Kamis, 31 Juli 2008

Mengirim Surat Kepada Tuhan

Mengirim Surat Kepada Tuhan
Oleh : Gede Prama

Menurut sebuah cerita yang tidak jelas asal usulnya, beberapa minggu sebelum Suharto lengser, ada seorang pegawai kantor post yang dipecat. Pasalnya, tukang stempel prangko ini berperilaku agak aneh. Setiap kali memberi stempel pada prangko yang bergambar presiden Suharto, dia pukul keras-keras sambil berteriak : 'rasain lu !'. Karena asal usul ceritanya tidak jelas, tentu saja saya tidak bisa mempertanggungjawabkannya.

Itu cerita dinamika kehidupan kantor post di republik ketoprak, dimana semua mau jadi pemimpin, dan tidak ada yang mau jadi bawahan orang lain.

Awal desember lalu, stasiun TV HBO memutar film yang bertutur tentang dinamika kehidupan di kantor post Los Angeles.

Di kantor post terakhir, hampir setiap hari, ada saja surat yang ditujukan kepada Tuhan. Untuk itu, dalam kelompok surat yang bermasalah, disediakan kotak yang berisi surat-surat dengan tujuan sama : Tuhan.

Karena tidak tahu mesti diapakan surat-surat buat Tuhan ini, dan di AS ada undang-undang ketat yang melarang membuka surat orang lain, maka menumpuklah surat-surat ini jauh melebihi kapasitas kotak yang disediakan.

Lebih-lebih menjelang thanksgiving day, surat yang ditujukan kepada Tuhan semakin membengkak jumlahnya. Tukang sortir suratpun dibuat pusing olehnya. Seorang tukang sortir surat bernama Tom, diracuni oleh teman-temannya agar berani membuka salah satu surat buat Tuhan. Dengan sembunyi-sembunyi, kaum 'makar' ini membuka satu surat. Eh, ternyata isinya sangat membuat hati mereka tersentuh. Seorang tua, yang isterinya telah lama meninggal, tidak memiliki siapa-siapa untuk diajak bicara, pesimis bisa menemukan teman hidup, menulis : 'Tuhan saya akan bunuh diri dengan menceburkan diri ke laut pada hari Minggu depan".

Tentu saja semua pembaca surat kalang kabut, dan seperti dihadapkan pada kewajiban untuk mencegah petaka kehidupan itu terjadi. Maka, bersiap-siaplah mereka membolos kantor untuk menyelamatkan sebuah nyawa.

Merasa ketagihan, kelompok makar ini sering membuka surat buat Tuhan. Salah satunya, surat seorang pengamen yang terompetnya dirampok orang. Alhasil, hidup pengamen ini terancam karena periuk nasinya dirampok. Salah seorang dari kelompok makar tadi, sangat tersentuh dengan nasib pengamen ini. Dia keluarkan sebagian tabungannya untuk membeli terompet baru dan bagus, dan dia kirim ke pengamen tadi.

Lama-lama, skandal perbuatan melawan hukum dalam bentuk membuka surat orang lain inipun ketahuan. Terutama karena ada banyak orang datang ke kantor post, mengirim surat buat Tuhan, dan mengharap datangnya kejaiban.

Singkat cerita, masuklah kasus ini ke meja pengadilan. Dan, si Tom tadilah terdakwanya. Anehnya, manusia biasa yang merekayasa keajaiban Tuhan inipun menemukan keajaiban. Semua pegawai post lengkap dengan armada postnya, turun berdemonstrasi di depan pengadilan, sampai-sampai memacetkan seluruh kota. Keputusan pengadilan, mudah ditebak, Tom bebas.

Anda boleh saja skeptis dengan cerita di atas, dengan menyebut : 'ah, film !'. Akan tetapi, spirit yang dihadirkan cerita film ini adalah spirit hidup mencintai orang lain.

Meminjam kerangkanya Shatki Gawain, penulis buku The Four Levels Of Healing, ada dua bentuk fundamental cinta : spiritual love dan human love.

Dalam klasifikasi cinta yang pertama, Anda terkait secara amat erat dengan spirit dan esensi hidup Anda, alam semesta serta kebersatuan dengan ciptaan Tuhan yang manapun. Jenis cinta ini, masih menurut Gawain, adalah unconditional love. Memberi tanpa mengharapkan hasil.

Klasifikasi cinta yang kedua meliputi kebutuhan-kebutuhan pribadi seperti kebutuhan fisik, emosi maupun mental. 'It's not unconditional love', tulis Gawain.

Kedua jenis cinta ini, sebenarnya saling terkait. Cinta spiritual akan sangat terganggu bila secara emosional Anda terganggu, tidak tahu bagaimana mencintai diri sendiri dan kehidupan, dan tidak tahu bagaimana hidup dengan our sense of truth. Jadi, titik berangkatnya, mulai dengan mencintai sang aku.

Di masa kecil, saya pernah mengalami gangguan di sisi keyakinan akan diri sendiri. Sejumlah rekan menyebut saya hidung besar, hidung kerbau, lobang hidung terbesar dan hinaan sejenis. Hampir sepanjang masa kecil saya, diwarnai oleh ketakutan melihat hidung sendiri. Sampai-sampai, pernah bercita-cita akan mengoperasi plastik hidung kalau punya uang kelak.

Dalam perjalanan menyembuhkan diri sendiri ini, belakangan saya bertemu seorang rekan pengusaha Chinese yang mengerti betul seluk beluk hoki. Sampai-sampai buku yang asli dari Cina sana ia perlihatkan ke saya. Ternyata, hidung yang tadinya menjadi sumber minder ini, katanya mengandung hoki yang amat besar. Dan, entah dari mana datangnya energi, saya tidak lagi menggendong rasa minder akibat hidung. Lebih dari itu, tubuh ini rasanya demikian ringan untuk diajak mencintai orang lain dan semesta.

Apa yang mau saya ceritakan melalui pengalaman kecil ini, dengan kesediaan untuk menerima sang aku, lengkap bersama kekurangan yang paling menjengkelkan sekalipun, saya dibekali energi besar untuk mengatakan I love you kepada anak, isteri dan juga komunitas semesta.

Sebagaimana langkah penyembuhan yang ditulis Shatki Gawain : 'Learn to accept and appreciate yourself, learn to love even your "unlovable" parts, and you will see that love just blossoms with in you and around you'.

