Selasa, 30 Juni 2009

Kesempatan apakah yang engkau miliki?

Saudaraku, mengenal berbagai macam kesempatan rasanya penting untuk perubahan dalam diri kita. Untuk mengenal berbagai macam kesempatan dibutuhkan sebuah "kacamata" yang jernih, bukan kacamata "hitam".

Kalau pasangan hidup dan saudara serumahmu itu orang yang mudah berkomentar, sementara engkau sendiri pribadi yang lebih suka menarik diri dari keramaian, di situlah Anda memiliki kesempatan untuk mengajak saudara saudaramu sebagai sahabat yang dapat memberikan koreksi, masukan, dan wawasan untuk mengembangkan kepribadianmu.

Kalau pasangan hidup dan saudaramu serumah itu jauh lebih banyak "diam" dan mencari nyaman, sementara engkau lebih suka bicara apa adanya tanpa ada basa basi, di rumah itulah Anda memiliki kesempatan untuk belajar memahami perasaan orang lain. "Mas, Mbak, bolehkah saya mengatakan isi hatiku terdalam? Saya merasa kecewa dengan sikap teman teman yang mendiamkan diri saya, saya merasa kehadiranku tidak diakui...! Namun kalau memang sudah begitu, kebiasaan teman teman, saya akan belajar untuk mengakui sikap teman teman yang lebih suka berbicara dari hati ke hati, meski saya cenderung untuk bicara ceplas ceplos.

Kalau temanmu lebih suka membanggakan hasil karya studinya, keberhasilan presentasi dalam berbagai pelatihan, itulah kesempatan bagimu untuk mendengarkan kekayaan dirinya. Lepaskanlah "godaan" untuk mengatakan, "sombong amat nih orang ini!!" Carilah "pertanyaan pertanyaan" yang membuat temanmu itu bisa mengungkapkan sebebas mungkin hasil karyanya...sehingga ia merasa dihargai dan diakui kehadirannya...!

Kalau ada temanmu yang merasa rendah diri, dan tidak berarti apapun dalam hidup ini, itulah kesempatanmu untuk merebut hatinya agar ia merasa sungguh sungguh ada teman yang membawa harapan dalam perjalanan hidupnya yang terjal dan berliku-liku! Merebut hati itu berarti kesediaan untuk menawarkan jalan keluar, "Apa yang bisa saya bantu? kalau boleh tahu, situasi sebenarnya yang ada dirimu, agar kita bersama sama tahu titik pijak sekarang...sehingga kita tahu...manakah arah hidup yang akan ditempuh...! Itulah saat engkau menjadi tanda harapan bagi sahabatmu.

Kalau ada saudaramu, bahkan pasangan hidupmu yang tidak mau peduli dengan kehidupan pribadimu, kesehatanmu, persoalan yang sedang engkau hadapi sendiri, itulah kesempatanmu untuk belajar hidup mandiri, tidak tergantung pada "baik tidaknya orang lain". Kebahagiaanmu tidak tergantung bahwa orang lain itu peduli atau tidak padamu, melainkan engkau ditantang untuk menemukan kebahagiaan kalau inisiatif peduli harus berasal dari dirimu sendiri sampai engkau bisa mengatakan, "Aku mau peduli dengan suami, isteri dan anak anakku, sahabat sahabatku yang membutuhkan, tetapi aku tidak akan menuntut untuk diperhatikan oleh pasangan hidupku, anak anak dan sahabat sahabatku...!!

Kalau aku tidak mampu berbuat apapun juga, sedang jenuh, dan mengalami banyak persoalan, apalagi saya sedang sakit, di situlah letaknya, engkau memiliki KESEMPATAN untuk BERSERU DAN MENGUNDANG ALLAH untuk terlibat dalam hidupku....Akan tetapi Allah menghargai KEHENDAK BEBAS-mu sehingga Allah tidak akan otomatis memberikan Roh Kudusnya kalau engkau sendiri tidak meminta-Nya. Roh itulah yang akan mengubah dan memperbaharui dirimu...agar engkau mengalami hidup penuh gairah dan harapan...karena ada KEPASTIAN yang dapat diandalkan ALLAH TIDAK PERNAH BERUBAH UNTUK MENCINTAI MANUSIA, juga kalau manusia menolak diri-Nya

Selamat berakhir pekan!
B. Slamet Lasmunadi Pr

Senin, 29 Juni 2009

Mengenal Flu Babi

Mengenal "Flu Babi" :
Tingkat Penyebaran & Tindakan Preventifnya
Diterjemahkan dari bahasa
Mexico oleh : Noprizal Erhan, Anggota Group Circulation Of
QI for Health facebook.

Apakah Flu Babi itu ?
Flu babi adalah penyakit saluran pernafasan yang disebabkan oleh virus yang sangat menular, ada tiga jenis virus (A, B, C) yang dapat mengubah (change), dan ada beberapa subtipe. Dan yg terpenting diketahui adalah karena ia mampu menyerang semua usia, dan lokasi dalam mutasi-mutasi virus yg sering menyebabkan komplikasi serius dan bahkan kematian pada banyak orang, sering terjadi pada anak-anak dan orang tua.
 
Apakah flu itu sama dengan flu biasa yang disebabkan udara dingin ?
Tidak, walaupun keduanya adalah pernafasan akut dan gejala penyakit yang umum, maka mahluk yg kecil yang menyebabkan flu babi berbeda dengan flu biasa (common cold-influenza).

Bagaimana cara kerja flu bisa menular ?
Dari orang ke orang melalui secretions (proses pengeluaran) dari mulut dan hidung (batuk, bersin, berbicara, bernyanyi) atau kontak langsung (tangan, walau tidak terkena lendir/ludah pasien. Sangat contagious/menular (3-7 hari setelah gejala awal) dan risiko yang lebih tinggi jika terjadi di ruang tertutup (kamar, nurseries/ruang perawatan, sekolah, perawatan di rumah, ruang darurat, dll). Dapat menjadi epidemi/pandemi ke seluruh dunia dalam waktu 3 sampai 6 bulan.

Bagaimana mengenali gejala orang terkena flu babi ?
* Demam lebih dari 38 ° C.
* Sering batuk dan intens.
* Sakit kepala.
* Kurang nafsu makan.
* Hidung tersumbat/sengau
* Lain-lain rasa tidak enak.
 
Bagaimana mendiagnosa "flu babi" ?
Kita perlu belajar bagaimana seorang dokter melakukan pemeriksaan klinis secara rinci mengenai latar belakang dan pemeriksaan terhadap pasien-pasien lain, kontak pasien dengan orang lain dan perjalanan pasien (kemana saja?). Diagnosis
terhadap virus dengan mengidentifikasi secretions/pengeluaran dari hidung atau pangkal tenggorokan (virus isolasi) selama 24-72 jam pertama inisiasi penyakit, atau melalui pengecekan darah untuk mengidentifikasi zat antibodi-nya.
 
Apakah "flu babi" bisa berkomplikasi (dengan penyakit lain) ?
Ya, gambaran tentang flu babi nampak tidak terkenali (sebelumnya) dan tidak terkait dengan penyakit lainnya namun dapat menghasilkan komplikasi, terutama pernafasan (otitis, sinusitis, rhinitis, radang paru-paru, Bronchopneumonia, merintangi radang tenggorokan), jantung atau bahkan kematian, sering terpantau menjadi penularan yg meluas atau epidemik. Sangatlah penting untuk memantau anak-anak jika menerima pengobatan aspirin (mungkin encephalitis).
 
Adakah peluang mengobati penyakit flu babi ?
Flu babi disebabkan oleh virus, dan belum ada obat yang manjur utk menuntaskannya, tetapi ada obat yang berfungsi untuk mengurangi/memperlambat laju kegawatan penyakit, memperpendek dan mengurangi gejala-gejala jika masih terpantau dalam waktu 48 jam pertama rasa sakit. Penggunaan obat-obatan adalah sangat sensitif, hanya dokter dapat menentukan apakah pasien harus dirawat sebab mereka juga tidak bebas menjalani kontak dg manusia lain (yg tidak terinfeksi virus).

Bagaimana saya dapat mencegah flu babi ?
Ada vaksin sebagai cara terbaik untuk mencegah flu jenis ini, maka setiap tahunnya telah disiapkan dengan mempertimbangkan jenis virus yang beredar di dunia, tetapi tidak (terlalu) baik bagi orang-orang yang alergi terhadap protein telur, sebuah pengalaman serius mengenai reaksi terhadap vaksin pernah dialami pada peristiwa "Guillain-Barre Syndrome" (enam bulan setelah vaksinasi).
 
PANDUAN KEPADA MASYARAKAT UMUM:
 
* Hindari kontak dengan orang-orang yang memiliki infeksi pernafasan flu babi.
* Jangan menyapa atau mencium tangannya.
* Jangan berbagi makanan, penggunaan cangkir, piring, atau peralatan makan lainnya.
* Berikan kebebasan sinar matahari memasuki ruang dalam rumah, kantor, dan ruang-ruang tertutup lainnya (untuk membakar virus).
* Jaga ruang dapur, kamar mandi, handle pintu, railings/pagar tangga, mainan anak-anak, telepon atau artikel-artikel/majalah yang digunakan tetap dalam keadaan BERSIH.
* Jika terjadi demam mendadak, batuk-batuk, sakit kepala, sakit pada otot dan sendi, segera periksakan diri ke dokter atau unit kesehatan yg ada.
* Hangatkan badan dan hindari perubahan suhu mendadak (yang menyebabkan ketidakseimbangan tubuh sehingga menjadi flu).
* Makan buah-buahan dan sayuran yang kaya vitamin A dan C (wortel, pepaya, jambu biji, jeruk kepruk, jeruk, lemon dan
nanas).
* Seringlah mencuci tangan dengan sabun dan air.
* Hindari berkecimpung dalam lingkungan yg terkontaminasi virus tsb.
* Tidak merokok di tempat tertutup atau di dekat anak-anak, orang tua atau pasien.
* Ke dokter segera jika menemui/mengalami gejala-gejala.
 
Apa langkah-langkah yang direkomendasikan untuk mereka yang menderita flu babi?
 
* Tinggallah di rumah, menghindari berpergian ke pusat-pusat kerja, sekolah atau tempat di mana terdapat konsentrasi banyak orang (teater, bioskop, bar, bis, metro, klub malam, pesta, dll). Ini akan mencegah menjangkiti orang lain dari diri Anda.
* Tutup mulut dan hidung dengan tisu/saputangan ketika berbicara, batuk, dan bersin. Ini akan mencegah orang-orang di sekitar anda menjadi sakit. 
* Hindari menyentuh mata, mulut dan hidung orang lain untuk menghindari virus menyebar 
* Flu dapat dicegah melalui penerapan vaksin yang disiapkan sesuai dengan jenis virus yang beredar di dunia), harus  mendapatkan divaksinasi setiap tahun.
* Hindari debu, asap bergerak dan zat lainnya yang dapat mengganggu pernafasan dan membuat anak-anak lebih rentan  terhadap penyakit.
* Gunakan cubrebocas, buang tisu hasil bersin ke kantong plastik dan bersinlah di ujung ruangan (jauh dari orang lain).
* Jika setelah 24 jam tanpa gejala, Anda dapat bekerja normal kembali.

Terakhir Diperbaharui :
Jumat 24 Apr 2009 pada 13:15 oleh Sweet Buenrostro (staf Departemen Kesehatan Mexico).

Diterjemahkan oleh Noprizal Erhan pada 28 April 2009 dari sebuah situs berbahasa Spanyol (Kantor Pusat Departemen Kesehatan Mexico).

Debat - Catatan Pinggir GM (Majalah TEMPO)

Debat
Senin, 22 Juni 2009

Saya malas berdebat. Tiap debat mengandung unsur berlaga, ujian, dan
telaah. Memang, dulu ketika Socrates menanyai seseorang, menggunakan teknik
eclenchus, menyoal dan meminta jawab dan siap dibantah serta membantah, ia
tak bermaksud mengalahkannya hingga takluk. Ia menggugah orang untuk
berpikir, menilik hidup, terutama hidupnya, dan menjadi lebih bijaksana
sedikit. Tapi tidak setiap orang seperti Socrates. Dan saya cepat lelah
dengan berujar lisan.

Pengalaman saya mengajari saya bahwa debat, seperti umumnya dialog, acap
kali berakhir dengan dua-log: saya dan lawan bicara saya akan seperti dua
pesawat televisi yang disetel berhadap-hadapan. Dia tak mencoba mengerti
saya dan saya tak mencoba mengerti dia. Bahasa punya problem. Kata yang
kita ucapkan atau kita tulis tidak jatuh persis di sebelah sana dalam makna
yang seperti ketika ia keluar dari kepala saya.

Pengalaman saya juga membuat saya bertanya: apa tujuan sebuah perdebatan?
Untuk menunjukkan bahwa saya tak kalah pintar ketimbang lawan itu? "Kalah
pintar" tidak selamanya mudah diputuskan, kalaupun ada juri yang menilai.
Atau untuk meyakinkan orang di sebelah sana itu, bahwa pendirian saya
benar, dan bisa dia terima? Saya tak yakin.

Kita tak bisa untuk selalu optimistis, bahwa sebuah diskusi yang "rasional"
akan menghasilkan sebuah konsensus. Bahkan Mikhail Bakhtin cenderung
menganggap bahwa debat yang terbuka dan kritis tidak dengan sendirinya akan
membuka pintu ke sebuah ruang di mana orang bisa bertemu dan bersepakat.
Justru sebaliknya: yang akan terjadi adalah makin beragamnya pendapat dan
pendirian.

