Minggu, 30 Agustus 2009

Batu bata jelek

BATU BATA JELEK

Setelah kami membeli tanah untuk Vihara kami pada tahun
1983, kami jatuh bangkrut. Kami terjerat hutang.
Tidak ada bangunan di atas tanah itu, pun tidak ada sebuah
gubuk.
Pada minggu-minggu pertama kami tidur di atas pintu-pintu
tua yang kami beli murah dari pasar loak.
Kami mengganjalnya dengan batu bata pada setiap sudutnya
untuk meninggikannya dari tanah.

Kami hanyalah Bhikkhu-Bhikkhu miskin yang memerlukan
sebuah bangunan. Kami tak mampu membayar
tukang. bahan-bahan bangunannya saja sudah cukup mahal.
Jadi saya harus belajar cara bertukang :
bagaimana mempersiapkan pondasi, menyemen dan
memasang batu bata, mendirikan atap,
memasang pipa-pipa. pokoknya semua.

Kelihatan gampang membuat tembok dengan batu bata :
tinggal tuangkan seonggok semen, sedikit ketok sana,
sedikit ketok sini. Ketika saya memulai memasang batu bata,
saya ketok 1 sisi untuk meratakannya, sisi lain nya jadi naik.
Lalu saya ratakan sisi itu, batu batanya jadi melenceng.
Setelah saya meratakan kembali, sisi yg pertama jadi
terangkat lagi. Coba saja sendiri.

Sebagai seorg Bhikkhu yg memiliki kesabaran dan waktu
yg banyak, saya pastikan setiap batu bata terpasang
dengan sempurna, tak peduli berapa lama jadi nya.
Akhirnya saya menyelesaikan tembok batu bata saya yang
pertama dan berdiri di baliknya untuk mengagumi hasil karya
saya.. saat itulah saya memperhatikannya. oh, tidak..!!
saya telah keliru meyusun dua batu bata. Semua batu bata
lain sudah lurus, tetap dua batu bata itu terlihat miring.
Mereka terlihat jelek sekali. Mereka merusak keseluruhan
tembok.

Saat itu semennya sudah terlanjur keras untuk mencabut dua
batu bata itu, jadi saya bertanya kepada kepala Vihara apakah
saya boleh membongkar tembok itu dan membangun
kembali tembok yang baru.. Kepala Vihara bilang tidak
perlu, biarkan saja temboknya seperti itu.

Ketika saya membawa para tamu pertama berkunjung
keliling Vihara setengah jadi kami, saya selalu
menghindari membawa mereka melewati tembok bata yang
saya buat. Saya tidak suka ketika ada org melihat dua
batu tersebut. Lalu kira-kira 3-4 bulan setelah saya
membangun tembok itu, saya berjalan dengan seorg
pengunjung dan dia melihatnya.

"Itu sebuah tembok yang indah," ia berkomentar
dengan santainya.
"Pak" saya menjawab dengan terkejut, "apakah kacamata
anda tertinggal di mobil? Apakah penglihatan anda
sedang terganggu? Tidakkah anda melihat dua batu bata jelek
itu merusak keseluruhan tembok itu?" Ucapan dia selanjutnya
telah mengubah keseluruhan pandangan saya terhadap
tembok itu, berkaitan dengan diri saya sendiri dan banyak
aspek lainnya dalam kehidupan. Dia berkata
"Ya, saya dapat melihat dua bata jelek itu, tetapi saya juga
dapat melihat 998 batu bata yang bagus"

Saya tertegun. Untuk pertama kalinya dalam lebih dari tiga
bulan, saya mampu melihat batu bata-batu bata lainnya selain
dua bata jelek itu. Di atas, di bawah, di sebelah kiri,
dan sebelah kanan dari dua batu bata jelek itu adalah
batu bata - batu bata yang bagus, batu bata yang sempurna,
jauh lebih banyak daripada dua bata bata jelek itu.

Sebelumnya mata saya hanya terpusat pada dua kesalahan
yang telah saya perbuat; saya terbutakan akan hal hal
lainnya. Itulah sebabnya saya tak tahan melihat tembok itu atau
tak rela membiarkan org lain melihatnya juga. Itulah sebabnya
saya ingin menghancurkannya. tapi sekarang saya dapat
melihat batu bata - batu bata yang bagus, tembok itu jadi
tampak tak terlalu buruk lagi. itu menjadi, seperti yang
dikatakan pengunjung itu, "Sebuah tembok yang indah" tembok
itu masih tetap berdiri sampai sekarang, setelah dua puluh
tahun, tetapi saya sudah lupa persisnya di mana dua bata jelek
itu berada. Saya benar-benar tak dapat melihat kesalahan itu
lagi.