Dan, Andapun tidak perlu mengirim surat kepada Tuhan

Etos kerja

Etos Kerja dalam Sepincuk Nasi Pecel

UNTUK apakah kita hidup?
Tanyakanlah ini kepada Mak Paenah yang tiap hari berjualan pecel di
depan Gedung DPRD Sumatera Utara (Sumut) di Medan. Dalam usianya yang-
menurut pengakuannya-86 tahun, Mak Paenah masih setia mendorong-
dorong kereta pecelnya demi mengumpulkan rupiah selembar demi
selembar dari Rp 1.500 per pincuk (piring dari daun pisang) pecel
jualannya itu.

Gerobaknya cukup berat dengan dua roda becak yang sering kempis
anginnya. Sebuah topi bambu lebar menemani tubuh ringkihnya menempuh
jarak sekitar lima kilometer dari rumah cucunya di kawasan Glugur ke
Gedung DPRD Sumut di Jalan Imam Bonjol melewati jalanan aspal yang
terik dan ramai.

Pernah suatu hari Mak Paenah tidak kunjung muncul pada jam makan
siang, dan baru datang berjualan saat matahari sudah sangat condong
ke barat.

"Aku diserempet mobil. Iki lho awakku babak bundas (lihat tubuhku
babak belur)," katanya dalam ujaran yang selalu tercampur dengan
bahasa Jawa kasar.

Setiap hari, biasanya sekitar pukul 11.00, ia sudah tiba menggelar
dagangannya. Dan, beberapa jam kemudian, ia pulang lagi dengan kereta
dorongnya yang sudah kosong dan segepok uang di dalam tas pinggang
yang terbuat dari kain batik lusuh.

Soal berapa banyak uang dalam tas pinggangnya itu, Mak Paenah sering
tidak tahu. Ia memang tidak peduli dapat uang berapa hari itu.
Bahkan, sering ada beberapa lembar ribuan tercecer di bawah kakinya,
yang lalu diambilkan orang lain. Yang ia tahu pasti, ia tidaklah
pernah rugi.

"Bathi kuwi ora usah okeh-okeh. Serakah jenenge... (kalau untung itu
jangan besar-besar. Serakah namanya...)," katanya pelan. Tidak
serakah ini pula yang membuat Mak Paenah cenderung royal dalam
memberi nasi pecel saat dagangannya hampir habis. Kata orang, kalau
beli di Mak Paenah, sebaiknya menjelang ia mau pulang. Pasti dapat
pecel lebih banyak.

Dengan keyakinan pasti tidak rugi itu pula, sering Mak Paenah
membelikan rokok untuk orang lain yang tampak memerlukannya. Andi
Lubis, fotografer harian Analisa, Medan, yang perokok berat, beberapa
kali diberi rokok oleh Mak Paenah kalau tampak sedang bengong dan
tidak merokok.

"Nyoh rokok. Kowe lagi ra duwe duwit tho? (Ini rokok. Kamu sedang
tidak punya uang kan?)" kata Mak Paenah tanpa basa-basi.

Bagi Mak Paenah, apa salahnya menyisihkan uang untuk menyenangkan
orang lain. Tidak jarang ia memberikan pecelnya secara gratis kalau
ada yang lapar, tapi tak punya uang.


***
JADI, untuk apa Mak Paenah berjualan pecel dalam usianya yang sudah
sangat senja itu? Di kota-kota besar, orang-orang yang jauh lebih
muda darinya sudah santai-santai di rumah menikmati uang pensiun
bersama cucu-cucu.

"Aku bekerja karena memang manusia itu harus bekerja. Aku sakit kalau
nganggur. Menganggur adalah bersahabat dengan setan. Kerja selalu ada
kalau kita mau mencarinya. Jangan mau menganggur, sampai kita mati,"
katanya seakan ahli filsafat.

Banyak yang meragukan apakah benar Mak Paenah benar telah berusia 86
tahun. Tapi, mendengar beberapa cerita yang sering diungkapkannya
sambil meracik pecel, apalagi mengamati wajahnya yang selalu teduh
itu, kita yakin bahwa setidaknya ia sudah berusia di atas 80 tahun.
Ia pernah bercerita bagaimana suaminya yang tentara terbunuh dalam
perang kemerdekaan, sementara saat itu anak sulungnya kira-kira
berusia belasan tahun.

Begitu suaminya meninggal, rasa tanggung jawab untuk menghidupi
ketiga anaknya memaksa Mak Paenah yang lahir dan besar di Blitar,
Jawa Timur, ini berjualan pecel. Baginya, tidak ada cerita untuk
meminta belas kasihan dari orang lain.

"Aku hanya bisa bikin pecel. Jadi, aku mencari makan dengan pecel
ini. Sudah puluhan tahun tanganku bikin sambel pecel. Sampai kapalan
mengulek... he-he-he...," kata Mak Paenah sambil memamerkan mulutnya
yang sudah ompong.

Mengapa tidak menikah lagi setelah menjanda waktu itu ?

"Sopo sing gelem karo rondo bakul pecel...lethek...he-he-he... (siapa
yang mau dengan janda penjual pecel yang lusuh dan bau)," katanya
terkekeh.

Tapi, setelah anak-anaknya bisa mandiri, untuk apa uangnya ?

"Keuntungan penjualan, tiap hari saya simpan di bawah bantal. Uang
itu saya pakai untuk menolong orang kalau ada yang membutuhkannya.
Siapa tahu, kan?" katanya dengan arif.

Mak Paenah menceritakan, ia pernah menolong tetangganya yang mendadak
membutuhkan uang. Tetangganya itu tidak menyangka ketika tiba-tiba
Mak Paenah yang hanya berjualan pecel itu mampu meminjaminya uang
dalam jumlah cukup besar, tanpa bunga pula.

Setiap pagi, Mak Paenah mengambil Rp 150.000 dari simpanannya untuk
berbelanja di Pasar Glugur. Pukul 04.00, ia sudah bangun dan pada
pukul 06.00 ia sudah mulai memasak bumbu-bumbu pecel dan juga
sayurannya.

"Bangun pagi membuat saya sehat. Tiap hari berbelanja dan menawar
juga membuat saya tidak pikun," paparnya. Dalam usianya itu, Mak
Paenah sering membuat kagum orang dengan kemampuannya menghitung
dengan cepat.