Bagi Bakhtin, orang yang berbeda punya pandangan dunia yang berbeda pula,
dan pada saat mereka sadar bahwa intuisi mereka tentang realitas
berbeda—dan teknik Socrates akan menimbulkan kesadaran itu—mereka akan
makin ketat dalam pilihan posisi mereka. Ada yang selamanya tak terungkap,
juga bagi diri sendiri, dalam kalimat.

Di manakah peran percakapan? Buat apa dialog dilakukan? Mungkin jawabnya
lebih sederhana dari yang diharapkan seorang Socrates: percakapan punya
momen persentuhan yang tak selamanya bisa dibahasakan—momen ketika tubuh
jadi bagian dari keramahan dan redanya rasa gentar.

Tapi orang senang menonton debat, apalagi debat para calon presiden. Saya
tidak tahu apakah setelah menonton itu, orang akan mengambil keputusan mana
yang lebih baik dia pilih. Saya duga lebih sering yang terjadi adalah
pilihan sudah dijatuhkan sebelum debat mulai—dan orang menonton sebagai
pendukung atau penggembira, seperti orang menonton pertandingan badminton
atau tinju. Maka saya lebih cenderung menganggap, debat diselenggarakan
lebih untuk jam-jam hiburan—dengan segala ketegangan yang dirasakan dalam
menonton itu. Kita tegang, maka kita senang. Juga debat calon presiden.
Pendek kata, debat itu tidak untuk meyakinkan. Debat itu untuk membuat kita
bertepuk.

Tidak mengherankan bila televisi mengambil peran besar dalam debat politik.
Sementara mereka yang berdebat mempersiapkan diri baik-baik dengan
mengumpulkan bahan serta mempertajam argumen dan juga berlatih menyusun
kata, tuan rumah dari acara itu sebenarnya punya tujuan yang tak ada
hubungannya dengan discourse. Sang tuan rumah hanya menginginkan sesuatu
untuk ditonton khalayak seperti orang Roma dulu menyelenggarakan
pertandingan gladiator.

Suka atau tidak suka, politik kini terjebak dalam sebuah arena apa yang
disebut Milan Kundera sebagai "imagologi". Politik telah jadi sebuah tempat
bertarung yang dibangun oleh media massa, di mana wajah, sosok, artikulasi,
dan janji diperlakukan sebagai komoditas yang ditawarkan ke konsumen yang
sebanyak-banyaknya. Makin banyak calon pembeli yang dibujuk, makin
ditemukan titik pertemuan yang paling dangkal. Dan ketika televisi—dengan
kebiasaannya untuk gemebyar, dengan ongkos mahal—jadi makin komersial,
pendangkalan itu makin tak terelakkan.

Tidak mengherankan bila setelah debat calon presiden, disusul debat para
komentator debat—yang umumnya seru, bisa lebih kasar, lebih tak sabar, dan
lebih tak berpikir. Kini para komentator hampir sudah seperti pesohor: yang
terpenting adalah bahwa mereka dikenal, atau bisa menarik perhatian.
Mengapa harus digubris adakah pendapat mereka punya dasar yang bisa
dipertanggungjawabkan? Dan karena air time mahal, jawaban cepat lebih
diperlukan ketimbang jawaban masuk akal. Socrates dan eclenchus-nya sudah
lama dikuburkan.

Saya malas berdebat. Meskipun seperti banyak orang, saya tak malas menonton
para calon presiden berdebat. Saya tahu apa yang mereka lakukan di sana itu
tak banyak manfaatnya bagi mereka sendiri. Tapi setidaknya saya mendapatkan
hiburan. Dan mungkin juga komodifikasi yang terjadi pada acara yang
seolah-olah serius itu punya manfaat lain, punya peran lain: proses itu
membuat para calon pemegang jabatan tertinggi Republik itu lebih menarik,
dan tidak lebih angker, apalagi menakutkan, ketimbang komoditas lain yang
ditebarkan televisi.

Tampaknya demokrasi bisa juga dibangun dari perdagangan.

Goenawan Mohamad

Manakah kesempatan yang mau kita ciptakan: kesempatan untuk sombong atau kesempatan untuk rendah hati?

Saudara Saudariku,
Tanpa disadari kita kerap kali mencari kesempatan untuk sombong, namun
kita enggan untuk menciptakan kesempatan yang membuat kita bisa rendah
hati.

Kalau engkau merasa lebih pandai daripada sahabatmu, engkau akan
tergoda untuk mencari-cari kesempatan bagaimana "mengalahkan
pembicaraan" sahabatmu, sehingga engkau diakui sebagai orang yang
memang pintar.

Kalau engkau merasa statusmu jauh lebih tinggi daripada temanmu, engkau
tergoda untuk mencari-cari kesempatan bagaimana menunjukkan bahwa
status ekonomi lebih mapan daripada mereka. Lihatlah caramu berbicara,
'Mas, kita malam ini mau makan di mana?" ...Dhe...kita coba makan di
warung makan yang baru itu ya...! Mumpung kita bisa jadi "kuliner"...

Kalau engkau merasa pendapatamu selalu benar dan lebih bagus, engkau
akan tergoda untuk memberi komentar sehingga lawan bicaramu tertunduk
lemas karena tidak lagi bisa berdiskusi lagi denganmu...Dia merasa
tidak ada gunanya berdiskusi, toh engkau akan selalu menang!

Kalau engkau merasa berkenalan dengan seorang yang populer dan memiliki
posisi strategis, terbuka kemungkinan kita akan membanggakan diri
setara dengan orang itu, dan merasa bahwa orang itu adalah "wong-ku".

Kalau engkau merasa dirimu itu orang yang "bermutu", terbuka
kemungkinan bahwa dirimu mencari kesempatan agar banyak orang mengakui
keunnggulanmu, bahkan kalau perlu bisa merendahkan lawan bicaramu di
muka umum.

SEBALIKNYA...
Kalau engkau merasa dirimu masih bodoh, engkau akan membuka diri untuk
selalu belajar dari orang lain, dan memperlakukan orang lain sebagai
"perpustakaan hidup", entah orang itu berpendidikan tinggi atau tidak,
kaya atau miskin.

Kalau engkau merasa dirimu orang yang "BIASA", engkau tidak takut untuk
membiarkan dirimu dinilai oleh orang orang yang tidak menyukai dirimu..!

Kalau engkau merasa dirimu bukan orang hebat, engkau tidak takut,
apabila harus mempertahankan KEBENARAN, karena engkau konsisten antara
perkataan dan perbuatanmu!

Kalau engkau merasa dirimu bukan orang yang "LUAR BIASA", engkau akan
belajar untuk MENDENGARKAN perkataan orang lain: apa yang dimaksud dari
kata yang tersurat, mencari yang tersirata dari yang tertulis...!

Kalau engkau meyakini bahwa kekayaanmu BUKAN HASIL JERIH PAYAHMU SEMATA
MATA, engkau akan belajar untuk memikirkan nasib orang miskin saat
engkau makan. Engkau akan merasa gelisah, saat engkau menghabiskan uang
jutaan untuk sekali makan, karena ada banyak orang miskin yang sulit
mencari makan hari ini. Engkau akan merasa gelisah kalau membeli
berbagai barang namun tidak berguna karena engkau menyadari banyak
orang kesulitan memperoleh biaya pendidikan dan kesehatan, apakah
pantas aku memboroskan uang untuk hal yang tidak perlu?

Kalau engkau merasa jabatanmu sekarang ini BUKANLAH HASIL DARI JERIH
PAYAHMU SENDIRI, KEPANDAIAN DAN KETERAMPILANMU, melainkan hasil dari
TEAM WORK - mu dikantor, engkau akan belajar gelisah, saat engkau
dilantik menjadi pejabat tertinggi di kantormu, karena engkau
memikirkan bagaimana nasib teman teman yang kurang trampil, dan kurang
pandai.

Semoga kita dapat mengenal "kesempatan kesempatan" yang kita ciptakan
sendiri untuk menunjukkan kesombongan kita sendiri, agar kita mampu
juga mengenal "kesempatan-kesempatan' untuk bersikap rendah hati.
Kesempatan manakah yang akan kubangun? kapankah itu?

Warm regards
bslametlasmunadipr

Menciptakan Kesempatan

Menciptakan Kesempatan dalam Kesempitan

Tentu saja dia lebih berhasil, karena dia mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan sekolah. Tidak salah kalau dia berhasil, karena dia memperoleh pinjaman dari Bank untuk mengembangkan usahanya. Dia berhasil karena dia bisa mengambil hati para atasan di kantornya.

Seringkali kita merasa iri terhadap keberhasilan orang lain. Kita menganggap mereka mendapat kesempatan untuk berhasil sedangkan kita tidak ataupun belum. Akibatnya, kita cenderung menunggu datangnya kesempatan tersebut. Ataupun kita akan menunggu sampai kita cukup siap untuk mencari kesempatan sukses. Jika kesempatan itu sepertinya tidak datang juga dalam waktu yang cukup lama, kita akhirnya menyalahkan keadaan kita yang kurang menguntungkan, kegagalan kita, masalah kita, dan krisis yang melanda kita.

Dalam keadaan seperti ini, biasanya kita hanya bisa merasa iri terhadap kesuksesan orang, tanpa berusaha melakukan apa pun untuk mengubah "kesempitan" kita menjadi kesempatan untuk sukses. "You don't have to be great to get started, but you have to get started to be great," demikian yang dituturkan Les Brown.

Jadi, kita tidak perlu menjadi besar dulu untuk memulai langkah menuju sukses, tetapi yang lebih penting adalah berani memulai mengambil langkah untuk meraih sukses.

Jika kita sudah memiliki keberanian untuk meraih sukses, yang perlu kita lakukan adalah mulai mencari atau bahkan menciptakan "kesempatan" dari "kesempitan" yang kita alami.

Sumber Kesempatan Banyak orang merasa bahwa keberuntungan, kekayaan, dan kepandaian merupakan sumber kesempatan untuk memperoleh sukses.

Ternyata tidak selalu demikian. Seringkali "kenyamanan" yang kita alami menyamarkan kesempatan untuk sukses. Kenyamanan ini kerap membuat kita terlena, sehingga kita enggan untuk keluar dari zona nyaman ini untuk menciptakan kesempatan untuk menjadi lebih berhasil.

Sebaliknya dalam "kesempitan" ataupun ketidaknyamanan yang kita alami, kesempatan untuk sukses lebih mudah dicari dan diciptakan.

Kegagalan.
Siapa yang mengira kalau kegagalan yang dialami Suksesi telah membuka lebar kesempatan wanita ini untuk meraih keberhasilan. Esi, demikian panggilan akrabnya, di PHK karena perusahaan tempatnya bekerja bankrut. Setelah setahun berusaha mencari kerja ke sana-sini, mengirim lamaran ke berbagai perusahaan, hasilnya nihil.

Gagal mendapat pekerjaan, tidak membuat Esi putus asa. Esi pun memutar otak, dan memutuskan untuk mencoba menciptakan pekerjaan untuk dirinya sendiri. Esi menggali kembali keterampilannya menjahit, dan minatnya yang sempat tenggelam dalam interior desain. Setelah berhasil mengorek tabungannya yang masih tersisa dan meyakinkan kakak, serta beberapa saudaranya untuk menanamkan modal, Esi memulai usahanya sendiri untuk membuat bantal-bantal hias, taplak meja, seprei, bedcover, dan pernak-pernik lainnya yang dapat digunakan sebagai penghias ruang tamu ataupun ruang tidur. Pada awalnya, hasil karyanya ia jual kepada sanak keluarga, tetangga dan kenalannya. Kemudian ia mulai ikut pameran industri di dalam negeri untuk memperluas jaringan usahanya. Ketika bisnis Esi makin meningkat, kesempatan berpameran di luar negeri pun ia raih, dan pelanggan serta mitra di luar negeri berhasil ia yakinkan untuk membeli hasil kerajinan tangannya.

Masalah.
Solusinta, yang lebih akrab dipanggil Lusi, berasal dari keluarga sederhana. Setelah lulus dari sekolah menengah, Lusi, berniat melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi, karena ia bercita- cita menjadi seorang dokter yang dapat membaktikan diri pada masyarakat sekitar. Sulit bagi Lusi untuk mengandalkan kemampuan keuangan orang tuanya untuk membiayai sekolah, apalagi sang ayah baru saja pensiun, dan pada saat yang bersamaan adiknya yang terkecil juga membutuhkan biaya untuk masuk ke sekolah menengah. Masalah keuangan ini tidak menyurutkan niat Lusi untuk melanjutkan sekolah. Ia juga tidak menunggu belas kasih orang lain, atau mengharapkan rezeki yang tiba-tiba datang. Ia menghubungi berbagai Yayasan dan mengirimkan
"proposal"nya untuk mendapatkan bea siswa. Walaupun Lusi bukan merupakan siswa terbaik di sekolahnya, keinginannya yang kuat untuk melanjutkan sekolah dan kesediaannya mengamalkan ilmunya nanti di Yayasan ataupun perusahaan yang akan memberikan beasiwa, dikemasnya dengan meyakinkan dalam proposal yang dikirimnya ke berbagai pihak.

Niat baik dan keinginan kuat ini merupakan nilai tambah Lusi dalam memenangkan kesempatan mendapat bea siswa. Hasilnya mudah diduga, Lusi mendapatkan kesempatan yang ia cari, bahkan bukan hanya satu tetapi beberapa Yayasan bersedia memberinya bea siswa.

Tentu saja Lusi memilih yang terbaik, yang bersedia membiayainya bahkan sampai jenjang S2. Bayangkan apa yang terjadi jika Lusi tidak berupaya mencari solusi dari masalah keuangan yang dihadapinya. Mungkin saja saat ini ia masih termenung meratapi nasib, dan menunggu datangnya kesempatan yang tak kunjung tiba.

