereka banyak orang sibuk mencuci dan menjemur pakaian.

Pada hari I, sang istri berkomentar, "Aneh ya, kenapa orang-orang kalau
mencuci pakaian sama sekali tidak bersih. Kotorannya masih tebal begitu."

Seminggu berlalu, dan sang istri selalu berkomentar bahwa cucian warga yang
dijemur di depan kontrakan mereka itu masih sangat kotor. Selama seminggu
sang suami hanya diam saja mendengar komentar-komentar istrinya. Lalu pada
hari ke-8, si istri memberikan komentar lagi seperti biasa.

"Nah, itu baru bersih. Pak, lihat cucian mereka sekarang menjadi bersih
sekali. Tapi kenapa kemarin-kemarin cucian mereka begitu kotor ya?" gumam
si istri.

"Tadi pagi saya bangun pagi-pagi sekali. Saya bersihkan semua kaca jendela
rumah kita sampai betul-betul bersih," jawab suaminya seraya pergi
meninggalkan si istri yang masih terperangah.

Kehidupan ini berkaitan erat dengan persepsi, yaitu cara pandang
berdasarkan pola pikir dan perilaku individu masing-masing. Setiap orang
dapat mendeskripsikan situasi atau kejadian secara berbeda berdasarkan
penglihatan mereka. Persepsi itu akan mempengaruhi pola pikir serta
tindakan kita selanjutnya.

Realitas kehidupan ini terbentuk oleh persepsi kita atau cara pandang kita
terhadap segala sesuatu. Apa yang Anda yakini, itulah yang Anda terima.
Tetapi seandainya kita mampu mengubahnya (persepsi) menjadi positif, maka
segala sesuatu dalam kehidupan ini akan nampak lebih menyenangkan.

Dr. Wayne Dyer mengatakan, "When you change the way you look at things, the
things you look at change. - Ketika Anda mengubah cara pandang terhadap
sesuatu, maka apa yang Anda lihat akan berubah." Inilah beberapa hal pokok
untuk menghancurkan persepsi negatif dan menciptakan kehidupan yang
seharusnya Anda nikmati.

Pertama adalah selalu berusaha membiasakan diri fokus pada nilai-nilai
positif, maka persepsi kita menjadi lebih positif. Contoh ketika kita fokus
pada kekurangan seseorang, maka kita akan terus mencari kekurangannya.
Tetapi jika kita fokus pada kebaikan seseorang, maka kita akan terus
berusaha mencari kebaikan di dalam dirinya dan semakin tertarik pada orang
tersebut, bahkan terinspirasi olehnya.

Mungkin sama seperti awal orang sedang dalam masa pacaran, pasti
masing-masing memandang pasangan serasa tak memiliki kekurangan karena yang
terlihat kelebihannya saja. Hari-hari senantiasa romantis, sebab dalam
hubungan itu masing-masing hanya fokus pada sifat-sifat yang positif dan
menarik. Semakin ia fokus pada kualitas positif, maka ia pun melihat
pasangan semakin menakjubkan sehingga makin jatuh cinta. Begitupun
sebaliknya.

Cara lain untuk menjaga persepsi Anda tetap positif adalah dengan selalu
berpikir dan bersikap optimis. Saya sangat sependapat dengan Henry Ford
yang pernah mengatakan, "If you think you can or if you think you can't
either way you're always right. - Jika Anda berpikir Anda bisa atau jika
Anda berpikir tidak bisa, itu pasti terjadi." Berpikir dan bersikap optimis
tentu membantu persepsi Anda lebih jernih, sehingga nampak jelas
peluang-peluang baru yang dapat menolong situasi Anda atau memandu Anda
menuju sukses dan kebahagiaan.

Berpikir terbuka dan bersedia belajar tentang banyak hal merupakan salah
satu upaya untuk menjernihkan persepsi. Kehidupan ini sangat lengkap
artinya terdiri dari beragam situasi, sebab, macam, dan lain sebagainya.
Tidak mungkin seseorang menguasai semua ilmu atau menyelami pikiran banyak
orang di dunia. Jadi sebaiknya jangan terburu-buru menciptakan kesimpulan,
melainkan mencari pelajaran positif yang dapat dipetik sebagai bekal untuk
berpikir dan bertindak lebih bijaksana.