"Meja ini habis sembilan pincuk. Jadi, tiga belas ribu lima ratus,"
katanya suatu kali saat menagih kepada para wartawan yang makan.


***
PADA bulan Juni dan Juli 2002 , para wartawan Medan yang biasa
mangkal di depan Gedung DPRD kehilangan Mak Paenah. Dua bulan lebih
wanita tua itu menghilang. Banyak yang kuatir kalau-kalau Mak Paenah
sakit, atau bahkan sudah meninggal dunia. Dan, Mak Paenah baru muncul
lagi pada akhir Juli.

Ternyata, Mak Paenah pulang ke Blitar menengok sanak saudaranya.
Menurut dia, semua yang dikenalnya sudah meninggal.

"Uangku habis Rp 3,5 juta untuk beli oleh-oleh. Tapi, aku senang bisa
melihat Blitar lagi. Sudah sangat berubah. Aku sama sekali tidak bisa
mengenali tempat mana pun di sana," katanya dengan mata berbinar-
binar saat membicarakan kota yang ditinggalkannya pada awal tahun
1940-an ini.

Ketika diingatkan bahwa para wartawan kuatir dengan kepergiannya
selama dua bulan itu, Mak Paenah justru marah.

"Kamu yang muda-muda kok tidak punya perasaan. Kan, semua tahu di
mana rumahku. Kalau kuatir, ya mbok menengok ke rumah. Coba,
bagaimana kalau saya sakit betulan? Ya, kan? " kata Mak Paenah.

Namun, sejak awal Agustus ini, Mak Paenah menghilang kembali. Setelah
ditengok ke rumahnya, ternyata ia tidak kurang suatu apa.

"Aku pindah tempat jualan. Aku ngalah pada yang muda yang lebih perlu
uang,'' katanya yang kemudian menimbulkan tanda tanya.

Ternyata, Mak Paenah kini memilih berjualan di Lapangan Merdeka.
Menurut dia, di depan Gedung DPRD itu sudah muncul seorang saingan.
Seorang penjual pecel yang masih muda dilihatnya selalu berusaha
menyainginya dalam merebut hati pembeli.

"Aku tidak ingin bersaing. Rezeki sudah ada yang mengatur. Biarlah
aku yang sudah tua ini pindah," katanya tanpa emosi. (ARBAIN RAMBEY)
 
Sumber: KOMPAS - Jumat, 16 Agustus 2002 

Belajar mencinta

BELAJAR MENCINTA

1. Bagi orang yang ringan mulut, perlu belajar diam. Mulai dengan memperpendek kata-kata ketidakpuasan.

2. Bagi orang pendiam dan / atau sudah pandai mengendalikan lidah, belajarlah berdoa dengan diam-diam di hati, bila disakiti hatinya.

3. Jangan membiasakan diri marah terhadap Tuhan bila dikecewakan. Bila terhadap Tuhan pun biasa marah, apalagi terhadap sesama manusia.

4. Perlulah kita belajar marah, secukupnya. Marah yang pakai alasan dan pakai aturan atau ukuran.

5. Marah yang keterlaluan dan berkepanjangan, hanya menambah luka-luka di batin sendiri.

6. Terhadap orang yang tidak / belum dapat diperbaiki, hendaknya kita melatih diri untuk bersabar dan berbelaskasihan. Jangan malahan meningkatkan kemarahan dan kebencian.

7. Bila "dia" tidak / belum dapat berubah, aku sendirilah yang segera mulai mengubah diriku menjadi baik atau lebih baik. Maka terciptalah suatu awal keseimbangan.

8. Ada orang yang punya fasilitas sedikit tetapi sangat bersyukur. Jika dikecewakan, ia menganggap kekecewaan sebagai hal yang biasa saja, hal yang menimpa setiap orang, di waktu-waktu tertentu, bahkan ia bisa mengubah kekecewaan menjadi hikmah dan harapan : esok akan lebih baik !!

9. Ada pula orang-orang yang beruntung di dalam usaha-usahanya, akan tetapi masih selalu merasa kurang. Bahkan mengiri pada orang-orang lain yang dipandangnya lebih beruntung dan lebih mapan. Secara lahiriah mewah, tetapi di batin tumbuh luka-luka iri dan nafsu serakah yang tak terpuaskan. Ia, si kaya itu, berwajah muram, sepertinya berbedak hitam.

10. Di hidup ini ada orang-orang yang berkedudukan tidak tinggi dan berharta cukup-cukup saja. Tetapi ia puas dengan yang telah dicapainya dan pantang berambisi lebih. Ia puas dengan yang pas. Dia ini mirip pemain yang pas mendapat kartu-kartu yang hanya paspasan baik. Tetapi dia sangat pandai menjalankannya, sehingga selalu keluar sebagai pemenang !!

11. Kita menderita karena kita cinta kepada orang itu yang memang kesayangan kita.

12. Kita menderita karena orang kesayangan kita tertimpa malapetaka.

13. Kita menderita karena orang-orang yang sangat kita cintai menyakiti hati kita. Tetapi kita tetap mencintai mereka karena kita tak bisa berhenti mencintai mereka.

14. Bisa kita coba berhenti mencintai mereka, atau mengubah diri & hati untuk membenci mereka; akan tetapi hasilnya ialah : derita yang lebih parah bagi kita sendiri !!

15. Tetapi bertahan atau meneruskan mencintai mereka, juga merupakan derita. Akan tetapi menderita karena cinta merupakan pilihan lebih baik daripada menderita karena benci.

16. Aku mau menderita karena cinta; menderita dalam kesadaran & kebaikan hati; dalam penerimaan yang rela. Dalam doa-doa yang suci, manis & mengobati hati.

17. Ada seseorang yang sangat marah kepada sahabatnya dan berniat mau diam saja bila disapanya. Di saat dan tempat tak terduga, ia jumpa dan langsung disapa oleh sahabatnya yang dia benci. Akan tetapi ganti diam / marah, ia tersenyum dan memeluknya. Ketika tersadari lebih mendalam, ia menyesal !! "Selama ini saya telah salah sikap, ya, saya telah keterlaluan benci padanya !!"

18. Ada suatu daya dalam diri kita masing-masing yang sungguh agung. Daya yang lebih besar dari yang kita sadari dan mengerti.