Krisis.
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia beberapa waktu lalu juga berimbas pada catering yang sedang dirintis oleh Latif dan keluarganya. Beberapa perusahaan yang selama ini menjadi langganannya menghentikan pesanan mereka karena alasan pemotongan anggaran. Tempat yang disewanya di sebuah gedung perkantoran juga menaikkan uang sewa dan menerapkan pembayaran sewa dengan dolar yang berada di luar kemampuan Latif. Diancam kebangkrutan, Latif menjadi kreatif. Ia mengadakan rapat untuk mengumpulkan ide kreatif agar bisa bertahan bahkan menjadi lebih sukses di tengah badai krisis. Hasil pengumpulan pendapat membuahkan ide kreatif untuk tetap menjalankan usahanya dengan menggelar tenda di daerah-daerah sekitar perkantoran (di luar gedung kantor) pada waktu siang, dan di pinggir jalan dekat tempat-tempat hiburan seperti bioskop atau mall untuk menjalankan usaha di malam hari.

Pada pagi dan siang hari, sang isteri dan anak kedua Latif yang baru lulus sekolah perhotelan di bidang tata boga, bertugas menjalankan usaha cafe tenda mereka untuk melayani sarapan dan makan siang bagi karyawan kantor. Sedangkan Latif dan beberapa karyawannya bertugas malam melayani orang-orang yang baru keluar dari bioskop atau mall untuk menyajikan makan malam bagi mereka. Usaha keluarga Latif maju pesat. Setelah beberapa tahun bekerja keras dan cerdas, Latif berhasil mengumpulkan uang untuk membuka restoran kecil di sebuah lokasi strategis dekat sekolah dan perkantoran. Usaha ini terus berkembang, sampai akhirnya ia mampu membangun jaringan restoran yang membuka cabang di beberapa tempat.

Kemapanan bisa membuat kita lupa untuk melakukan perbaikan. Sebaliknya, kegagalan, masalah dan krisis kita perlukan untuk meraih sukses. Jadi, jika ketidaknyamanan datang, jangan putus asa, gali ketidaknyamanan tersebut, karena di balik semua itu ada kesempatan sukses yang bisa kita raih.

7 strategi menciptakan sukses.

Kegagalan, masalah, dan krisis yang dimanfaatkan dengan baik bisa menjadi kunci untuk membuka pintu kesempatan untuk meraih sukses.

Bagaimana Esi, Lusi, dan Latif sampai pada ide-ide brilian mereka untuk menciptakan kesempatan sukses? Berikut ini adalah strategi menciptakan kesempatan sukses dalam berbisnis yang diusulkan oleh Stephen M. Shapiro dalam bukunya 24/7 Innovation: A Blueprint for Surviving and Thriving in an Age of Change. Ketujuh strategi berikut mendorong kita untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan tepat agar ide-ide brilian bisa kita peroleh dan kesempatan sukses bisa kita raih.

Rethink.
Strategi ini mendorong para pelaku bisnis untuk menantang "status quo" dengan terus-menerus memikirkan ide-ide baru untuk melakukan perubahan guna meraih kesempatan sukses yang lebih besar. Dengan strategi "rethink" ini, pelaku bisnis diajak untuk senantiasa menggali ide-ide baru dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: "Mengapa harus begini? Apakah ada alternatif yang lebih baik untuk menjalankan usaha ini?" Jawaban dari pertanyaan ini diharapkan akan memberikan cara yang lebih baik, alternatif yang lebih beragam untuk meraih sukses.

Reconfigure.
Kegiatan apa yang dimodifikasi sehingga hasil diperoleh bisa menjadi lebih baik. Bagaimana proses produksi yang sekarang dijalankan bisa dijadikan lebih baik sehingga hasilnya pun lebih menguntungkan. Pertanyaan-pertanyaan seperti inilah yang harus dijawab untuk menjalankan strategi "reconfigure". Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut diharapkan bisa memberi arahan yang jelas untuk memperbaiki efektifitas dan efisiensi proses bisnis yang dijalankan saat ini.

Resequence.
Apakah ada urutan kegiatan yang lebih baik untuk menghasilkan produk atau jasa yang optimal? Kapan kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan? Berapa lama waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut? Adakah cara untuk melakukan hal-hal ini dalam waktu yang lebih singkat dan urutan kegiatan yang berbeda? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang dicoba dijawab dalam menerapkan strategi "resequence." Strategi ini menjoba memikirkan kembali masalah "waktu" dan "urutan kegiatan" yang lebih tepat untuk meraih sukses lebih besar.

Relocate.
Jika ternyata alternatif kegiatan, proses dan urutan sudah tepat, hal lain yang bisa dipikirkan kembali adalah lokasi. Apakah lokasi usaha sudah tepat? Perlukah pindah ke tempat lain yang lebih strategis dan lebih mendekati target pasar? Perlukan membuka usaha baru atau pabrik baru di tempat lain ? Perlukan meminta supplier untuk mendekatkan usaha mereka di sekitar lokasi pabrik kita, agar penyaluran spareparts lebih mudah dan cepat, sehingga biaya bisa ditekan, dan harga jual bisa lebih bersaing? Inilah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dalam menerapkan strategi "relocate."

Reduce.
Strategi berikutnya mencoba mencari jawaban terhadap beberapa pertanyaan berikut: Berapa banyak bahan baku yang bisa dihemat ? Beberapa banyak kegiatan dalam proses produksi yang bisa dihilangkan atau dilakukan dengan lebih cepat? Adakah kegiatan yang tidak perlu dilakukan sendiri? Kegiatan mana yang perlu lebih difokuskan dan kegiatan mana yang bisa di "outsource" kepada pihak lain untuk memantapkan kualitas dan meminimumkan biaya produksi?

Reassign.
Siapa orang-orang yang perlu saya hubungi untuk menciptakan kesempatan sukses? Siapa orang-orang yang bisa melakukan suatu pekerjaan dengan lebih baik dan lebih cepat? Siapa yang bisa saya andalkan untuk membantu saya meraih sukses? Perlukah saya mempekerjakan orang-orang baru? Perlukah saya menugaskan orang lain untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini mecoba mencari orang-orang yang tepat, dan menempatkan orang-orang yang tepat untuk membantu kita menciptakan kesempatan sukses yang lebih baik.

Retool.
Strategi terakhir yang diusulkan Saphiro adalah yang menyangkut teknologi ataupun keterampilan untuk menunjang kesempatan meraih sukses. Strategi ini mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: Bagaimana saya bisa memanfaatkan teknologi yang terbaru (misalnya teknologi informasi, internet) untuk memperbaiki bisnis saya sehingga menjadi lebih menguntungkan? Teknologi ataupun keterampilan baru apa yang perlu saya dan perusahaan saya pelajari agar kesempatan sukses lebih mudah dapat diraih?

Ketujuh strategi ini diharapkan bisa memacu kita untuk melahirkan ide-ide brilian, dan menciptakan kesempatan-kesempatan luar biasa untuk meraih sukses. Seringkali pertanyaan-pertanyaan yang tepat membantu kita menemukan dan meraih sukses.

Senin, 22 Juni 2009

Takut berbuat salah

Takut berbuat salah.

Susie selalu ragu-ragu dalam bertindak. Ia tidak berani mengungkapkan
pendapatnya dalam rapat. Ia selalu menunggu hingga detik terakhir karena
harus melalui perang batin yang panjang dalam hatinya. Sebagian dirinya
yakin bahwa pendapatnya benar, tapi sebagian lagi takut kalau-kalau
ternyata ia salah. Ia takut disalahkan orang lain. Ia takut terhadap
berubahnya pendapat orang lain tentang dia.

Bukankah kebanyakan orang sebenarnya takut melakukan sesuatu karena takut
disalahkan? Padahal, seandainya salah sekalipun, lalu apa sih yang paling
buruk yang akan terjadi? Apakah ia lalu dipecat? Dimasukkan ke penjara?
Atau dibunuh karena bersalah? Tidak bukan? Paling-paling disalahkan,
ditegur, atau dimarahi.

Vinna bekerja bersama Susie. Kemampuan mereka juga hampir sama. Tapi Vinna
selalu berani melakukan hal-hal baru. Ia berani mengambil risiko. dalam
rapat pun ia berani mengemukakan pendapat yang memang beralasan, bukan
sekadar mengritik orang lain. Kalaupun ternyata pendapatnya salah, ia
segera belajar dari kesalahannya tersebut. Ia bersikap terbuka sehingga ia
juga mempertimbangkan pendapat orang lain meskipun berlawanan dengan
pendapatnya. Kalau ternyata pendapatnya yang benar, ia bersikap wajar dan
tetap rendah hati. Tapi apabila ternyata pendapat orang lain yang benar,
ia dengan hati lapang bisa menerimanya.

Mungkin kebiasaan orangtua kita yang selalu memarahi anak kalau anak
berbuat salah, telah membuat kita menjadi takut untuk melakukan kesalahan
setelah kita dewasa. Kita takut pandangan orang terhadap kita berubah. Kita
takut tidak
disukai orang lain. Kita takut dibenci. Sebagian orang rela mengorbankan
prinsip hidupnya demi disukai oleh atasan atau teman. Ironis bukan?

Tentu kita tahu berapa kali Thomas Alpha Edison atau Einstein melakukan
kesalahan sebelum akhirnya berhasil. Mereka tidak langsung berhasil ketika
pertama kali mencoba.

Mungkin perlu ratusan kali gagal sebelum mencapai satu keberhasilan.
Kesalahan bukan akhir hidup kita. Kesalahan sebenarnya hanya merupakan
langkah menuju keberhasilan. Setiap kesalahan membawa kita semakin dekat
dengan keberhasilan.

Belajar dari kesalahan

Joyo ingin menjadi seorang petinju. Setiap hari ia harus berlatih minimal 5
jam. Setiap kali berlatih ia selalu mencari teknik-teknik yang lebih baik.
Cara berdiri, cara memindahkan kaki, memukul, menghindar, meningkatkan
kecepatan, dan sebagainya. Ia masih sering melakukan kesalahan. Tapi dengan
bantuan pelatihnya, setiap kesalahan dipelajari agar ia menjadi semakin
baik dan semakin mendekati sempurna.

Kesalahan bukan untuk disesali, tapi untuk diperbaiki.

Seorang petani membelikan kuda untuk anaknya laki-laki. Suatu kali sewaktu
menunggang kuda, anak tersebut jatuh dan kakinya cedera. Semua orang
menyalahkan petani itu karena membelikan kuda. Tak lama kemudian negara
dalam keadaan perang. Semua anak muda harus mengikuti wajib militer. Tapi
karena kakinnya cedera, anaknya ditolak mengikuti wajib militer. Ia bebas.

Semua orang mengatakan untung bahwa petani itu membeli kuda sehingga
anaknya cedera sehingga tidak perlu ikut berperang. Jadi sebenarnya benar
atau salahkah si petani itu membeli kuda ?

Sesuatu yang tampaknya salah bisa berubah menjadi benar apabila ditinjau
dari sisi lain. Tentu saja ada kesalahan yang jelas seperti mencuri,
merampok, membunuh, atau menyakiti orang lain. Apapun alasannya, perbuatan
itu tetap salah.

Seorang pengembara mengendarai untanya di padang pasir. Ketika ia sampai di
sebuah mata air dimana ada sebatang pohon, ia memutuskan untuk
beristirahat. Ketika itu ia berpikir bahwa ia perlu sebuah patok kayu agar
dapat menambatkan ontanya. Patok kayu itu juga pasti perlu untuk orang lain
yang juga beristirahat di situ. Maka ia segera membuat sebuah patok yang
ditanamkan ke tanah. Kemudian ia melanjutkan perjalanannya dengan perasaan
puas karena telah berbuat baik. Tak lama kemudian seorang pengembara lain
sampai di tempat itu juga. Ia pun beristirahat. Melihat sebuah patok kayu
menyembul dari tanah, ia berpikir bahwa patok kayu itu berbahaya sekali.
Orang atau onta bisa tersandung pada patok kayu itu. Karena itu ia segera
mencabut patok kayu itu dan membuangnya. Kemudian ia pun pergi melanjutkan
perjalanannya dengan perasaan
puas, karena telah berbuat baik. Dalam hal ini, siapa yang salah dan siapa
yang benar?

Setiap orang cenderung untuk membenarkan diri sendiri dan menyalahkan orang
lain. Seandainya pengembara pertama kembali ke tempat itu dan melihat hasil
kerjanya dibongkar oleh pengembara lain, bagaimana perasaannya ?

Seandainya pengembara kedua melihat bahwa pengembara pertama telah dengan
sengaja menanam patok kayu itu, bagaimana perasaannya ?

Vinna tidak pernah membiarkan dirinya berlarut-larut dalam penyesalan. ia
segera bangkit dan memperbaiki kesalahannya. Beberapa tahun kemudian tampak
kemajuan pesat yang dialami Vinna. Ia semakin matang, pertimbangannya
semakin baik.
Ia tidak pernah takut salah. Ia belajar dari kesalahan.

Bukankah "to err is human"?
Learn from your mistakes!