Contoh akhir-akhir ini media cetak maupun elektronik di tanah air bahkan
luar negri sedang dihebohkan video asusila artis papan atas. Jika benar
mereka melakukan tindak asusila itu, bukan berarti semua perilaku mereka
negatif. Alangkah bijaksana jika kita menjadikan hal itu sebagai
pembelajaran untuk tidak mencoba melanggar norma susila, agama maupun
hukum, apapun profesi yang kita jalani, karena dampak buruknya sangat luar
biasa tak hanya merugikan diri sendiri tetapi juga keluarga dan masyarakat.

Jika saya perhatikan, orang-orang yang hidupnya cukup sukses di dunia ini
senantiasa menjaga persepsi mereka tetap positif. Sehingga sikap dan
tindakan mereka juga positif, contohnya tekun berusaha, rendah hati,
disiplin, cermat atau berhati-hati dalam segala hal dan lain sebagainya.
Disamping itu, mereka mampu melakukan tanggung jawab dengan baik dan
menghasilkan karya luar biasa.

Persepsi seumpama 'kaca jendela' untuk melihat segala sesuatu nampak baik
atau buruk. Ketika Anda mampu menjadikan persepsi selalu positif, maka Anda
juga mempunyai kekuatan untuk melihat segala hal dengan lebih jernih, penuh
optimisme, semangat, kasih sayang dan cinta, dan lain sebagainya, sehingga
membantu Anda selalu bersikap positif dan tidak menyerah pada keadaan
sesulit apapun untuk meraih sukses dan kebahagiaan. Oleh sebab itu, jika
Anda ingin mencapai hasil akhir yang menyenangkan, maka jangan pernah
membiarkan 'kaca jendela' Anda kotor.

*Andrew Ho adalah seorang pengusaha, motivator, dan penulis buku-buku
bestseller.Kunjungi websitenya di: www.andrewho-uol.com

Rabu, 27 Oktober 2010

Mencintai anak

Mencintai Anak
July 13, 2009 by admin
Filed under Kolom Bersama


Oleh: Radinal Mukhtar

Di suatu daerah, tinggallah sebuah keluarga nan harmonis dan rukun.
Sepasang suami istri, dua anak, dan seorang ibu dari suami yang juga nenek
dari dua anak tersebut. Mereka tinggal di sebuah rumah sederhana. Tidak ada
perkelahian antara dua anak tersebut. Begitu pula dengan kedua pasang suami
istri. Sementara sang ibu, menikmati masa tua dengan bahagia bersama
cucu-cucunya.

Dan di suatu hari pula, dua anak tersebut berlari menentang tas rangsel
mereka, pulang dari sekolah dengan wajah gembira. Di tangan mereka ada dua
kertas yang dipegang erat-erat seakan tidak ada yang boleh mengambilnya.
Setelah sampai dirumah, mereka berlari menemui ibu untuk menunjukkan isi
yang ada dalam kertas tersebut.

"Ibu.! Nilai ulangan Asmira dapat 100!" anak pertama melapor.

"Nilai Dina juga 100, Bu!" anak kedua juga melapor.

Si ibu, dengan segenap kebahagiaan yang ada dalam hatinya, mengembangkan
tangannya memanggil dua anaknya kepelukannya. Dan dengan berlari, sang anak
memeluk ibunya yang langsung menciumi kedua anak tersebut.

Walhasil, berita suka cita tersebut terdegar oleh sang bapak di malam hari
ketika baru pulang dari kantornya. Dengan perasaan senang, sang bapak
menjanjikan liburan keluar kota untuk merayakan keberhasilan dua anak
tercintanya. Semua anggota keluarga setuju, tidak terkecuali nenek dua anak
tersebut yang semakin memasuki usia renta.