19. Cinta yang dalam & berakar lama di batin terdalam, punya daya seperti mukjizat.

20. Ada daya lain pula yang sewaktu-waktu mendatangi kita. Daya cinta pemberian Tuhan !! Pun pula daya-daya doa kita & doa orang lain.

Pertapaan Rawaseneng

Perampok dalam diri kita.

Perampok Dalam Diri Kita
Oleh : Gede Prama

Satu hal yang tidak bisa dihindari oleh sejumlah konsultan, lebih-lebih yang
berinteraksi intensif dengan pemilik dan pimpinan puncak, adalah menjadi
saksi hidup dari ketidakdewasaan sejumlah orang kaya pemilik perusahaan.

Ada yang baru tidak punya jabatan kemudian bikin kacau di mana-mana. Ada
yang memanas-manasin pemegang saham dengan surat kaleng. Ada yang mabok
pujian kemudian buta dengan informasi yang sebenarnya. Ada yang tidak
sependapat dengan orang tuanya, kemudian menganulir keputusan, dan
menimbulkan ketakutan di setiap pojokan organisasi. Ada yang tidak
memiliki alat memimpin yang lain kecuali mengancam. Dan masih banyak lagi
variasi lainnya.

Yang jelas, catatan kerja yang ditandai oleh seringnya bertemu dengan
manusia-manusia seperti di atas, membuat saya amat bersukur. Sebab,
perjalanan hidup yang bermula dari tangga yang amat bawah, plus seluruh
penderitaannya, membuat saya tahu apa-apa yang tidak diketahui
rekan-rekan yang baru lahir sudah menjadi orang kaya.

Sebagian klien yang dekat dengan saya, dan berhasil saya buat menjadi lebih
dewasa, berfikir kalau saya memperoleh semua ini dari sekolah saya di INSEAD
Prancis, atau di Universitas Lancaster Inggris. Kalau boleh jujur, kearifan
dan kematangan hidup lebih banyak saya temukan secara otodidak di
Universitas Kesulitan. Sebuah sekolah yang amat saya banggakan. Dan
memiliki kontribusi jauh lebih tinggi dari Universitas manapun di dunia.

Sebenarnya, ingin sekali saya mengulas semua ini dalam sebuah buku khusus.
Atau dalam sebuah tulisan panjang yang spesial membahas soal kedewasaan.
Sayangnya, saya punya dua pembatas. Pertama, waktu sudah habis untuk jadi
eksekutif puncak perusahaan, pembicara publik dan penulis. Kedua, sedang
mengurangi diri membuat ide, konsep dan paradigma yang serba jelas namun
memerangkap.

Akan tetapi, dengan seluruh keterbatasan ini, izinkan saya bertutur secara
ringkas mengenai sebagian kecil saja dari seluruh aspek kedewasaan. Dalam
bahasa sederhana, tubuh kita sebenarnya kemana-mana sedang membawa dua jenis 'perampok'. Perampok pertama, ia berasal dari luar namun dibawa masuk ke
dalam tubuh oleh panca indera, khususnya mata dan telinga. Perampok ke dua
bersumber dari dalam, pembawanya adalah emosi, perasaan dan opini.

Mari kita mulai dengan perampok jenis pertama. Hati-hati dengan mata dan
telinga. Melalui mata kita memasukkan banyak sekali hal ke dalam tubuh. Yang
jelas, ada beberapa hal yang amat terpengaruh oleh pandangan mata.
Keinginan, cinta, nafsu, dengki, iri, kagum, suka, benci hanyalah sebagian
hal yang dipengaruhi oleh pandangan mata. Demikian juga dengan telinga. Ia membawa masuk dan mempengaruhi sama banyaknya unsur dalam tubuh kita.

Orang-orang dengan kedewasaan kurang, membiarkan dirinya didikte oleh mata
dan telinga. Apa saja yang dibawa masuk oleh mata dan telinga, dikonsumsi
mentah-mentah. Ini yang bisa menjelaskan, kenapa ada pengusaha yang mudah
sekali marah dan meledak di depan umum. Ini juga yang bisa menerangkan,
kenapa begitu ada berita buruk, orang langsung bereaksi secara
serabutan. Proses masuknya informasi dan stimuli dari luar, tidak melalui
proses pengolahan yang matang, namun langsung menjadi sikap dan keputusan.
Saya amat dan teramat sering menjadi penasehat dan konsultan dari
manusia-manusia jenis ini.

Jenis perampok kedua lain lagi. Emosi, perasaan dan opini sudah ada di dalam
diri kita sebagai modal untuk berespons. Apapun stimuli dan informasi yang
datang dari luar, akan diperkosa untuk masuk ke dalam kerangka emosi,
perasaan dan opini yang ada, untuk kemudian diproduksi menjadi sikap dan
keputusan. Sikap dan keputusan menjadi banyak gelapnya, jika kerangka
terakhir juga gelap. Manusia-manusia yang sejak kecil sudah dibentuk jadi
orang penuh curiga, mudah meledak, tersinggung, senang dipuji, dan
sejenisnya mudah sekali dirampok oleh emosi, perasaan dan opini.

Manusia-manusia yang self management-nya kurang tertata, membiarkan saja
kedua perampok di atas hidup semena-mena di dalam tubuh.

Ada yang dibuat menjadi manusia frustrasi. Ada yang dibohongi seumur hidup.
Ada yang dibiarkan menjadi manusia kanak-kanak selamanya. Ada yang baru
sadar setelah ada dalam kebangkrutan atau masuk penjara. Ada yang terkejut
dengan perubahan lingkungan, begitu keadaan berubah. Dan masih banyak lagi
spesies lainnya.

Anda tentu bertanya, siapa yang bisa menghalangi kesewenang-wenangan dua
perampok di atas? Pengalaman saya bertutur, yang bisa menghalangi dan
mengelolanya hanya kejernihan fikiran.

Ibarat melihat bayangan bulan di air. Kita tentu saja tidak bisa menemukan
bulan dengan mengaduk-aduk airnya. Ketenangan dan kejernihan adalah syarat
utama bagi utuhnya bayangan bulan.