Minggu, 21 Juni 2009

Patahkan kakinya

PATAHKAN KAKINYA

Ada seorang gembala domba dan dia memiliki banyak domba peliharaan. Dalam
keseharian dia menggembalakan domba, memberi mereka makan, membawa mereka
ke padang rumput. Dia menemukan seekor domba yang nakal dan memiliki
karakter
yang sangat berbeda dengan domba-domba yang lain.Domba nakal ini selalu
memisahkan diri dari teman-temannya. Ketika domba-domba yang lain makan
rumput secara berkelompok, dia akan keluar dari kelompoknya dan pergi ke
tempat yang dia suka, atau ketika gembalanya sedang menggiring
domba-dombanya ke padang rumput, si domba nakal akan lari sendirian ke arah
yang berlawanan, jauh dari kelompoknya.
Gembala itu adalah seorang gembala yang baik, karena itu ia selalu mengejar
domba nakal ini dan menempatkannya kembali ke kelompoknya. Dan hal ini
selalu dia lakukan berulang kali, jadi, bila si domba nakal memisahkan
diri, si gembala akan mengejar dan menggendongnya untuk mengembalikan dia
ke kelompoknya.

Gembala ini begitu sabar menghadapi hal ini, tapi setelah berkali-kali hal
ini terjadi, si gembala pusing juga dan dia mulai menyampaikan hal ini
kepada Tuhan dalam doanya : "Tuhan,...Engkau adalah seorang Gembala yang
baik, Mazmur Daud pun menggambarkan Engkau sebagai Gembala yang membawa
domba-dombaMu ke padang rumput yang hijau. Sebagai seorang Gembala, aku
percaya bahwa Engkau pun mengalami hal-hal yang saya alami ini ketika
Engkau sedang menggembalakan dombaMu. Tuhan, Engkau Allah yang mengetahui
segala sesuatu, kalau Engkau ada pada posisiku, apa yang akan Engkau
lakukan dalam
menghadapi domba yang nakal ini ?"

"Patahkan kakinya", kata Tuhan. "Haa ? Patahkan kakinya..?", gembala itu
terkejut dan ragu. Tapi, kembali Tuhan menegaskan : "Patahkan kakinya".

Menyadari bahwa Allah mengetahui segala sesuatu, dia mengikuti apa yang
Tuhan perintahkan untuk dia lakukan. Maka, esok harinya, ketika sedang
menggembalakan domba dan si domba nakal kembali melakukan kebiasaannya, si
gembala mengangkatnya, sambil berkata dalam hati : "Tuhan, aku nggak tega,
tapi karena Engkau yang suruh aku untuk patahkan kakinya, maka aku akan
patahkan kakinya".

Si domba nakal merintih kesakitan dan si gembala nggak tahan mendengarnya.
Hatinya sakit sekali mendengar rintihan itu, namun dia sangat mengasihi
domba itu dan dia patuh dengan apa yang Tuhan suruh dia lakukan. Setelah
dia mematahkan kaki si domba nakal, kaki tersebut dia balut. Setiap hari
dia menggendong domba nakal itu karena dia nggak bisa berjalan. Si domba
itupun dirawat olehnya. Domba itu makan rumput di samping gembalanya karena
bila dia makan rumput dengan teman-temannya - dia akan terinjak. Bila
sedang berjalan-jalan di padang rumput, si gembala akan menggendongnya.
Inilah yang terjadi, setiap kali domba nakal ini haus, dia akan menjilat
keringat si gembala yang menggendongnya. Kepalanya selalu bersandar pada
dada si gembala dan menggosokkan kepalanya di bahu gembala bila sedang
berjalan-jalan di padang rumput.

Selama kakinya patah, domba nakal ini sangat bersikap manis dan hampir
setiap saat, dia menjilat keringat gembalanya. Dia tidak berdaya, sangat
bergantung pada gembalanya. Akhirnya, kakinya pun sembuh. Si gembala
membuka balut pada kakinya dan melepaskannya untuk bermain-main dengan
teman-temannya yang lain. Namun, hal inilah yang terjadi : dia tidak
berlari
ke kelompoknya, tapi terus merapatkan dirinya di antara kaki gembalanya,
sehingga si gembala mengangkatnya (si domba nakal masih terus menerus
menjilat keringat si gembala) dan harus meletakkan dia di kelompoknya, tapi
si domba nakal selalu berlari mengikuti dan merapatkan dirinya kembali ke
gembalanya.

Si gembala berulang kali melakukan hal ini, tapi berulang kali pula si
domba nakal kembali kepadanya. Si gembala heran dengan perilaku domba nakal
ini, dan dalam keheranannya Tuhan berkata kepadanya : "Itulah yang tidak
dimengerti oleh umatKu, ketika Aku membiarkan mereka berbeban berat atau
terluka atau Aku ijinkan sesuatu menimpa mereka, itu adalah untuk membawa
mereka mendekat kepada-Ku. Aku melakukan itu untuk membuat mereka mengerti
betapa berharganya mereka di hati-Ku, betapa Aku ingin mereka hidup
bergantung hanya pada-Ku, dekat dan intim dengan-Ku. Tapi, seringkali
mereka tidak tahu. Mereka justru semakin menjauh ketika hal-hal itu
terjadi".

Gembala itu akhirnya mengerti, mengapa Tuhan menyuruh dia mematahkan kaki
domba nakal itu.

Minggu, 14 Juni 2009

Menjual sisir pada biksu

MENJUAL SISIR PADA BIKSU

Pertanyaan :

- Jika pimpinan perusahaan dimana anda bekerja, adalah sebuah perusahaan
pembuat SISIR, memberi tugas untuk menjual sisir pada para biksu di wihara
(yang semua kepalanya gundul) -- Bisakah anda melakukannya? Apa jawaban
anda ?
a) Tidak mungkin, itu mustahil
b) Gile aje
c) Aku akan mencoba untuk melaksanakan instruksi ini
d) Mencoba melaksanakannya dengan setengah hati
e) Ya, saya pikir bisa menjualnya (5 buah, 10 buah, 50 buah atau lebih,
sebutkanlah jumlahnya)

Pilih satu jawaban dan baca tulisan di bawah untuk meilhat apakah anda
termasuk orang yang berjiwa entrepeneur atau tidak.


Cerita : MENJUAL SISIR PADA BIKSU

Ada sebuah perusahaan "pembuat sisir" yang ingin mengembangkan bisnisnya,
sehingga management ingin merekrut seorang sales manager yang baru.

Perusahaan itu memasang IKLAN pada surat kabar. Tiap hari banyak orang yang
datang mengikuti wawancara yang diadakan ... jika ditotal jumlahnya hampir
seratus orang hanya dalam beberapa hari.

Kini, perusahaan itu menghadapi masalah untuk menemukan calon yang tepat di
posisi tersebut. Sehingga si pewawancara membuat sebuah tugas yang sangat
sulit untuk setiap orang yang akan mengikuti wawancara terakhir.

Tugasnya adalah : Menjual sisir pada para biksu di wihara.
Akhirnya hanya ada 3 calon yang bertahan untuk mencoba tantangan di
wawancara terakhir ini. (Mr. A, Mr. B, Mr. C)

Pimpinan pewawancara memberi tugas :
"Sekarang saya ingin anda bertiga menjual sisir dari kayu ini kepada para
biksu di wihara. Anda semua hanya diberi waktu 10 hari dan harus kembali
untuk memberikan laporan setelah itu."

Setelah 10 hari, mereka memberikan laporan.

Pimpinan pewawancara bertanya pada Mr. A :
"Berapa banyak yang sudah anda jual?"
Mr. A menjawab: "Hanya SATU."
Si pewawancara bertanya lagi : "Bagaimana caranya anda menjual?"
Mr. A menjawab:
"Para biksu di wihara itu marah-marah saat saya menunjukkan sisir pada
mereka. Tapi saat saya berjalan menuruni bukit, saya berjumpa dengan
seorang biksu muda - dan dia membeli sisir itu untuk menggaruk kepalanya
yang ketombean."

Pimpinan pewawancara bertanya pada Mr. B :
"Berapa banyak yang sudah anda jual?"
Mr. B menjawab : "SEPULUH buah."
"Saya pergi ke sebuah wihara dan memperhatikan banyak peziarah yang
rambutnya acak-acakan karena angin kencang yang bertiup di luar wihara.
Biksu di dalam wihara itu mendengar saran saya dan membeli 10 sisir untuk
para peziarah agar mereka menunjukkan rasa hormat pada patung sang Buddha."

Kemudian, Pimpinan pewawancara bertanya pada Mr. C :
"Bagaimana dengan anda?"
Mr. C menjawab: "SERIBU buah!"
Si pewawancara dan dua orang pelamar yang lain terheran-heran.
Si pewawancara bertanya : "Bagaimana anda bisa melakukan hal itu?"
Mr. C menjawab:
"Saya pergi ke sebuah wihara terkenal. Setelah melakukan pengamatan
beberapa hari, saya menemukan bahwa banyak turis yang datang berkunjung ke
sana. Kemudian saya berkata pada biksu pimpinan wihara, 'Sifu, saya melihat
banyak peziarah yang datang ke sini. Jika sifu bisa memberi mereka sebuah
cindera mata, maka itu akan lebih menggembirakan hati mereka.' Saya bilang
padanya bahwa saya punya banyak sisir dan memintanya untuk membubuhkan
tanda tangan pada setiap sisir sebagai sebuah hadiah bagi para peziarah di
wihara itu. Biksu pimpinan wihara itu sangat senang dan langsung memesan
1,000 buah sisir!"

MORAL DARI CERITA

Universitas Harvard telah melakukan riset, dengan hasil :

1) 85% kesuskesan itu adalah karena SIKAP dan 15% adalah karena Kemampuan.
2) SIKAP itu lebih penting dari kepandaian, keahlian khusus dan
keberuntungan.

Dengan kata lain, pengetahuan profesional hanya menyumbang 15% dari sebuah
kesuksesan seseorang dan 85% adalah pemberdayaan diri, hubungan sosial dan
adaptasi. Kesuksesan dan kegagalan bergantung pada bagaimana sikap kita
menghadapi masalah.

Dalai Lama biasa berkata : "Jika anda hanya punya sebuah pelayaran yang
lancar dalam hidup, maka anda akan lemah. Lingkungan yang keras membantu
untuk membentuk pribadi anda, sehingga anda memiliki nyali untuk
menyelesaikan semua masalah."

"Anda mungkin bertanya mengapa kita selalu berpegang teguh pada harapan.
Ini karena harapan adalah : hal yang membuat kita bisa terus melangkah
dengan mantap, berdiri teguh - dimana pengharapan hanyalah sebuah awal.
Sedangkan segala sesuatu yang tidak diharapkan .... adalah hal yang akan
mengubah hidup kita." (Meredith Grey, Grey's Anatomy - Season 3)

Di saat keadaan ekonomi baik, banyak orang jatuh bangkrut. Tapi saat
keadaan ekonomi buruk, banyak jutawan baru yang bermunculan. Jadi, dengan
sepenuh hati terapkanlah SIKAP kerja yang benar 85%. Semoga hal ini
bermanfaat !"

Tony Soetiyoso
Cell # 0813-10299253

Kamis, 11 Juni 2009

Belajar Memimpin

Belajar Memimpin
Diterjemahkan Oleh : Suria - DSKU

Pada awal karirku di AD Amerika Serikat, aku ditugaskan di Fort Benning,
Georgia, dan menjalani Latihan Lanjutan Penerbangan selama satu bulan.
Suatu malam, kami harus terjun payung dari sebuah helicopter, sesudah
berjalan seharian penuh. Malam itu angin berhembus kencang dan hujan. Kami
pun telah kecapaian. Aku adalah perwira senior yang turut di pesawat
tersebut. Dalam kebisingan suara mesin heli, aku memerintahkan kepada
setiap orang untuk memeriksa ulang tali statis - kabel yang dikaitkan pada
lantai, yang akan membuka parasut pada saat kami terjun. Mendekati lokasi
penerjunan, aku berteriak agar semua memeriksa kaitan kembali.

Akhirnya, seperti nenek-nenek cerewet, aku berjalan diantara
prajurit-prajurit yang berhimpitan, memeriksa langsung setiap tali. Yang
mengejutkan, ada sebuah kait yang longgar. Aku menunjukkan tali yang
longgar tersebut pada wajah orang tersebut. Dia terkejut. Orang tersebut
akan terjun dari helicopter dan akan jatuh seperti sebuah batu. Orang
tersebut menggumamkan terima kasihnya. Pelajaran tersebut jelas. Saat-saat
stress, ketidak pastian dan kelelahan adalah saat-saat dimana
kesalahan-kesalahan terjadi.. Ketika semua dalam keadaan surut, pimpinan
harus hati-hati dua kali lipat. "SELALU MEMERIKSA HAL-HAL KECIL" menjadi
salah satu peraturanku.

Dalam 35 tahun karirku di AD, aku belajar banyak tentang kepemimpinan.
Pelajaran-pelajaran tersebut terasa sangat berguna bagiku ketika aku
berpangkat Letnan Dua, dan ketika aku menjadi Pimpinan Staf Gabungan,
ranking tertinggi jabatan militer di AS. Aku yakin berpendapat bahwa
"aturan" kepemimpinan ternyata secara mengherankan adalah sama untuk setiap
orang, apakah anda pimpinan sebuah unit militer, staf perusahaan atau team
Liga Kecil (Liga Baseball Anak-anak).

========

MEMBUAT KEPUTUSAN YANG SULIT

Pada tahun terakhirku di New York City College, aku diangkat menjadi
pimpinan kelompok Pershing Rifles, bagian dari kelompok mahasiswa Reserve
Officers' Traning Corps. Tahun sebelumnya, team latihan kami telah
memenangkan kejuaran biasa dan kejuaraan trick pada kompetisi regional. Aku
telah memimpin team latihan saat itu, jadi aku mengambil team biasa dan
menugaskan John rekanku untuk memimpin team trick.