Berapa banyak orang yang memutuskan hubungan atau
cerai karena semua yang mereka lihat dari diri
pasangannya adalah "dua bata jelek"? Berapa banyak
di antara kita yang depresi atau bahkan ingin bunuh diri,
karena semua yang kita lihat dalam diri kita hanyalah "dua
bata jelek"? Pada kenyataannya, ada banyak, jauh lebih
banyak batu bata yang bagus.. di atas, di bawah,
di sebelah kiri, sebelah kanan. dari yang jelek. tetapi pada
saat itu kita tak dapat melihatnya.

Malahan setiap kali kita melihat, mata kita hanya terfokus
pada kekeliruan yang kita perbuat. Semua yang kita lihat
adalah kesalahan, dan kita mengira hanya kekeliruan
semata, karenanya kita ingin menghancurkannya.
Dan terkadang, sayangnya, kita benar-benar
menghancurkan sebuah "tembok yang indah"

Kita semua memiliki "dua bata jelek" tetapi bata yang baik
di dalam diri kita masing-masing, jauh lebih banyak daripada
yang jelek. Begitu kita melihatnya, semua akan tampak tak
begitu buruk lagi. Bukan hanya kita dapat berdamai dengan
diri sendiri, termasuk dengan kesalahan-kesalahan kita.

Sumber :
Milis Tetangga

Rabu, 26 Agustus 2009

Tiga tahap kehidupan

Dalam hidup ini kita mengalami tiga tahap kehidupan......

Usia belasan tahun :
Punya waktu + tenaga ......tetapi tidak punya uang !!

Usia kerja :
Punya uang + tenaga ....... tetapi tidak punya waktu !!

Usia tua :
Punya waktu + uang ......tetapi tidak punya tenaga !!!

Senin, 03 Agustus 2009

Hidup yg berarti

Hidup yg berarti

Berapa umur anda saat ini?
25 tahun, 35 tahun, 45 tahun atau bahkan 60 tahun...
Berapa lama anda telah melalui kehidupan anda?
Berapa lama lagi sisa waktu anda untuk
menjalani kehidupan? Tidak ada seorang pun yang
tahu kapan kita mengakhiri hidup ini.

Matahari terbit dan kokok ayam menandakan pagi telah
tiba. Waktu untuk kita bersiap melakukan aktivitas,
sebagai karyawan, sebagai pelajar,
sebagai seorang profesional, dll.

Kita memulai hari yang baru. Macetnya jalan membuat
kita semakin tegang menjalani hidup. Terlambat sampai
di kantor, itu hal biasa. Pekerjaan menumpuk, tugas dari
boss yang membuat kepala pusing, sikap anak buah
yang tidak memuaskan, dan banyak problematika
pekerjaan harus kita hadapi di kantor.

Tak terasa, siang menjemput...
"Waktunya istirahat..makan-makan.."
Perut lapar, membuat manusia sulit berpikir.
Otak serasa buntu. Pekerjaan menjadi semakin berat
untuk diselesaikan. Matahari sudah berada tepat
di atas kepala. Panas betul hari ini...

Akhirnya jam istirahat selesai, waktunya kembali bekerja...
Perut kenyang, bisa jadi kita bukannya semangat
bekerja malah ngantuk. Aduh tapi pekerjaan kok
masih banyak yang belum selesai. Mulai lagi kita kerja,
kerja dan terus bekerja sampai akhirnya terlihat
di sebelah barat...

Matahari telah tersenyum seraya mengucapkan
selamat berpisah. Gelap mulai menjemput. Lelah sekali
hari ini. Sekarang jalanan macet. Kapan saya sampai
di rumah. Badan pegal sekali, dan badan rasanya
lengket. Nikmat nya air hangat saat mandi nanti.
Segar segar...

Ada yang memacu kendaraan dengan cepat supaya
sampai di rumah segera, dan ada yang berlarian
mengejar bis kota bergegas ingin sampai di rumah.
Dinamis sekali kehidupan ini.

Waktunya makan malam tiba. Sang istri atau mungkin Ibu
kita telah menyiapkan makanan kesukaan kita.
"Ohh.. ada sop ayam".
"Wah soto daging buatan ibu memang enak sekali".
Suami memuji masakan istrinya, atau anak memuji
masakan Ibunya. Itu juga kan yang sering kita lakukan.

..Selesai makan, bersantai sambil nonton TV.
Tak terasa heningnya malam telah tiba.
Lelah menjalankan aktivitas hari ini, membuat kita
tidur dengan lelap. Terlelap sampai akhirnya pagi
kembali menjemput dan mulailah hari yang baru lagi.

Kehidupan.. ya seperti itu lah kehidupan di mata
sebagian besar orang. Bangun, mandi, bekerja, makan,
dan tidur adalah kehidupan.

Jika pandangan kita tentang arti kehidupan sebatas
itu, mungkin kita tidak ada bedanya dengan hewan
yang puas dengan bisa bernapas, makan, minum,
melakukan kegiatan rutin, tidur. Siang atau malam
adalah sama. Hanya rutinitas... sampai akhirnya
maut menjemput. Memang itu adalah kehidupan tetapi
bukan kehidupan dalam arti yang luas.