Bedanya, jika ketenangan air hanya butuh kesabaran untuk menunggu saja,
ketenangan tubuh memerlukan latihan yang lama dan panjang. Saya 'dilatih'
oleh banyak sekali kesulitan hidup. Ditabrak, diinjak, dibuat hampir mati
oleh banyak ketidaktahuan. Berperang amat lama dengan sejumlah hawa nafsu.
Dan proses peperangan terakhir akan terjadi sepanjang manusia masih
bernafas. Belum sempurna memang. Namun, begitu kejernihan fikiran berada
jauh di atas hawa nafsu, sukses mudah dan senang sekali datang berkunjung.

Nah, bila ada orang yang mampu meletakkan kejernihan fikirannya, di atas
semua unsur tubuh, perampok manapun akan berubah menjadi sahabat. Dari
sinilah kedewasaan akan tumbuh dan berkembang secara meyakinkan.

Selasa, 22 Juli 2008

BANGAU dan KURA-KURA

BANGAU dan KURA-KURA
Iman Adalah Mematuhi Bukan Mempertanyakan

Sebuah desa yang dulunya subur dan makmur saat ini sedang dilanda kemarau
yang panjang, sehingga banyak tanaman dan pohon yang mati kekeringan. Dan,
disana hiduplah burung bangau dan kura-kura. Mereka bersahabat.

Dibandingkan dengan bangau, kondisi kura-kura lebih buruk, ia mulai lemah
karena kelaparan dan susah mencari air. Bangau sangat kasihan melihat
sahabatnya itu, maka ia mengajak kura-kura untuk mengembara mencari tempat
yang lebih baik.
"Kura-kura maukah engkau kuajak mencari air dan makanan di tempat lain ?",
ajak sang bangau.
"Oh, sahabatku yang baik, aku senang sekali engkau mau menolongku", jawab
kura-kura.
"Baiklah, engkau dapat bergelantungan kepadaku dengan cara menggigit kayu
yang akan ku pegang. Tetapi ingat, selama dalam perjalanan engkau tidak
boleh menanyakan sesuatu kepadaku sebelum sampai di tempat tujuan", saran
sang bangau.

Kemudian, mulailah mereka terbang melintasi tempat-tempat yang selama ini
belum pernah dilihat oleh kura-kura dari angkasa.

Ketika kura-kura melihat sebuah danau yang jernih dan indah, ia ingin sekali
mengajak bangau menuju ke sana, dan kura-kura pun lupa pada pesan sang
bangau bahwa selama dalam perjalanan ia tidak boleh berkata-kata. Ketika ia
akan bertanya, terbukalah mulutnya, sehingga gigitannya lepas dan kura-kura
itu terjatuh menimpa batu hingga akhirnya tewas.

Sering kali saat kita menghadapi persoalan hidup, kita bertanya kepada Tuhan
kenapa hal ini harus terjadi dalam hidup kita ?
Sering pula terjadi, saat kita merasa sudah ikut Tuhan dan setia menjalankan
firmanNya, tapi persoalan hidup kita tetap ada atau bahkan lebih banyak dari
waktu sebelum bertobat, yang akhirnya membuat kita menjadi kecewa dan
menjauh dari Tuhan.

Cerita diatas mengajarkan kepada kita untuk memiliki iman yang mematuhi
bukan mempertanyakan. Tuhan maha tahu apa yang terbaik buat hidup kita,
persoalan hidup yang Tuhan izinkan terjadi dalam hidup kita adalah padang
gurun yang harus kita lewati untuk menuju ke tanah perjanjian yang telah
disediakanNya buat kita yang tentunya adalah YANG TERBAIK buat kita.

Di dalam menghadapi persoalan hidup, Tuhan mau kita tetap taat kepadaNya,
tidak mempertanyakan kenapa, mengapa dan bagaimana, tetapi hadapi dengan
iman yang mematuhi dan percaya bahwa yang terbaiklah yang disediakanNya.

Sering pula kita berpikir apa yang kita lihat itu yang terbaik, padahal
belum tentu itu yang terbaik, percaya saja Tuhan lebih tahu yang mana yang
terbaik buat kita.

Seperti kura-kura, kita tidak akan mampu jika harus berjalan sendiri untuk
mencari keselamatan dalam hidup kita, kita butuh "BANGAU" yang menuntun
kita.

GBU all.

Jam

Alkisah, seorang pembuat jam tangan berkata kepada jam yang sedang
dibuatnya. "Hai jam, apakah kamu sanggup untuk berdetak paling tidak
31,104,000 kali selama setahun?"

"Ha?," kata jam terperanjat, "Mana sanggup saya?"

"Bagaimana kalau 86,400 kali dalam sehari?"

"Delapan puluh enam ribu empat ratus kali? Dengan jarum yang ramping-ramping
seperti ini?" jawab jam penuh keraguan.

"Bagaimana kalau 3,600 kali dalam satu jam?"

"Dalam satu jam harus berdetak 3,600 kali? Banyak sekali itu" tetap saja jam
ragu-ragu dengan kemampuan dirinya.

Tukang jam itu dengan penuh kesabaran kemudian bicara kepada si jam. "Kalau
begitu, sanggupkah kamu berdetak satu kali setiap detik?"

"Naaaa, kalau begitu, aku sanggup!" kata jam dengan penuh antusias.

Maka, setelah selesai dibuat, jam itu berdetak satu kali setiap detik. Tanpa
terasa, detik demi detik terus berlalu dan jam itu sungguh luar biasa karena
ternyata selama satu tahun penuh dia telah berdetak tanpa henti. Dan itu
berarti ia telah berdetak sebanyak 31,104,000 kali.

Renungan :
Ada kalanya kita ragu-ragu dengan segala tugas pekerjaan yang begitu terasa
berat. Namun sebenarnya kalau kita sudah menjalankannya, kita ternyata
mampu. Bahkan yang semula kita
anggap impossible untuk dilakukan sekalipun.

Jangan berkata "tidak" sebelum Anda pernah mencobanya.

Jumat, 18 Juli 2008

SIKAP MENGHADAPI KEHILANGAN

SIAKAP MENGHADAPI KEHILANGAN

Alkisah, seorang lelaki keluar dari pekarangan rumahnya, berjalan tak tentu
arah dengan rasa putus asa. Sudah cukup lama ia menganggur. Kondisi
finansial keluarganya morat-marit. Sementara para tetangganya sibuk memenuhi
rumah dengan barang-barang mewah, ia masih bergelut memikirkan cara memenuhi
kebutuhan pokok keluarganya sandang dan pangan.