Tanggal untuk berlibur telah ditetapkan. Tujuan pun telah ditentukan.
Namun, apa asa, sang nenek yang telah tua renta tiba-tiba mendadak sakit.
Penyakitnya kambuh dan terpaksa dilarikan ke rumah sakit. Si Bapak bingung.
Di satu sisi, ia berposisi sebagai anak yang harus membahagiakan Ibunya
dengan menjaganya ketika sakit. Dan di sisi lain, ia bertindak sebagai
bapak yang harus membahagiakan anak-anaknya dengan liburan. Namun, hidup
adalah pilihan. Dan dia harus memilih akibat biaya yang tidak memungkinkan
untuk melaksanakan keduanya.

Akhirnya di suatu malam. Dengan perasaan yang sedih. Ia mengajak kedua
anaknya untuk membicarakan masalah penundaan liburan. Ada perasaan tidak
enak dihatinya ketika, di awal janji liburan dahulu, ia mengetahui bahwa
anak-anaknya sangat berbahagia ketika ia mengajak mereka berlibur. Tapi apa
daya, perawatan ibu harus didahulukan. Dan tentunya akan berakibat pada
liburan yang harus ditunda bahkan dibatalkan.

"Nak! Nenek sedang sakit dan membutuhkan biaya yang besar untuk
perawatannya. Sementara, bapak tidak punya uang lebih. Liburan yang telah
kita rencanakan itu dibatalkan dulu ya? Nanti ketika bapak sudah punya
uang, kita akan liburan. Ok?" Ujar sang bapak dengan perasaan sedih di
hatinya karena ia tahu perasaan anak-anaknya.

Tidak ada jawaban dari kedua bibir anaknya beberapa saat. Si Bapak pun
tidak berani memaksakan kehendaknya hingga akhirnya kedua anak tersebut
berlari kekamar mereka masing-masing. Bertambahlah kesedihan yang ada dalam
diri sang Bapak terhadap apa yang dirasakan oleh dua buah hatinya yang
tersayang.

Belum hilang rasa sedih yang ada dalam benak sanubari sang bapak ketika
kedua buah hatinya keluar dari kamarnya. Namun yang terlihat adalah, di
kedua tangan kedua anaknya tersebut, celengan tabungan berbentuk ayam.
Kedua anak tersebut mendekati sang bapak seraya berkata.

"Pake aja uang Asmira untuk kesembuhan nenek, Pak!"

"Uang Dina juga!"

***

Membaca kisah di atas mungkin akan membuat kita bersedih bahkan menangis.
Bagaimana tidak, seorang anak yang disangka akan menolak mentah-mentah
pembatalan liburan, melakukan sesuatu yang sangat mulia dengan mengeluarkan
tabungannya. Liburan, yang pada hakikatnya adalah hak anak, akhirnya
dibatalkan.

Namun, kenyataan seperti diatas sangat berbanding terbalik dengan
berita-berita aborsi yang menghiasi media cetak akhir-akhir ini. Begitu
pula dengan pemberitaan mengenai sosok bayi yang di buang ke selokan dan
tong-tong sampah. Penelantaran anak dan lain sebagainya.

Pertanyaannya, kenapa hal ini dapat terjadi? Bukankah keberadaan anak atau
generasi penerus adalah harapan yang akan meneruskan perjuangan mereka?
Sebagaimana pernyataan yang di lontarkan presiden pertama republik
Indonesia, Soekarno, yang mampu mengubah keadaan dunia dengan hanya
menggunakan sepuluh pemuda saja?

Cintailah anak atau generasi penerus, setidaknya, itu yang harus di pahami
bersama. Karena merekalah yang kelak akan membacakan sejarah-sejarah
perjuangan generasi masa kini ataupun generasi terdahulu. Merekalah yang
melanjutkan perjuangan-perjuangan dan pekerjaan-pekerjaan yang generasi
sebelumnya.