Dari awal, aku telah merasa bahwa team trick kehilangan kekuatannya. John,
biasanya seorang pemimpin yang baik, menyurut karena masalah kekasihnya.
Anggota lain mengeluh bahwa pikiran John tidak pada pekerjaannya. Aku ingin
menugaskan rekan lain untuk team tersebut, tetapi John terus menerus
mengatakan "Aku dapat melakukannya". Sayangnya John gagal. Team biasa kami
menang tahun itu, tetapi kami kalah pada kompetisi trick. Aku marah,
terutama pada diriku sendiri. Aku telah mengecewakan team dan John juga,
dengan membiarkannya terus berjalan dengan dasar yang belum siap.

Hari itu, aku belajar bahwa SEBAGAI PEMEGANG WEWENANG, BERTUGAS MEMBUAT
KEPUTUSAN, TIDAK MASALAH BETAPAPUN SULITNYA. JIKA ADA YANG SALAH, PERBAIKI.
Seorang pimpinan tidak dapat membuat pengorbanan besar dalam situasi yang
buruk hanya karena demi perasaan seseorang.

=========

JANGAN MENGHUKUM SETIAP KESALAHAN

Dalam salah satu tugas pertamaku, sebagai Perwira Muda Infantry, aku
dikirim ke Infantry ke 48 dekat Frankfurt, Jerman. Saat itu, senjata utama
kami adalah Meriam Atom 280 mm. Dikawal oleh regu-regu infantry,
meriam-merian tersebut terus menerus dipindah-pindahkan disekeliling hutan
diatas truk, sehingga pihak Soviet sulit mengetahui posisi dari meriam
tadi.

Suatu hari Kapten Tom Miller menugaskan reguku untuk mengawal sebuah meriam
tersebut. Aku memepersiapkan anak buahku, dan mengendarai jeep-ku. Aku
belum jauh ketika kusadari pistol 45 ku hilang. Aku terkejut. Di AD,
kehilangan senjata adalah masalah serius. Aku tidak punya pilihan lain
kecuali menghubungi Kapten Miller di radio dan memberitahukan kehilangan
tersebut.

"Apa ?!?" katanya tidak percaya. Dia berhenti sejenak, kemudian menambahkan
"Baiklah, teruskan misi-mu".

Ketika aku kembali, bimbang menghadapi keputusan untukku, Kapten Miller
memanggilku. "Aku punya sesuatu untukmu", katanya memberikan pistolku.
"Beberapa anak di desa menemukannya pada saat terjatuh dari kantung
pistolmu".

"Anak-anak menemukannya ?" Aku merasa terkejut sekali.

"Yeah", katanya, "Untungnya mereka hanya menembakkan satu peluru sebelum
kami mendengar suara tembakan dan mengambil pistol itu". Kemungkinan bahaya
yang ditimbulkan membuatku lemas. "Demi Tuhan, Nak, jangan membiarkan hal
itu terulang lagi".

Dia menjalankan mobilnya. Aku memeriksa magazen pistolku dan ternyata masih
penuh. Pistol tersebut belum ditembakkan sekalipun. Kemudian aku mengetahui
bahwa pistol itu terjatuh ditendaku sebelum aku berangkat. Kapten Miller
telah mengarang cerita tentang anak-anak desa agar aku khawatir dan
berhati-hati sekali. Pada saat sekarang AD mungkin akan melakukan
penyidikan, memanggil pengacara, dan kemungkinan besar akan memberikan
tanda buruk pada catatanku. Kapten Miller memberiku kesempatan untuk
belajar dari kesalahanku.

Contoh yang diberikannya untuk kepemimpinan yang rapi tidak terhilangkan
padaku. TAK SEORANGPUN NAIK KEPUNCAK TANPA PERNAH TERGELINCIR. Jika
seseorang melakukan kesalahan, aku merasa tidak perlu menendangnya sebagai
hukuman. Falsafahku adalah : Angkat mereka, bersihkan, dan gerakkan
kembali.

=========

MILIKI TUJUAN YANG JELAS

Pada pertempuranku yang pertama, aku menjadi Advisor pada suatu Batalyon
Infantry Vietnam Selatan yang berkedudukan sepanjang perbatasan Laos.
Pimpinan Batalyon, Kapten Vo Cong Hieu, membawaku dalam suatu inspeksi
tidak resmi di base camp kami pada saat aku tiba. Sebuah gunung menjulang
tepat dibelakang pos kami. Aku menunjuk pada gunung tersebut, dan Vo
berkata sambil menyeringai, "Laos". Dari sisi gunung tersebut, musuh dapat
saja menjatuhkan batu-batu ke markas kami. Aku bertanya-tanya mengapa basis
tersebut didirikan pada titik yang begitu rawan.

"Pos yang sangat penting" kata Vo meyakinkanku.

"Apa misinya ?" tanyaku.

"Pos disini untuk melindungi lapangan terbang", katanya sambil menunjuk
heli yang baru terbang.

"Untuk apa lapangan terbang disini ?" tanyaku lagi.

"Untuk memberi supply ke pos ini".

Dari latihan militerku, aku mengetahui peran kami adalah membuat kesan
"kehadiran" dan membuat Viet Cong tidak bergerak lebih jauh. Tetapi
jawaban-jawaban dari Vo adalah kenyataan langsung. Pos disini untuk
melindungi lapangan terbang, dan lapangan terbang untuk memberi supply
kepada pos. Strategi AS yang lebih luas untuk Vietnam tidak pernah lebih
jelas, walaupun bertahun-tahun kemudian, yang menyebabkan kegagalan AS di
Vietnam sepuluh tahun kemudian. PIMPINAN HARUS MEMILIKI TUJUAN YANG JELAS
DAN MENCIPTAKAN CARA UNTUK MENCAPAI TUJUAN-TUJUAN TERSEBUT, atau mereka
cuma membuang waktu, sumber daya dan tragisnya, kehidupan.

===========

BUATLAH TEAM-MU MERASA PENTING

Ketika aku menjadi ajudan batalyon dari suatu unit baru, pekerjaanku adalah
menangani personel, surat dan "semangat dan kesejahteraan". Komandan-ku
adalah Kolonel William C. Abernathy, yang menugaskan pasukan bekerja keras
tetapi juga membuat mereka bersemangat tinggi.

Suatu hari, kolonel memintaku menyiapkan suatu sistem surat "Selamat Datang
Bayi". Setiap prajurit yang istrinya melahirkan, akan menerima surat
pribadi dari Komandan Batalyon yang memberi selamat kepada mereka. Surat
kedua disampaikan kepada si bayi langsung. Abernathy memintaku bahwa
surat-surat tersebut dikirimkan pada hari bayi tesebut dilahirkan.

Tidak antusias menjalankan tugas tersebut, aku berlambat-lambat dalam
mempersiapkan sistem tadi. Ketika Abernathy mengetahui hal tersebut, dia
menegurku dengan keras. Aku kembali ke kantorku dan segera menambahkan
Laporan Populasi dalam tugasku. Betapa herannya diriku, kami mendapat
feedback yang positif dari surat-surat tersebut. Para prajurit sangat
terkesan dengan perhatian dari Abernathy. Para Ibu menulis mereka merasa
sangat dihargai dianggap sebagai bagian dari kehidupan AD suami-suami
mereka.

Sebuah pelajaran baru didapat dan dicatat. CARILAH CARA UNTUK TURUN KE
BAWAH DAN MENYENTUH SETIAP ORANG PADA SUATU UNIT. BUAT MEREKA MERASA
PENTING DAN MENJADI BAGIAN DARI SESUATU YANG LEBIH BESAR DARI DIRI MEREKA.

==========

RAGUKAN PARA AHLI

Untuk suatu waktu di Vietnam aku menjadi Komandan dari Lapangan terbang Hue
Citadel. Seorang pilot jagoan menyebarkan isu bahwa Lapangan dipimpin oleh
seorang yang bukan penerbang dan menantangku untuk terbang akrobat
bersamanya. Egoku merasa ditantang, sehingga aku menerimanya. Segera
menjadi jelas bahwa jagoan ini mencoba menjatuhkanku atau mengeluarkan isi
perutku dari pesawat. Dia melakukan rol putaran, menukik tegak lurus dan
penerbangan akrobat lainnya yang memusingkan. Akhirnya, pada saat dia
terbang datar, aku melihat kebawah dan terkejut melihat suatu tanda daerah
yang asing - rel kerata api diatas bukit.

"Kau tahu dimana kita berada ?" aku berteriak.

"Sedikit disebelah utara Quang Tri", jawabnya meyakinkan.

"Tolol kau", teriakku kembali diantara deru angin. "Terbangkan pesawat ini
kembali ke selatan, dan keluarkan kita dari sini. Kita diatas Vietnam
Utara".

Ternyata aku benar, dan aku mengembangkan aturan baru : JANGAN TERDESAK
OLEH PARA AHLI, MEREKA SERING MEMILIKI LEBIH BANYAK DATA DARI PADA
PENILAIAN.

====

JANGAN PERNAH MENGECILKAN ANTUSIASME

Saat itu Pk.01.00 suatu pagi yang dingin di bulan April. Aku adalah Letnan
Kolonel yang membawahi suatu batalyon dalam suatu latihan di Korea. Selama
seminggu, kami tidur disiang hari dan latihan dimalam hari. Latihan
berakhir, dan para prajurit yang kelelahan rebahan ditanah, menunggu
diangkut oleh truk kembali ke camp. Kemudian aku menerima berita bahwa
Divisi kekurangan BBM untuk mengangkut batalyon kembali sejauh 20 mil ke
camp. Kami harus berjalan kaki. Para prajurit dengan kesusahan berdiri dan
mulai berjalan, terlalu capai untuk mengeluh. Kami sedang melalui suatu
desa Korea, ketika Kapten Harry "Skip" Mohr melambat untuk berbicara
padaku. "Hanya tinggal 12 mil lebih sedikit", katanya bersemangat. "Jika
kita berjalan cepat, kita dapat menyelesaikannya dalam 3 jam, dan kemudian
meminta kualifikasi untuk E.I.B.".

Mohr mengetahui aku sedang mencoba memasukkan sebanyak mungkin prajurit
untuk mendapatkan Expert Infantryman Badge (Badge / Tanda Infantry Ahli),
yang biasanya didapat oleh kurang dari satu diantara lima orang infantry.
Kami telah memenuhi persyaratan latihan fisik, disamping pembacaan peta,
navigasi dan test lainnya. Rintangan yang tersisa hanya pendakian 12 mil
dalam 3 jam. Aku melihat medan yang turun naik.

"Skip, kamu bercanda" kataku padanya.

"Pak, medan relatif datar hingga 2 mil terakhir. Saya mengetahui
orang-orang kita. Mereka dapat melakukannya".

Perintah untuk berjalan sesuai irama terdengar disana sini. Dalam dua jam
kemudian, parka terbuka, keringat mengucuri wajah pada malam yang beku, dan
gerakan dan bunyi nafas dari ratusan orang terdengar seperti angin. Kami
menghadapi satu bukit curam terakhir sebelum masuk ke camp. Aku tidak
mengetahui bagaimana orang-orang tersebut akan melakukannya.

Kemudian disebelah depan atas, aku mendengar suara-suara orang menghitung
irama, hingga bukit seakan bernyanyi nyanyian batalyon. Ketika kami melalui
gerbang memasuki camp, Komandan Jenderal keluar dari ruangannya mengenakan
baju mandinya, keheranan ketika 700 orang lewat dihadapannya. Lebih banyak
prajurit yang memenuhi kualifiaski EIB dari batalyon kami dibandingkan
dengan 3 batalyon yang lain. Dan pemandangan dari prajurit yang kelelahan
yang kemudian meleburkan diri menjadi suatu kesatuan yang bersemangat
adalah sebuah kenangan yang berharga dalam hidupku.

Selama bertahun-tahun dilapangan, aku mempelajari bagaimana prajurit AS
bergerak. Mereka akan menggerutu jika diberi beban berat. Mereka akan
besumpah lebih merasa senang berada ditempat lain. Tetapi pada sore hari,
mereka akan bertanya dengan bangga : "Baikkah apa yang telah kami lakukan
?" Mereka menghormati PIMPINAN YANG MEMBERI MEREKA STANDAR YANG TINGGI DAN
MEMBAWA MEREKA HINGGA BATAS KEMAMPUAN - selama mereka meilihat adanya
tujuan yang berharga bagi mereka.

Rabu, 10 Juni 2009

Berikan mereka sukses

Berikan Mereka Sukses
Oleh: Dr. Andar Ismail

Pada suatu hari iblis mencari seseorang yang semula murah hati untuk
dijadikan kikir, semula berserah untuk dijadikan serakah dan cepat marah.
Iblis memilih seorang petani yang sedang bekerja diladang. "Nah, petani
miskin ini akan kujadikan lebih miskin lagi. Pasti dia akan jadi kikir dan
serakah", pikir iblis itu.

Sebagai langkah pertama, iblis mencuri bekal makanan milik petani itu. Pada
waktu makan siang petani itu mencari-caril makanannya. Ia merasa heran :
"Aneh betul, makananku hilang. Aku akan lapar sepanjang hari ini. Mungkin
ada tetangga yang mencurinya. Biarlah, barangkali tetanggaku itu sedang
kesulitan makanan".

Iblis heran melihat reaksi petani yang begitu ikhlas dan damai. Rencananya
gagal. Dengan lesu ia melapor ke para iblis lain. Mereka langsung
menertawakan dia : "Tentu saja kau gagal. kalau mau bikin orang jadi kikir
dan serakah, jangan jadikan dia miskin. Jadikan dia kaya!".