Anak-anaknya sudah lama tak dibelikan pakaian, istrinya sering marah-marah
karena tak dapat membeli barang-barang rumah tangga yang layak. Laki-laki
itu sudah tak tahan dengan kondisi ini, dan ia tidak yakin bahwa
perjalanannya kali inipun akan membawa keberuntungan, yakni mendapatkan
pekerjaan.

Ketika laki-laki itu tengah menyusuri jalanan sepi, tiba-tiba kakinya
terantuk sesuatu. Karena merasa penasaran ia membungkuk dan mengambilnya.

"Uh, hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok-penyok," gerutunya kecewa.
Meskipun begitu ia membawa koin itu ke sebuah bank."Sebaiknya koin in Bapak
bawa saja ke kolektor uang kuno," kata teller itu memberi saran. Lelaki
itupun mengikuti anjuran si teller, membawa koinnya ke kolektor. Beruntung
sekali, si kolektor menghargai koin itu senilai 30 dollar.

Begitu senangnya, lelaki tersebut mulai memikirkan apa yang akan dia lakukan
dengan rejeki nomplok ini. Ketika melewati sebuah toko perkakas, dilihatnya
beberapa lembar kayu sedang diobral. Dia bisa membuatkan beberapa rak untuk
istrinya karena istrinya pernah berkata mereka tak punya tempat untuk
menyimpan jambangan dan toples.

Setelah ia membeli lembaran kayu seharga 30 dollar, dia memanggul kayu
tersebut dan beranjak pulang. Di tengah perjalanan dia melewati bengkel
seorang pembuat mebel. Mata pemilik bengkel sudah terlatih melihat kayu yang
dipanggul lelaki itu. Kayunya indah, warnanya bagus, dan mutunya terkenal.
Kebetulan pada waktu itu ada pesanan mebel. Dia menawarkan uang sejumlah 100
dollar kepada lelaki itu. Terlihat ragu-ragu di mata laki-laki itu, namun
pengrajin itu meyakinkannya dan dapat menawarkannya mebel yang sudah jadi
agar dipilih lelaki itu.

Kebetulan di sana ada lemari yang pasti disukai istrinya. Dia menukar kayu
tersebut dan meminjam sebuah gerobak untuk membawa lemari itu. Dia pun
segera membawanya pulang. Di tengah perjalanan dia melewati perumahan baru.
Seorang wanita yang sedang mendekorasi rumah barunya melongok keluar jendela
dan melihat lelaki itu mendorong gerobak berisi lemari yang indah. Si wanita
terpikat dan menawar dengan harga 200 dollar. Ketika lelaki itu nampak
ragu-ragu, si wanita menaikkan tawarannya menjadi 250 dollar. Lelaki itupun
setuju. Kemudian mengembalikan gerobak ke pengrajin dan beranjak pulang.

Di pintu desa dia berhenti sejenak dan ingin memastikan uang yang ia terima.
Ia merogoh sakunya dan menghitung lembaran bernilai 250 dollar. Pada saat
itu seorang perampok keluar dari semak-semak,mengacungkan belati, merampas
uang itu, lalu kabur.Istri si lelaki kebetulan melihat dan berlari mendekati
suaminya seraya berkata, "Apa yang terjadi? Engkau baik-baik saja kan? Apa
yang diambil oleh perampok tadi?
Lelaki itu mengangkat bahunya dan berkata, "Oh, bukan apa-apa. Hanya sebuah
koin penyok yang kutemukan tadi pagi".

Memang, ada beragam cara menyikapi kehilangan. Semoga kita termasuk orang
yang bijak menghadapi kehilangan dan sadar bahwa sukses hanyalah TITIPAN
Allah. Benar kata orang bijak, manusia tak memiliki apa-apa kecuali
pengalaman hidup. Bila kita sadar kita tak pernah memiliki apapun, kenapa
harus tenggelam dalam kepedihan yang berlebihan ?**

" Kemenangan Hidup bukan berhasil mendapat banyak, tetapi ada pada kemampuan
menikmati apa yang didapat tanpa menguasai.

Best Regards,

Jungky Junanto

Kalau Aku Besar Nanti

KALAU AKU BESAR NANTI

Tuhan, kalau aku besar nanti apakah Engkau ingin aku menjadi cantik?
Tentu anakKu, Aku ingin kau menjadi sangat cantik
Matamu memancarkan keramahan
Parasmu pancarkan ketulusan
Bibirmu diwarnai kejujuran
Rambutmu berhiaskan kerendahan hati
Gaunmu adalah sukacita

Tuhan, kalau aku besar nanti apakah Engkau ingin aku jadi pintar?
Tentu anakKu, Aku ingin kau menjadi sangat pintar
Pintar berbuat kebaikan
Pintar membedakan mana yang benar dan mana yang tidak
Pintar mengatur waktumu
Pintar kembangkan bakatmu
Sehingga kau berbuah lebat bagi Tuhanmu

Tuhan, kalau aku besar nanti apakah Engkau ingin aku menjadi kaya?
Tentu anakKu, Aku ingin kau menjadi sangat kaya
Kaya dalam kebajikan
Kaya dalam kemurahan
Kaya dalam belas kasihan
Kaya dalam kasih

Tuhan, kalau aku besar nanti apakah Engkau tetap bersamaku?
Tentu anakKu, Aku takkan pernah meninggalkanmu.
Mengapa begitu, Tuhan?
Karena engkau berharga di mata-Ku dan Aku menyayangi engkau!

Terima kasih Tuhan !

Rabu, 16 Juli 2008

ADA LAZARUS DISINI

ADA LAZARUS DISINI

Ada seorang yang kaya, berkuasa dan sukses. Namun dengan segala hartanya
itu, dia tak pernah puas atau bahagia, bahkan yang dia alami setiap saat
adalah kesedihan, kecemasan dan kekhawatiran. Suatu saat Tuhan
memperkenankan dia berjumpa dengan seorang bijaksana. Setelah mereka
berbicara, orang ini membawa dia ke depan jendela dan menyuruh dia mamandang
lewat kaca dan jendela itu. Kemudian dia bertanya kepadanya, "Apakah yang
engkau lihat ?"
"Aku melihat orang-orang dan beberapa anak-anak kecil," sahutnya.
"Baik," lanjut orang bijak sambil membawanya ke satu tempat lagi dimana dia
disuruh berdiri di depan kaca cermin.
"Nah sekarang katakanlah apa yang kau lihat."
Dengan agak kesal dia menjawab, "Ya jelaslah aku melihat diriku!"
"Menarik bukan ? Jendela dan cermin itu sama-sama dibuat dari kaca. Tetapi
bagian belakang dari kaca cermin itu ditutupi
dengan perak. Dan karena warna perak itulah kau tidak melihat lagi
orang-orang lain....kau melihat hanya dirimu sendiri!"