* Radinal Mukhtar Harahap. Alumnus PP. Ar-Raudhatul Hasanah ini dilahirkan
pada tanggal 25 Juli 1988 di kota Pekan Baru, Riau. Setelah menempuh
pendidikan dasar, pindah ke Kota Medan untuk menyelesaikan pendidikan
menengah pertama dan atas. Kini, sedang menempuh pendidikan strata-1 (S1)
di IAIN Sunan Ampel Surabaya sambil "nyantri di Pesantren kampus tersebut.
Dapat dihubungi di email radinal88@gmail.com atau di blog pribadi
http://kumpulan-q.blogspot.com. Dapat juga di hubungi di nomor 081331185527

Jangan menyerah

Jangan Menyerah
September 20, 2010 by admin
Filed under Artikel Terbaru

Pada masa perang dunia kedua, Perdana Menteri Inggris yang bernama Sir
Winston Churchill memberikan sebuah pidato singkat namun sarat makna yaitu
"Never Give Up" atau Jangan menyerah. Pidato singkat ini mampu
membangkitkan semangat juang prajurit Inggris yang kala itu sedang melawan
agresi yang dilakukan oleh bangsa Jerman dan sekutunya sehingga bangsa
Inggris mengalami kemenangan dan mencatat sejarah dalam dunia ini.

Pesan ini juga sangat bermanfaat bagi kita semua, apalagi di saat kita
sedang menghadapi ujian persoalan dalam sekolah kehidupan ini. JANGAN
MENYERAH. Sekali lagi ditekankan, JANGAN MENYERAH.
Kehidupan mempunyai pasang naik dan pasang surut, ada masa kejayaan dan ada
masa kita harus bercermin atau melakukan refleksi diri. Namun, apapun
persoalan yang menghimpit kita, jangan menyerah. Ketika lidah terasa kelu,
tak mampu berkata apa-apa dan air matapun tak sempat mengalir karena ego
yang menahan perasaan kita, atau apa pun itu.

Jangan menyerah.

Semangat untuk hidup atau survival adalah modal dasar dalam mengarungi
kehidupan ini. Bila ada sekumpulan kata-kata bijak yang ada di dunia ini
diringkas menjadi sebuah buku, dan diringkas lagi menjadi sebuah halaman,
diringkas lagi menjadi sebuah paragraph, diringkas menjadi sebuah kalimat
dan terakhir diringkas menjadi sebuah kata, maka kata itu dalam bahasa
Inggris adalah survival atau semangat untuk hidup.

Jadi, semangat untuk hidup adalah kebutuhan mendasar kita. Tidak peduli
berapa kali kita mengalami kegagalan, tetaplah berdiri tegar menghadapi
ujian kehidupan kita. Anggaplah semua itu sebagai pemurnian hati kita yang
tercermin lewat sikap dan perbuatan kita. Belajarlah menjadi orang yang
proaktif dan asertif. Proaktif dalam arti mengambil tanggung jawab 100%
atas segala yang telah terjadi dan siap menanggung segala konsekuensinya
dan asertif adalah memiliki kesamaan hak atas kegagalan yang telah terjadi.
Kebanyakan dari kita larut dalam kegagalan, mengasihani diri bahkan
cenderung menghakimi diri atas kejadian yang sudah terjadi di masa yang
lalu.

Itu sudah terjadi dan berakhir.

Sun Yat Sen, salah seorang pendiri negara Taiwan pernah berkata,"Bukan
karena anda jujur anda mengalami begitu banyak persoalan, melainkan anda
kurang hati-hati di dalam mengambil keputusan tanpa mempertimbangkan resiko
yang terjadi di masa datang".

Jadi, jangan menyerah. Jujurlah kepada diri kita sendiri. Pelajari apa yang
kurang sempurna dan lakukan yang terbaik dengan cara belajar dari
kegagalan. Sesungguhnya, kita banyak belajar dari kegagalan kita dan bukan
dari kesuksesan kita. Jadikan kegagalan sebagai batu loncatan kita untuk
menggapai cita-cita dan kesuksesan sejati dari apa yang telah kita inginkan
sekian lama.

Buatlah itu terjadi. Make it Happen.

*) Surya D. Rachmannuh adalah seorang praktisi HR, Manajemen Mutu, Auditing
and Competency Based training yang bertujuan untuk membantu orang
mengembangkan potensinya secara maksimal. Surya mempunyai sertifikasi
Internal Quality Auditor dari Neville Clarke, Lead Auditor dari SGS,
Problem Solving and Decision Making dari Kepner Tregoe, CPHR dari SHRM.
Surya dapat dihubungi di 0819 3210 5388 atau melalui email di
dsuryar@gmail.com