Mulailah iblis menyusun rencana jangka panjang. Ia memberi kesuburan khusus
pada ladang petani itu. Ketika petani lain mengeluh akibat panen yang
gagal, petani yang satu itu justru berlimpah panennya. Lumbungnya penuh
dengan gandum. Petani miskin ini langsung menjadi kaya. Petani ini tidak
tau apa yang harus diperbuatnya dengan kelebihan gandumnya. Lalu iblis
memberi ilham. Gandum itu bisa dibuat menjadi minuman keras vodka. Ternyata
vodka bikinan petani ini laku di kota. Petani ini menjadi semakin kaya.
Untuk merayakan suksesnya, petani ini mengundang para tetangganya berpesta.
Vodka disajikan lalu orang mulai mabuk. Dalam keadaan mabuk, petani ini
menagih tetangga-tetangganya untuk mengembalikan gandum yang mereka pinjam.
Petani itu langsung marah ketika para tetangga belum sanggup membayar
akibat masa paceklik.

Ia memaki-maki : "Bayar! Awas kalau kamu tidak membayar. Itu gandumku, tau
? Gandum hasil keringatku!". Lalu merekapun mulai bertengkar. Kacaulah
pesta itu. Iblis mengintip dari jauh dengan senyum kemenangan. Sambil
menunjuk ia
berkata kepada iblis-iblis lain : "Lihat, itu dia orangnya. Dulu ketika
masih miskin, bekal makanannya ia ikhlaskan. Tetapi sekarang meski
lumbungnya sudah luber, ia begitu kikir".

Apa maksud Leo Tolstoy menuturkan cerita ini ? Leo Tolstoy (1828-1910)
adalah seorang bangsawan dan tuan tanah yang kaya raya di Rusia. Tetapi ia
tidak mau hidup sebagai orang kaya. Ia membagikan tanahnya kepada
petani-petani miskin. Ia belajar teologi dan menjadi pengarang. Untuk
kebutuhan hidupnya ia bercocok tanam dan membuat roti sendiri. Tolstoy
menekankan bahwa kedamaian adalah milik seseorang yang tidak terikat pada
harta benda. Seorang yang terbebas dari keserakahan. Seorang yang tidak
mengejar keberhasilan. Seorang yang bahagia. Tolstoy seakan-akan bertanya :
"Kapan petani ini berbahagia ?". Ia sendiri menjawab : "Sebelum petani ini
menjadi kaya". Semula pikiran petani ini bebas dari belenggu harta benda.
Hatinya damai. Ia tidak dikejar oleh keserakahan. Hubungannya dengan
tetangga adalah hubungan manusia dengan manusia. Tetapi kemudian
pikirannya dikuasai oleh harta benda. Hatinya tidak damai lagi. Hubungannya
dengan tetangga merosot menjadi hubungan antara pemilik benda dengan
peminjam benda. Dari luar tampaknya keluarga petani ini lebih beruntung
dari keluarga lain. Tetapi dari dalam keadaannya berbeda.

Tolstoy kemudian bercerita bahwa suasana keluarga yang semula tenang
kemudian menjadi tegang. Hanya karena istrinya menumpahkan sedikit vodka,
petani itu naik pitam bukan kepalang : "Bodoh! Kamu kira ini air hujan ?
Ini vodka. Ini mahal, tau ?"

Ada lagi isu teologis yang hendak diangkat oleh Tolstoy. Benarkah sukses
itu berkat dari Tuhan ? Belum tentu. Sukses belum tentu berasal dari Tuhan
sebab berkat Tuhan tidak selalu berbentuk sukses. Bisa jadi sukses
diberikan oleh iblis sebagai strategi untuk menjatuhkan kita. Entah apa
riwayat petani itu selanjutnya. Entah apa pula yang terjadi dengan iblis
ini. Bisa jadi iblis ini kemudian menjadi penceramah seminar di hotel-hotel
berbintang. Di situ ia memberi kiat kepada para iblis lain tentang metode
mengubah orang yang semula berserah menjadi orang yang serakah, yang semula
murah hati menjadi kikir, semula jujur menjadi korup dan jahat. Di setiap
seminar selalu ada peserta yang bertanya : "Apa kiatnya ?" Lalu dengan
senyum kemenangan Iblis menjawab : "Oh, saudaraku yang terkasih. Itu
gampang. Suruh mereka merindukan sukses. Ajak mereka berdoa minta sukses.
Lalu berikan sukses".

Selasa, 09 Juni 2009

FAN SHI GAN JI

FAN SHI GAN JI
Cerita klasik sederhana tentang kebijakan dan kesuksesan yang luar biasa. Karya ANDRIE WONGSO.

Alkisah, di sebuah kerajaan, sang raja ,memiliki kegemaran berburu. Suatu hari, ditemani penasehat dan pengawalnya raja pergi berburu ke hutan.Karena kurang hati-hati, terjadilah kecelakaan, jari kelingking raja terpotong oleh pisau yang sangat tajam.Raja bersedih dan meminta pendapat dari seorang penasihatnya.Sang penasehat mencoba menghibur dengan kata-kata manis, tapi raja tetap sedih.

Karena tidak tahu lagi apa yang mesti diucapkan untuk menghibur raja, akhirnya penasehat itu berkata: 'Baginda, FAN SHI GAN JI, apa pun yang terjadi patut disyukuri '.mendengar ucapan penasehatnya itu sang raja langsung marah besar. 'Kurang ajar ! Kena musibah bukan dihibur tapi malah disuruh bersyukur...!' Lalu raja memerintahkan pengawalnya untuk menghukum penasehat tadi dengan hukuman tiga tahun penjara.

Hari terus berganti. Hilangnya jari kelingking ternyata tidak membuat raja menghentikannya berburu. Suatu hari, raja bersama penasehatnya yang baru dan rombongan, berburu ke hutan yang jauh dari istana. Tidak terduga, saat berada di tengah hutan, raja dan penasehatnya tersesat dan terpisah dari rombongan. Tiba-tiba, mereka dihadang oleh orang-orang suku primitif. Keduanya lalu ditangkap dan diarak untuk dijadikan korban persembahan kepada para dewa.

Sebelum dijadikan persembahan kepada para dewa, raja dan penasehatnya dimandikan. Saat giliran raja yang dimandikan, ketehuan kalau salah satu jari kelingkingnya terpotong, yang diartikan sebagai tubuh yang cacat sehingga dianggap tidak layak untuk dijadikan persembahan kepada para dewa. Akhirnya, raja ditendang dan dibebaskan begitu saja oleh orang-orang primitif itu. Dan penasehat barulah yang dijadikan persembahan kepada para dewa.

Dengan susah payah. akhirnya raja berhasil keluar dari hutan dan kembali keistana. Setibanya diistana, raja langsung memerintahkan supaya penasehat yang dulu dijatuhinya hukuman penjara segera dibebaskan. 'Penasehat ku, aku berterimakasih kepada mu. Nasehatmu ternyata benar, apa pun yang terjadi kita patut bersyukur. Karena jari kelingkingku yang terpotong waktu itu, hari ini aku bisa pulang dengan selamat. . . . ' Kemudian, raja menceritakan kisah perburuannya waktu itu secara lengkap.

Setelah mendengar cerita sang raja, buru-buru sipenasehat berlutut sambil berkata: 'Terima kasih baginda.Saya juga bersyukur baginda telah memenjarakan saya waktu itu. Karena jika tidak, mungkin sekarang ini, sayalah yang menjadi korban dipersembahkan kepada dewa oleh orang-orang primitif.'

Cerita di atas mengajarkan suatu nilai yang sangat mendasar, yaitu FAN SHI GAN JI, apa pun yang terjadi, selalu bersyukur, saat kita dalam kondisi maju dan sukses, kita patut bersyukur, saat musibah datang pun kita tetap bersyukur. Dalam proses kehidupan ini, memang tidak selalu bisa berjalan mulus seperti yang kita harapkan. Kadang kita di hadapkan pada kenyataan hidup berupa kekhilafan, kegagalan, penipuan,fitnahan, penyakit, musibah, kebakaran, bencana alam, dan lain sebagainya.

Manusia dengan segala kemajuan berpikir, teknologi, dan kemampuan antisipasinya, senantiasa berusaha mengantisipasi adanya potensi-potensi kegagalan, bahaya, atau musibah. Namun kenyataannya, tidak semua aspek bisa kita kuasai. Ada wilayah 'X' yang keberadaan dan keberlangsungannya sama sekali di luar kendali manusia. Inilah wilatah Tuhan Yang Maha kuasa dengan segala misterinya.

Sebagai makhluk berakal budi, wajar kita berusaha menghindarkan segala bentuk marabahaya. Tetapi jika marabahaya datang dan kita lagi mampu untuk mengubahnya, maka kita harus belajar dengan rasa syukur dan jiwa yang besar untuk menerimanya. Dengan demikian beban penderitaan mental akan jauh terasa lebih ringan, kalau tidak, kita akan mengalami penderitaan mental yang berkepanjangan. Sungguh, bisa bersyukur dalam keadaan apapun merupakan kekayaan jiwa.

Maka saya sangat setuju sekali dengan kata bijak yang mengatakan KEBAHAGIAAN DAN KEKAYAAN SEJATI ADA DI RASA BERSYUKUR. . . .
 

 

Kejujuran

Kejujuran
Jakarta, 12 Mei 2009

Oleh Chappy Hakim

Pada tahun 1969, saya mengikuti latihan para dasar, terjun payung statik di
pangkalan Udara Margahayu Bandung. Menjalani latihan yang cukup berat
bersama dengan lebih kurang 120 orang dan ditampung dalam dua barak panjang
tempat latihan terjun tempur.

Setiap makan pagi, siang dan malam hari yang dilaksanakan di barak, kami
memperoleh makanan ransum latihan yang diberikan dengan ompreng dan atau
rantang standar prajurit. Di ujung barak tersedia drum berisi sayur, dan di
sampingnya ada sebuah karung plastik berisi kerupuk - milik seorang ibu
setengah baya warga sekitar asrama prajurit yang dijual kepada siapa saja
yang merasa perlu untuk menambah lauk makanan jatah yang terasa kurang
lengkap bila tidak ada kerupuk -. Sang ibu paruh baya ini, tidak pernah
menunggu barang dagangannya.

Setiap pagi, siang dan malam menjelang waktu makan dia meletakkan karung
plastik berisi krupuk dan di sampingnya diletakkan pula kardus bekas rinso
untuk uang, bagi orang yang membeli kerupuknya. Nanti setelah selesai waktu
makan dia datang dan mengemasi karung plastik dengan sisa kerupuk dan
kardus berisi uang pembayar kerupuk.

Iseng-iseng saya tanyakan, apakah ada yang nggak bayar Bu? Jawabannya cukup
mengagetkan, dia percaya kepada semua siswa latihan terjun, karena dia
sudah bertahun-tahun berdagang kerupuk di barak tersebut dengan cara
demikian. Hanya meletakkan saja, tidak ditunggu dan nanti setelah semuanya
selesai makan dia baru datang lagi untuk mengambil sisa kerupuk dan uang
hasil jualannya. Selama itu, dia tidak pernah mengalami defisit. Artinya
tidak ada satu pun pembeli kerupuk yang tidak bayar. Setiap orang memang
dengan kesadaran mengambil kerupuk, lalu membayar sesuai harganya. Bila dia
harus bayar dengan uang yang ada kembaliannya, dia bayar dan mengambil
sendiri uang kembaliannya di kotak rinso kosong tersebut.

Demikian seterusnya. Beberapa pelatih terjun, bercerita bahwa dalam
pengalamannya, semua siswa terjun payung yang berlatih di situ dan menginap
di barak latihan tidak ada yang berani mengambil kerupuk dan tidak bayar.
Mereka takut, bila melakukan itu, khawatir payung nya tidak mengembang dan
akan terjun bebas serta mati berkalang tanah.

Sampai sekarang, saya selalu berpikir bahwa, orang sebenarnya bisa jujur
dan dapat dipercaya, jika pintu kematian berada di depan wajahnya. Yang
saya pikirkan, bagaimana caranya membuat manusia setiap saat berada dalam
kondisi atau suasana latihan terjun, mungkinkah ?

Kamis, 04 Juni 2009

Tikus pun berfilsafat

Tikus pun berfilsafat

Didalam sebuah hutan, hiduplah seekor tikus ahli filsafat. Ia mengetahui
satu hal yang tidak pernah diketahui hewan-hewan lain. Ia yakin bahwa
gelisah bisa membunuh seseorang. Sebab, gelisah bisa membunuh kebahagiaan,
memadamkan kilauan cahaya dan menghilangkan kenyamanan. Selain itu,
kegelisahan juga bisa menghancurkan akal, hati dan fisik.

Pada suatu hari, ia ingin mengajari teman-teman dan anak-anaknya dengan
pelajaran tersebut. Tetapi sang tikus tidak ingin pelajarannya sekadar
didengar dan dihafal saja. Ia ingin pelajaran itu dipraktekkan dan tertanam
dalam sanubari.

Ketika sedang berceramah dihadapan hewan-hewan tersebut, tiba-tiba
muncullah seekor singa. Tikus sang filosof kemudian
berkata, "Tuan singa, aku hendak mengatakan sesuatu. Aku berharap engkau
mau memberikan jaminan keamanan kepadaku."

Sang singa menjawab, "Aku menjamin keamananmu, wahai tikus yang pemberani."

Tikus kemudian berkata, "Di hadapan semua hewan-hewan ini, aku hendak
menyatakan bahwa aku mampu membunuhmu jika engkau memberiku waktu selama
sebulan penuh. Seluruh penghuni hutan ini akan melihat hal itu."

Mendengar hal itu, sang singa langsung tertawa. Dengan nada mengejek, dia
berkata, "Engkau mau membunuhku?"

"Benar", jawab filosof tikus mantap dan percaya diri.