Sebagai manusia jelas kita memiliki perbedaan
dalam menjalankan kehidupan. Kehidupan bukanlah
sekedar rutinitas.

Kehidupan adalah kesempatan untuk kita
mencurahkan potensi diri kita untuk orang lain.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita berbagi suka
dan duka dengan orang yang kita sayangi.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita bisa
mengenal orang lain.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita melayani
setiap umat manusia.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita
mencintai pasangan kita, orang tua kita, saudara,
serta mengasihi sesama kita.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita belajar dan
terus belajar tentang arti kehidupan.
Kehidupan adalah kesempatan untuk kita selalu
mengucap syukur kepada Yang Maha Kuasa ..
Kehidupan adalah ... dll.

Begitu banyak Kehidupan yang bisa kita jalani.
Berapa tahun anda telah melalui kehidupan anda?
Berapa tahun anda telah menjalani kehidupan rutinitas anda?
Akankah sisa waktu anda sebelum ajal menjemput
hanya anda korbankan untuk sebuah rutinitas belaka ?

Kita tidak tahu kapan ajal akan menjemput,
mungkin 5 tahun lagi, mungkin 1 tahun lagi,
mungkin sebulan lagi, mungkin besok, atau mungkin
1 menit lagi.

Hanya Tuhanlah yang tahu...

Pandanglah di sekeliling kita... ada segelintir orang
yang membutuhkan kita. Mereka menanti kehadiran
kita. Mereka menanti dukungan kita. Orang tua,
saudara, pasangan, anak, sahabat dan sesama......
Serta Tuhan yang setia menanti ucapan syukur dari bibir kita.

Bersyukurlah padaNYA setiap saat bahwa kita
masih dipercayakan untuk menjalani kehidupan ini.
Buatlah hidup ini menjadi suatu ibadah.

Selamat menjalani hidup yang lebih berkualitas.

Penunggang Kuda

Penunggang Kuda

Dulu, ada seorang Kaisar yg mengatakan pada
seorang penunggang kuda, bahwa jika dia bisa
menjelajahi daerah seluas apapun, maka Kaisar
akan memberikan kepadanya daerah seluas yg
sanggup dijelajahinya itu. Kontan si penunggang kuda
itu melompat ke punggung kudanya & melesat
secepat mungkin untuk menjelajahi dataran seluas mungkin.

Dia melaju & terus melaju, melecuti kudanya untuk
lari secepat mungkin untuk menjelajahi dataran
seluas mungkin. Ketika lapar & letih, dia tidak berhenti
untuk makan dan minum karena dia mau memiliki tanah
yg maha seluas.

Akhirnya tiba ia pada suatu tempat setelah
berhasil menjelajahi daerah cukup luas, tetapi ia
sudah sangat lelah & hampir mati. Lalu dia berkata
terhadap dirinya sendiri,
"Mengapa aku paksa diri begitu keras untuk
menguasai tanah yg seluas ini? Kini aku sudah sekarat,
& hampir mati & aku hanya butuh tanah seluas 2 meter
untuk menguburkan diriku sendiri.

Cerita ini mirip dgn perjalanan hidup kita.
Kita cenderung memaksa diri sangat keras tiap hari
untuk mencari uang, kuasa, dan keyakinan diri.
Kita cenderung mengabaikan kesehatan kita,
waktu bersama keluarga, dan kesempatan
mengagumi keindahan di sekeliling kita, hal-hal yg ingin
kita lakukan. Kita cenderung mengabaikan kehidupan
rohani kita. Kita cenderung tidak memikirkan dengan
serius hidup kita sesudah mati.

Anda percaya ada kehidupan sesudah mati?
Suatu hari ketika kita menoleh ke belakang, kita akan
melihat betapa kita tidak membutuhkan sebanyak itu,
tapi kita tidak mampu memutar mundur waktu atas semua
hal yg tidak sempat lakukan. Maka mulai sat ini
luangkanlah waktu memikirkan sejenak hal yg akan
terjadi jika kita mati kelak. Atau apa yg akan kita lakukan
saat ini seandainya kita tahu bahwa kita akan
meninggal dalam waktu seminggu lagi? Sebulan lagi?
Setahun lagi? 10tahun lagi? Atau 40tahun lagi?
Bukankah suatu hal yg menyenangkan
sekaligus menyeramkan seandainya kita bisa
mengetahui kapan kita akan mati? Cuma kita tidak tahu,
kita semua tidak ada yg tahu.

Kita hanya bisa bersiap meninggalkan semuanya.
Jalanilah hidup yg seimbang, belajarlah menghargai
dan menikmati hidup ini apa adanya, dan terutama:
TAHU APA YG TERPENTING DALAM HIDUPMU