"Aku setuju. Tetapi jika engkau tidak bisa melakukannya, engkau akan
kupancung di depan semua hewan. Waktunya sebulan mulai dari sekarang."

"Baik, aku setuju."

Sepuluh hari telah berlalu dan singa sama sekali tidak pernah memikirkan
ancaman tikus tersebut. Akan tetapi, beberapa hari kemudian, terbersit
dalam hatinya, "Apa yang sebenarnya hendak dilakukan oleh tikus itu? Kenapa
ia kelihatan begitu meyakinkan? Bagaimana kalau ancaman itu benar-benar
terjadi?"

Beberapa saat kemudian ia tertawa jungkir balik sambil berkata, "Bagaimana
mungkin si tikus mampu membunuhku sedangkan aku punya anak-anak yang akan
membelaku? Walaupun ia mengerahkan seluruh tikus yang ada sekalipun, tidak
mungkin bisa membunuhku."

Beberapa hari kemudian, bisikan tersebut kembali hadir dalam benaknya.
Untuk kali ini, ia merasakan bahwa bisikan tersebut
terasa lebih kuat dari sebelumnya.

Waktu terus berjalan dan batas waktu yang ditentukan hampir berakhir.
Sementara itu, sang tikus tidak datang untuk mencabut pernyataannya ataupun
menyerah. Justru, filosof tikus malah terus mengumumkan ancamannya ke
seluruh
penghuni hutan.

Melihat kenyataan tersebut, sang singa terus berpikir, "Apakah filosof
tikus mempunyai senjata yang ampuh atau telah mengumpulkan kekuatan yang
luar biasa, atau membuat jebakan yang mematikan?"

Hari demi hari berganti dan pikiran-pikiran tersebut selalu muncul hingga
membuat singa tidak doyan makan dan minum. Dia selalu memikirkan nasib dan
akhir yang begitu mengerikan, seperti ancaman tikus tersebut.

Sebelum hari yang ditentukan tiba, tepatnya pada pagi hari yang keduapuluh
lima, hewan-hewan menemukan singa tersebut telah mati di dalam sarangnya.

Dia telah terbunuh oleh perasaan was-was dan ketakutan. Daging dan lemaknya
telah terbakar oleh kesedihan yang ia rasakan, padahal sang tikus tidak
pernah melakukan tipu muslihat atau merancang persengkongkolan apapun. Ia
hanya mengetahui sebuah rahasia, bahwa menunggu musibah, memperkirakan
bencana dan was-was terhadap sebuah tragedi adalah senjata ampuh yang bisa
membunuh jagoan pemberani ataupun sang perkasa yang tidak punya rasa takut.

Jangan pernah menyia-nyiakan waktu. Kebanyakan orang tidak pernah
menghiraukan hari-hari yang dijalaninya, karena sibuk untuk masa depan.
Cita-cita telah membuatnya lupa manisnya kehidupan yang sedang dia jalani.
Yang ada hanyalah ketakutan akan masa depan. Mereka selalu resah dengan
hari-hari yang akan datang.

Mereka selalu berpikir bagaimana seandainya kehilangan pekerjaan ?
Bagaimana dia akan memberi makan anak-anak ? Apa yang akan dia katakan
kepada teman-teman ? Serta bagaimana nasibnya kemudian ?

Kalau kegelisahan mengenai hal-hal tersebut mampu diatasi, dia akan
memikirkan hal-hal lain. Bagaimana seandainya dia menderita sakit, buta
atau kaki buntung ? Bagaimana bentuk tubuhnya nanti ? Bagaimana dia akan
menanggung semua itu ?

Yang ada di dalam kepala hanyalah musibah dan musibah. Barangkali, mobil
yang dinaiki akan mengalami kecelakaan, barangkali pesawat yang ditumpangi
akan jatuh, barangkali kapal yang ia naiki akan tenggelam dan barangkali
saja bangunan tempat dia tinggal akan runtuh.

Dia pun takut kalau sampai hal-hal yang tidak diinginkan tersebut terjadi.
Orang seperti ini akan menjadi mangsa empuk serigala buas bernama
kegelisahan dan makanan lezat hantu bernama kesedihan.

Sumber : Unknown

Kurang percaya diri

Kurang percaya diri

Di sebuah perusahaan rel kereta api ada seorang pegawai, namanya Nick. Dia sangat rajin bekerja, dan sangat bertanggung jawab, tetapi dia mempunyai satu kekurangan, yaitu dia tidak mempunyai harapan apapun terhadap hidupnya, dia melihat dunia ini dengan pandangan tanpa harapan sama sekali.

Pada suatu hari semua karyawan bergegas untuk merayakan ulang tahun bos mereka, semuanya pulang lebih awal dengan cepat sekali. Yang tidak sengaja terjadi adalah, Nick terkunci di sebuah mobil pengangkut es yang belum sempat dibetulkan. Nick berteriak, memukul pintu dengan keras, semua orang di kantor sudah pergi merayakan ulang tahun bosnya maka tidak ada yang mendengarnya.

Tangannya sudah memar memukul pintu mobil itu, suaranya sudah serak akibat berteriak terus, tetapi tetap tidak ada orang yang mempedulikannya, akhirnya dia duduk di dalam sambil menghelakan nafas yang panjang. Semakin dia berpikir semakin dia merasa takut, dalam hatinya dia berpikir: Dalam mobil pengangkut es suhunya pasti di bawah 0 derajat, kalau dia tidak segera keluar dari situ, pasti akan mati kedinginan. Dia terpaksa dengan tangan yang gemetar, mencari secarik kertas dan sebuah bolpen, menuliskan surat wasiatnya.

Keesokkan harinya, semua karyawan pun datang bekerja. Mereka membuka pintu mobil pengangkut es tersebut, dan sangat terkejut menemukan Nick yang terbaring di dalam. Mereka segera mengantarkan Nick untuk ditolong, tetapi dia sudah tidak bernyawa lagi.

Tetapi yang paling mereka kagetkan adalah, listrik mobil untuk menghidupkan mesin itu tidak dihubungkan, dalam mobil yang besar itu juga ada cukup oksigen untuknya, yang paling mereka herankan adalah suhu dalam mobil itu hanya 28 derajat saja, tetapi Nick malah mati "kedinginan"!!

Nick bukanlah mati karena suhu dalam mobil terlalu rendah, dia mati karena kepercayaannya bahwa dia akan mati. Dia sudah menjatuhkan hukuman mati pada dirinya sendiri, bagaimana dapat hidup terus ?

Percaya pada diri sendiri adalah sebuah semangat. Orang yang mempunyai rasa percaya diri tidak akan langsung putus asa begitu saja, dia tidak akan langsung berubah sedih terhadap keadaan hidupnya yang berjalan kurang lancar. Tanyalah pada diri kita sendiri, apakah kita sendiri sering langsung memutuskan bahwa kita tidak mampu untuk mengerjakan suatu hal, sehingga kita kehilangan banyak kesempatan untuk menjadi sukses ? Kehilangan banyak kesempatan untuk belajar mandiri ? Untuk menjadi lebih mengerti kehidupan ini ?

Yang mempengaruhi semangat kamu bukanlah faktor-faktor dari luar, melainkan hatimu sendiri. Sebelum berusaha sudah dikalahkan oleh diri kita sendiri, biarpun ada banyak bantuan yang tertuju pada dirimu tetap tidak akan membantu.

Selasa, 02 Juni 2009

Kasus Prita : sudah jatuh ketimpa tangga.

Dear all.
Di bawah ini adalah tulisan Prita di Detik.com yang membawa dia berurusan
dengan polisi dan dimasukkan bui. Kalau kita baca tulisannya kita akan
cenderung simpati padanya. Tetapi faktanya dia kalah dalam peradilan
perdata. Dus, secara hukum dia "salah". Karena itu, kasus ini bisa jadi
pembelajaran bagi kita. Hati-hati menulis di milis, karena kalau ada yang
tersinggung anda bisa dituntut dan diseret ke penjara. Sayang saya tidak
punya arsip sanggahan dari RS. Kalau ada teman-teman yang punya bisa
dishare di milis supaya kita punya data yang seimbang.

Salam,
PDS

===================================
Jangan sampai kejadian saya ini akan menimpa ke nyawa manusia lainnya.
Terutama anak-anak, lansia, dan bayi. Bila anda berobat berhati-hatilah
dengan kemewahan rumah sakit (RS) dan title international karena semakin
mewah RS dan semakin pintar dokter maka semakin sering uji coba pasien,
penjualan obat, dan suntikan.

Saya tidak mengatakan semua RS international seperti ini tapi saya
mengalami kejadian ini di RS Omni International. Tepatnya tanggal 7 Agustus
2008 jam 20.30 WIB. Saya dengan kondisi panas tinggi dan pusing kepala
datang ke RS OMNI Internasional dengan percaya bahwa RS tersebut
berstandard International, yang tentunya pasti mempunyai ahli kedokteran
dan manajemen yang bagus.

Saya diminta ke UGD dan mulai diperiksa suhu badan saya dan hasilnya 39
derajat. Setelah itu dilakukan pemeriksaan darah dan hasilnya adalah
thrombosit saya 27.000 dengan kondisi normalnya adalah 200.000. Saya
diinformasikan dan ditangani oleh dr Indah (umum) dan dinyatakan saya wajib
rawat inap. dr I melakukan pemeriksaan lab ulang dengan sample darah saya
yang sama dan hasilnya dinyatakan masih sama yaitu thrombosit 27.000.

dr I menanyakan dokter specialist mana yang akan saya gunakan. Tapi, saya
meminta referensi darinya karena saya sama sekali buta dengan RS ini. Lalu
referensi dr I adalah dr H. dr H memeriksa kondisi saya dan saya menanyakan
saya sakit apa dan dijelaskan bahwa ini sudah positif demam berdarah.

Mulai malam itu saya diinfus dan diberi suntikan tanpa penjelasan atau izin
pasien atau keluarga pasien suntikan tersebut untuk apa. Keesokan pagi, dr
H visit saya dan menginformasikan bahwa ada revisi hasil lab semalam. Bukan
27.000 tapi 181.000 (hasil lab bisa dilakukan revisi?). Saya kaget tapi dr
H terus memberikan instruksi ke suster perawat supaya diberikan berbagai
macam suntikan yang saya tidak tahu dan tanpa izin pasien atau keluarga
pasien.

Saya tanya kembali jadi saya sakit apa sebenarnya dan tetap masih sama
dengan jawaban semalam bahwa saya kena demam berdarah. Saya sangat khawatir
karena di rumah saya memiliki 2 anak yang masih batita. Jadi saya lebih
memilih berpikir positif tentang RS dan dokter ini supaya saya cepat sembuh
dan saya percaya saya ditangani oleh dokter profesional standard
Internatonal.

Mulai Jumat terebut saya diberikan berbagai macam suntikan yang setiap
suntik tidak ada keterangan apa pun dari suster perawat, dan setiap saya
meminta keterangan tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan. Lebih terkesan
suster hanya menjalankan perintah dokter dan pasien harus menerimanya. Satu
boks lemari pasien penuh dengan infus dan suntikan disertai banyak ampul.

Tangan kiri saya mulai membengkak. Saya minta dihentikan infus dan suntikan
dan minta ketemu dengan dr H. Namun, dokter tidak datang sampai saya
dipindahkan ke ruangan. Lama kelamaan suhu badan saya makin naik kembali ke
39 derajat dan datang dokter pengganti yang saya juga tidak tahu dokter
apa. Setelah dicek dokter tersebut hanya mengatakan akan menunggu dr H
saja.

Esoknya dr H datang sore hari dengan hanya menjelaskan ke suster untuk
memberikan obat berupa suntikan lagi. Saya tanyakan ke dokter tersebut saya
sakit apa sebenarnya dan dijelaskan saya kena virus udara. Saya tanyakan
berarti bukan kena demam berdarah. Tapi, dr H tetap menjelaskan bahwa demam
berdarah tetap virus udara. Saya dipasangkan kembali infus sebelah kanan
dan kembali diberikan suntikan yang sakit sekali.

Malamnya saya diberikan suntikan 2 ampul sekaligus dan saya terserang sesak
napas selama 15 menit dan diberikan oxygen. Dokter jaga datang namun hanya
berkata menunggu dr H saja.

Jadi malam itu saya masih dalam kondisi infus. Padahal tangan kanan saya
pun mengalami pembengkakan seperti tangan kiri saya. Saya minta dengan
paksa untuk diberhentikan infusnya dan menolak dilakukan suntikan dan
obat-obatan.

Esoknya saya dan keluarga menuntut dr H untuk ketemu dengan kami. Namun,
janji selalu diulur-ulur dan baru datang malam hari. Suami dan kakak-kakak
saya menuntut penjelasan dr H mengenai sakit saya, suntikan, hasil lab awal
yang 27.000 menjadi revisi 181.000 dan serangan sesak napas yang dalam
riwayat hidup saya belum pernah terjadi. Kondisi saya makin parah dengan
membengkaknya leher kiri dan mata kiri.

dr H tidak memberikan penjelasan dengan memuaskan. Dokter tersebut malah
mulai memberikan instruksi ke suster untuk diberikan obat-obatan kembali
dan menyuruh tidak digunakan infus kembali. Kami berdebat mengenai kondisi
saya dan meminta dr H bertanggung jawab mengenai ini dari hasil lab yang
pertama yang seharusnya saya bisa rawat jalan saja. dr H menyalahkan bagian
lab dan tidak bisa memberikan keterangan yang memuaskan.

Keesokannya kondisi saya makin parah dengan leher kanan saya juga mulai
membengkak dan panas kembali menjadi 39 derajat. Namun, saya tetap tidak
mau dirawat di RS ini lagi dan mau pindah ke RS lain. Tapi, saya
membutuhkan data medis yang lengkap dan lagi-lagi saya dipermainkan dengan
diberikan data medis yang fiktif.

Dalam catatan medis diberikan keterangan bahwa bab (buang air besar) saya
lancar padahal itu kesulitan saya semenjak dirawat di RS ini tapi tidak ada
follow up-nya sama sekali. Lalu hasil lab yang diberikan adalah hasil
thrombosit saya yang 181.000 bukan 27.000.

Saya ngotot untuk diberikan data medis hasil lab 27.000 namun sangat
dikagetkan bahwa hasil lab 27.000 tersebut tidak dicetak dan yang tercetak
adalah 181.000. Kepala lab saat itu adalah dr M dan setelah saya komplain
dan marah-marah dokter tersebut mengatakan bahwa catatan hasil lab 27.000
tersebut ada di Manajemen Omni. Maka saya desak untuk bertemu langsung
dengan Manajemen yang memegang hasil lab tersebut.

Saya mengajukan komplain tertulis ke Manajemen Omni dan diterima oleh
Og(Customer Service Coordinator) dan saya minta tanda terima. Dalam tanda
terima tersebut hanya ditulis saran bukan komplain. Saya benar-benar
dipermainkan oleh Manajemen Omni dengan staff Og yang tidak ada service-nya
sama sekali ke customer melainkan seperti mencemooh tindakan saya meminta
tanda terima pengajuan komplain tertulis.

Dalam kondisi sakit saya dan suami saya ketemu dengan Manajemen. Atas nama
Og (Customer Service Coordinator) dan dr G (Customer Service Manager) dan
diminta memberikan keterangan kembali mengenai kejadian yang terjadi dengan
saya.
Saya benar-benar habis kesabaran dan saya hanya meminta surat pernyataan
dari lab RS ini mengenai hasil lab awal saya adalah 27.000 bukan 181.000.
Makanya saya diwajibkan masuk ke RS ini padahal dengan kondisi thrombosit
181.000 saya masih bisa rawat jalan.

Tanggapan dr G yang katanya adalah penanggung jawab masalah komplain saya
ini tidak profesional sama sekali. Tidak menanggapi komplain dengan baik.
Dia mengelak bahwa lab telah memberikan hasil lab 27.000 sesuai dr M
informasikan ke saya. Saya minta duduk bareng antara lab, Manajemen, dan dr
H. Namun, tidak bisa dilakukan dengan alasan akan dirundingkan ke atas
(Manajemen) dan berjanji akan memberikan surat tersebut jam 4 sore.

Setelah itu saya ke RS lain dan masuk ke perawatan dalam kondisi saya
dimasukkan dalam ruangan isolasi karena virus saya ini menular. Menurut
analisa ini adalah sakitnya anak-anak yaitu sakit gondongan namun sudah
parah karena sudah membengkak. Kalau kena orang dewasa laki-laki bisa
terjadi impoten dan perempuan ke pankreas dan kista.
Saya lemas mendengarnya dan benar-benar marah dengan RS Omni yang telah
membohongi saya dengan analisa sakit demam berdarah dan sudah diberikan
suntikan macam-macam dengan dosis tinggi sehingga mengalami sesak napas.
Saya tanyakan mengenai suntikan tersebut ke RS yang baru ini dan memang
saya tidak kuat dengan suntikan dosis tinggi sehingga terjadi sesak napas.

Suami saya datang kembali ke RS Omni menagih surat hasil lab 27.000
tersebut namun malah dihadapkan ke perundingan yang tidak jelas dan meminta
diberikan waktu besok pagi datang langsung ke rumah saya. Keesokan paginya
saya tunggu kabar orang rumah sampai jam 12 siang belum ada orang yang
datang dari Omni memberikan surat tersebut.

Saya telepon dr G sebagai penanggung jawab kompain dan diberikan keterangan
bahwa kurirnya baru mau jalan ke rumah saya. Namun, sampai jam 4 sore saya
tunggu dan ternyata belum ada juga yang datang ke rumah saya. Kembali saya
telepon dr G dan dia mengatakan bahwa sudah dikirim dan ada tanda terima
atas nama Rukiah.

Ini benar-benar kebohongan RS yang keterlaluan sekali. Di rumah saya tidak
ada nama Rukiah. Saya minta disebutkan alamat jelas saya dan mencari
datanya sulit sekali dan membutuhkan waktu yang lama. LOgkanya dalam tanda
terima tentunya ada alamat jelas surat tertujunya ke mana kan? Makanya saya
sebut Manajemen Omni pembohon besar semua. Hati-hati dengan permainan
mereka yang mempermainkan nyawa orang.

Terutama dr G dan Og, tidak ada sopan santun dan etika mengenai pelayanan
customer, tidak sesuai dengan standard international yang RS ini cantum.

Saya bilang ke dr G, akan datang ke Omni untuk mengambil surat tersebut dan
ketika suami saya datang ke Omni hanya dititipkan ke resepsionis saja dan
pas dibaca isi suratnya sungguh membuat sakit hati kami.

Pihak manajemen hanya menyebutkan mohon maaf atas ketidaknyamanan kami dan
tidak disebutkan mengenai kesalahan lab awal yang menyebutkan 27.000 dan
dilakukan revisi 181.000 dan diberikan suntikan yang mengakibatkan kondisi
kesehatan makin memburuk dari sebelum masuk ke RS Omni.

Kenapa saya dan suami saya ngotot dengan surat tersebut? Karena saya ingin
tahu bahwa sebenarnya hasil lab 27.000 itu benar ada atau fiktif saja
supaya RS Omni mendapatkan pasien rawat inap.

Dan setelah beberapa kali kami ditipu dengan janji maka sebenarnya adalah
hasil lab saya 27.000 adalah fiktif dan yang sebenarnya saya tidak perlu
rawat inap dan tidak perlu ada suntikan dan sesak napas dan kesehatan saya
tidak makin parah karena bisa langsung tertangani dengan baik.

Saya dirugikan secara kesehatan. Mungkin dikarenakan biaya RS ini dengan
asuransi makanya RS ini seenaknya mengambil limit asuransi saya semaksimal
mungkin. Tapi, RS ini tidak memperdulikan efek dari keserakahan ini.

Sdr Og menyarankan saya bertemu dengan direktur operasional RS Omni (dr B).
Namun, saya dan suami saya sudah terlalu lelah mengikuti permainan
kebohongan mereka dengan kondisi saya masih sakit dan dirawat di RS lain.

Syukur Alhamdulilah saya mulai membaik namun ada kondisi mata saya yang
selaput atasnya robek dan terkena virus sehingga penglihatan saya tidak
jelas dan apabila terkena sinar saya tidak tahan dan ini membutuhkan waktu
yang cukup untuk menyembuhkan.

Setiap kehidupan manusia pasti ada jalan hidup dan nasibnya masing-masing.
Benar. Tapi, apabila nyawa manusia dipermainkan oleh sebuah RS yang
dipercaya untuk menyembuhkan malah mempermainkan sungguh mengecewakan.
Semoga Allah memberikan hati nurani ke Manajemen dan dokter RS Omni supaya
diingatkan kembali bahwa mereka juga punya keluarga, anak, orang tua yang
tentunya suatu saat juga sakit dan membutuhkan medis. Mudah-mudahan tidak
terjadi seperti yang saya alami di RS Omni ini.

Saya sangat mengharapkan mudah-mudahan salah satu pembaca adalah karyawan
atau dokter atau Manajemen RS Omni. Tolong sampaikan ke dr G, dr H, dr M,
dan Og bahwa jangan sampai pekerjaan mulia kalian sia-sia hanya demi
perusahaan Anda. Saya informasikan juga dr H praktek di RSCM juga. Saya
tidak mengatakan RSCM buruk tapi lebih hati-hati dengan perawatan medis
dari dokter ini.

Salam,
Prita Mulyasari
Alam Sutera
prita.mulyasari@yahoo.com
081513100600

Senin, 01 Juni 2009

Ikan sapu-sapu

IKAN SAPU SAPU

Sudah satu minggu ini ikan sapu-sapuku meninggal dunia. Sejak saat dia
meninggalkan akuariumku, baru tiga hari saja tidak dibersihkan, lumut
pasti akan bermunuculan di akuarium kesayanganku. Aku tidak ada waktu
untuk membersihkan lumut-lumut itu dan juga tidak ada waktu untuk
membeli ikan sapu-sapu yang baru. Suatu hari kudapati lumut sudah
memenuhi kaca bagian dalam akuariumku. Aku berpikir, ini tidak bisa
dibiarkan. Keindahan ikan-ikan koki ku akan tersembunyi jika
lumut-lumut itu kurelakan tumbuh dengan sehatnya menemani mereka.
Ikan-ikan sapu-sapu, bisa menjadi solusi untuk membantuku membersihkan
lumut- lumut itu. Sapu-sapu adalah ikan yang makanan utamanya adalah
lumut dalam akuarium atau kolam ikan.

Di sela-sela sempitnya waktuku, sepulang kerja kuluangkan waktu untuk
mampir ke toko ikan dekat rumahku. Aku berkeliling mencari ikan hitam
yang tidak menarik dan berkulit kasar itu. Akhirnya kutemukan satu
ikan sapu-sapu yang tidak begitu suram kulitnya, walaupun tetap tidak
indah dipandang mata dan tetap saja kulitnya akan kasar. "Berapa Pak,
harganya?" tanyaku pada si penjual ikan itu. "Tujuh ratus lima puluh
rupiah, Mbak," jawab si penjual itu. Segera kusodorkan uang dan
setelah itu langsung ku tapakkan kakiku menuju rumah.

Ikan sapu-sapu itu lalu aku cemplungkan ke dalam akuarium. Dengan
sigap dan bagai habis lepas dari kurungan ikan itu langsung meliuk-
liuk. Dan ... betapa senangnya dia menemukan sebuah sisi kaca yang
penuh dengan lumut. Ikan itu langsung menempel di kaca penuh lumut
tersebut. Tidak peduli dengan ikan-ikan kokiku yang seakan sedang
mengerumuni ikan sapu-sapu itu untuk berkenalan.Lagi-lagi karena tidak
ada waktu, ikan itu memang hanya kucemplungkan dulu tanpa kubersihkan
akuariumnya. Pikirku weekend nanti pasti aku ada waktu.

Keesokan harinya, saat akan berangkat ke kantor, kusempatkan menyapa
ikan-ikan kokiku. Wow, pagi ini mereka tampak begitu indah .... Tapi
bukankah memang ikan kokiku itu warnanya indah. Ehhh ... tapi kok lain
ya? Warnanya bukan saja indah, tapi begitu bersinar. Terus kuamati
ikan-ikan kokiku dengan sirip mereka yang panjang bagaikan kain sutera
yang berkibar-kibar seolah ditiup angin. Terus kuperhatikan mereka
karena terlalu indah bagiku untuk kutinggalkan.

Saat pandanganku tertuju di pojok akuariumku, ada seekor ikan hitam
yang tidak bersinar sama sekali. Dia seolah sedang menepi dalam
dunianya sendiri dan takut untuk bergabung dengan koki-koki indah itu.
Aku tersadar .... Ya, ikan-ikan kokiku terlihat begitu indah dan
bersinar bukan karena ikan-ikan itu yang berubah, tetapi keadaan di
sekitar merekalah yang berubah. Lumut-lumut yang membuat kaca
akuariumku buram sudah lenyap! Ya, lenyap! Kaca akuariumku kembali
bening sehingga ikan-ikan indahku terlihat semakin indah. Ikan yang
tidak menarik yang kubeli kemarin dengan harga murah itu telah melahap
habis lumur-lumut itu. Memang untuk itulah ikan itu kubeli, tetapi aku
tidak tahu akan mendapat ketakjuban yang luar biasa seperti ini.

Kupandangi kembali ikan hitam yang sedang menyendiri itu. Dia yang
tidak menarik itu telah membuat sesuatu yang indah untukku pagi ini.
Ikan sapu-sapu sangatlah tidak menarik. Dia tidak punya kelebihan
fisik yang dapat dibanggakan. Harganya pun sangat murah. Tetapi, Tuhan
memberikan kelebihan luar biasa pada dia. Dia dapat membersihkan
permukaan kaca yang begitu kotor menjadi bening kembali. Itulah yang
membuat ikan sapu-sapu begitu dicari-cari oleh siapa saja yang ingin
akuarium atau kolam ikannya terbebas dari lumut.

Aku ingat diriku. Begitu banyak protesku pada Tuhan karena merasa aku
tidak memiliki kelebihan dari segala sisi. Tuhan memakai ikan kecil
itu untuk menyadarkan aku, Aku masih terpaku di depan akuariumku. Aku
masih menatap ikan kecil yang tidak menarik itu. Aku seperti menatap
diriku. Hari ini Tuhan memberikan aku pelajaran indah dari seekor
ikan. Hari ini, Tuhan tidak ingin aku semakin tenggelam dalam
pencarian arti hidupku di dunia ini.

Aku berarti bagi-Nya, aku berharga bagi-Nya. Dalam pandangan mata aku
memang tidak semenarik mereka yang ada di sekelilingku, tetapi ada hal
istimewa yang Tuhan berikan padaku, dan aku yakin itu akan jadi berkat
bagi banyak orang, karena Tuhan yang menganugerahkannya. Aku beranjak
dari depan akuariumku. Jam di tanganku sudah menunjukkan waktu untuk
segera berangkat ke kantor. Semangatku menapaki hari-hari ke depan
kembali menyala. Kuucapkan syukur untuk semua pelajaran indah ini.

Terima kasih Tuhan! Terima kasih ikan sapu-sapu ku!
dari milis motivasi