Memang jika manusia menutupi diri dengan "perak" - kekayaan dan harta
duniawi - dia tak akan pernah puas atau bahagia.
Yang ada hanya kesedihan, kecemasan dan kekhawatiran sebab kamu akan
berhenti memikirkan orang lain dan hanya melihat
diri sendiri! Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain
halus, dan setiap hari ia bersuka ria dalam kemewahan. Bahwa dia orang kaya,
berkuasa dan sukses bukanlah masalah, melainkan bahwa gaya hidupnya itu
telah memisahkannya dari sesama. Dia sendiri tidak sadar akan kehadiran
Lazarus. Dia sama sekali tidak sadar bahwa Lazarus membutuhkan bantuannya!
Kekayaannya itu mengaburkan penglihatannya sehingga ia terlupa akan
kemiskinan dan
penderitaan di sekitarnya!

Tidak mudah untuk menemukan keseimbangan dan melibatkan diri dengan masalah
atau kesulitan orang lain. Sejauh manakah
kita bisa dan harus melibatkan diri ? Bolehkah kita cuek saja ? Tuhan tidak
memberi jawaban-jawaban yang mudah. Tapi Dia memberikan kepada kita suatu
cerita tentang seorang kaya dan seorang miskin. Dan di dalam perumpamaan
itu, saat si orang kaya menganggap si orang miskin tak ada, ia kehilangan
nyawanya! Sadarkah kita akan kehadiran Lazarus di sekitar ? Mungkinkah kita
juga kehilangan nyawa kita.

Diambil dari buku Tuhan beserta Kita

Prioritas Hidup

Prioritas hidup.

Seorang ibu duduk disamping seorang pria dibangku dekat Taman-Main CJ di
West Coast Park pada suatu minggu pagi
yang indah cerah. "Tuh.., itu putraku yang disitu", katanya, sambil menunjuk
kearah seorang anak kecil dengan T-shirt merah yang sedang meluncur turun
dipelorotan.

"Wah, tampan sekali bocah itu", kata bapak itu. "Yang sedang main ayunan di
bandulan pakai T-shirt biru itulah anakku", sambungnya. Lalu, sambil melihat
arloji, ia memanggil putranya : "Ayo Jack, gimana kalau kita sekarang pulang
?" Jawab Jack, memohon, "Kalau lima menit lagi, boleh yahhh, sebentar lagi,
ayah, boleh kan ? Cuma tambah lima menit kok, yaaa...?" Pria itu mengangguk
dan Jack meneruskan main ayunan memuaskan hatinya.

Menit menit berlalu, sang ayah berdiri, memanggil anaknya lagi : "Ayo, ayo,
sudah waktunya berangkat ?"
Lagi-lagi Jack memohon : "Ayah, lima menit lagilah. Cuma lima menit saja, ya
?".
Pria itu bersenyum dan bilang : "OK lah.."

"Wah, bapak pasti seorang ayah yang sabar," ibu itu menanggapinya. Pria itu
tersenyum, lalu berkata : "Putraku yang lebih tua, John, tahun lalu terbunuh
selagi bersepeda dekat-dekat sini. Oleh sopir mabuk. Aku tak pernah
memberikan cukup waktu untuk bersama John, sekarang apapun ingin kuberikan
demi dan asal saja saya bisa bersamanya biarpun hanya untuk lima menit lagi.
Aku bernazar tidak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi terhadap Jack.
Ia pikir ia dapat lima menit ekstra tambahan untuk berayun. Padahal,
sebenarnya, sayalah yang memperoleh tambahan lima menit memandangi dia
bermain."

Hidup ini bukanlah suatu lomba. Hidup ialah hal membuat prioritas. Prioritas
apa yang anda miliki saat ini ?
Berikanlah pada seseorang yang kau kasihi, lima menit saja dari waktumu, dan
engkau pastilah tidak akan menyesal
selamanya.

Sumber : unknown

Selasa, 15 Juli 2008

Mengalir seperti air

Rekans Alumni Pika ytk,
Adakalanya seseorang merasakan kehidupannya hampa, kosong, apa yang
dicita-citakan tidak kunjung tercapai. Hari-hari hidupnya hanya rutinitas,
bangun pagi, mandi, sarapan, berangkat kerja, pulang, mandi, makan malam,
nonton TV, tidur. Pada saat seperti itu terasa betapa sia-sianya hidup.
Menurut Guru dalam artikel di bawah, pada saat seperti itu orang tersebut
sudah mengidap penyakit "Alergi Hidup".
Apa obatnya ? Silahkan baca sendiri !

--------------------

Mengalir seperti air

Seorang pria mendatangi seorang Guru. Katanya, "Guru, saya sudah bosan
hidup. Benar-benar jenuh. Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau.
Apapun yang saya lakukan selalu gagal. Saya ingin mati."

Sang Guru tersenyum : "Oh, kamu sakit".

"Tidak Guru, saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan. Itu
sebabnya saya ingin mati".

Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya, sang Guru meneruskan : "Kamu
sakit. Dan penyakitmu itu bernama "Alergi Hidup". Ya, kamu alergi terhadap
kehidupan. Banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan.
Kemudian, tanpa disadari kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan
norma kehidupan. Hidup ini berjalan terus. Sungai kehidupan ini mengalir
terus, tetapi kita menginginkan keadaan status-quo. Kita berhenti di tempat,
kita tidak ikut mengalir. Itu sebabnya kita jatuh sakit. Kita mengundang
penyakit. Penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan membuat kita
sakit. Usaha pasti ada pasang-surutnya. Dalam berumah-tangga, pertengkaran
kecil itu memang wajar. Persahabatan pun tidak selalu langgeng. Apa sih yang
abadi dalam hidup ini ? Kita tidak menyadari sifat kehidupan. Kita ingin
mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa dan menderita".

"Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu benar-benar bertekad ingin
sembuh dan bersedia mengikuti petunjukku", kata sang Guru.

"Tidak Guru, tidak. Saya sudah betul-betul jenuh. Tidak, saya tidak ingin
hidup lebih lama lagi", pria itu menolak tawaran sang Guru.

"Jadi kamu tidak ingin sembuh. Kamu betul-betul ingin mati ?", tanya Guru

"Ya, memang saya sudah bosan hidup", jawab pria itu lagi.

"Baiklah. Kalau begitu besok sore kamu akan mati. Ambillah botol obat ini.
Malam nanti, minumlah separuh isi botol ini. Sedangkan separuh sisanya kau
minum besok sore jam enam. Maka esok jam delapan malam kau akan mati dengan
tenang"

Kini, giliran pria itu menjadi bingung. Sebelumnya, semua Guru yang ia
datangi selalu berupaya untuk memberikan semangat hidup. Namun, Guru yang
satu ini aneh. Alih-alih memberi semangat hidup, malah menawarkan racun.
Tetapi, karena ia memang sudah betul-betul jenuh, ia menerimanya dengan
senang hati.

Setibanya di rumah, ia langsung menghabiskan setengah botol racun yang
disebut "obat" oleh sang Guru tadi. Lalu, ia merasakan ketenangan yang tidak
pernah ia rasakan sebelumnya. Begitu rileks, begitu santai ! Tinggal satu
malam dan satu hari ia akan mati. Ia akan terbebaskan dari segala macam
masalah.

Malam itu, ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarga di restoran
Jepang. Sesuatu yang tidak pernah ia lakukan selama beberapa tahun terakhir.
Ini adalah malam terakhirnya. Ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sambil
makan, ia bersenda gurau. Suasananya amat harmonis. Sebelum tidur, ia
mencium istrinya dan berbisik : "Sayang, aku mencintaimu". Sekali lagi,
karena malam itu adalah malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan
manis.

Esoknya, sehabis bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar.
Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya. Dan ia tergoda untuk melakukan jalan
pagi. Setengah jam kemudian ia kembali ke rumah, ia menemukan istrinya masih
tertidur. Tanpa membangunkannya, ia masuk dapur dan membuat dua cangkir
kopi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk istrinya. Karena pagi itu adalah
pagi terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Sang istripun merasa
aneh sekali dan berkata : "Sayang, apa yang terjadi hari ini ? Selama ini,
mungkin aku salah. Maafkan aku sayang".

Di kantor, ia menyapa setiap orang, bersalaman dengan setiap orang. Stafnya
pun bingung : "Hari ini, Bos kita kok aneh ya ?" Dan sikap mereka pun
langsung berubah. Mereka pun menjadi lembut. Karena siang itu adalah siang
terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Tiba-tiba, segala sesuatu di
sekitarnya berubah. Ia menjadi ramah dan lebih toleran, bahkan menghargai
terhadap pendapat-pendapat yang berbeda. Tiba-tiba hidup menjadi indah. Ia
mulai menikmatinya.

Pulang ke rumah jam 5 sore, ia menemukan istri tercinta menungguinya di
beranda depan. Kali ini justru sang istri yang memberikan ciuman kepadanya
sambil berkata : "Sayang, sekali lagi aku minta maaf, kalau selama ini aku
selalu merepotkan kamu". Anak-anak pun tidak ingin ketinggalan : "Ayah,
maafkan kami semua. Selama ini, ayah selalu tertekan karena perilaku kami".

Tiba-tiba, sungai kehidupannya mengalir kembali. Tiba-tiba, hidup menjadi
sangat indah. Ia mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana
dengan setengah botol yang sudah ia minum, sore sebelumnya ?

Ia mendatangi sang Guru lagi. Melihat wajah pria itu, rupanya sang Guru
langsung mengetahui apa yang telah terjadi dan berkata : "Buang saja botol
itu. Isinya air biasa. Kau sudah sembuh. Apabila kau hidup dalam kekinian,
apabila kau hidup dengan kesadaran bahwa maut dapat menjemputmu kapan saja,
maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan. Leburkan egomu,
keangkuhanmu, kesombonganmu. Jadilah lembut, selembut air. Dan mengalirlah
bersama sungai kehidupan. Kau tidak akan jenuh, tidak akan bosan. Kau akan
merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah kunci kebahagiaan. Itulah
jalan menuju ketenangan".

Pria itu mengucapkan terima kasih dan menyalami Sang Guru, lalu pulang ke
rumah, untuk mengulangi pengalaman malam sebelumnya. Konon, ia masih
mengalir terus. Ia tidak pernah lupa hidup dalam kekinian. Itulah sebabnya,
ia selalu bahagia, selalu tenang, selalu HIDUP !

------------------------

Apa komentar anda ?

Salam,
PDS

Senin, 14 Juli 2008

Senarai Perang untuk Bahan Hafalan Pelajaran Sejarah

Senarai Perang untuk Bahan Hafalan Pelajaran Sejarah
Taufiq Ismail

1.

Ada peta dunia berteriak kepada kita minta dibaca
''Telusurilah halaman-halamanku, renangilah waktu
Langkahi dua abad dan apa yang kau lihat?''

Kemudian kita bergegas meluncur di atas halaman peta
Rangkaian adegan orang kulit merah, bangsa kulit hitam,
Kawasan Mexico, Hawaii, Filipina dan Cuba
Kemudian Vietnam, Nicaragua, Israil dan sekitarnya
Setiba di sekitar Eufrat-Tigris badai debu mengotori peta
Di negeri Seribu Satu Malam ini
Terdengar gemuruh Seribu Satu Peluru Kendali

2

Kembali kita meluncur di atas halaman peta yang tua
Nampak bekas bercak darah berwarna sepia di atasnya
Gunung dan sungainya di benua Amerika belahan utara
Di sepanjang halamannya
Kawanan Indian menunggang kuda berlarian
Orang kulit putih menembaki dan mereka berjatuhan
Orang kulit hitam dianiaya massa bergelimpangan
Mereka ngilu menyanyikan lagu blues penuh kesedihan

Lihatlah separuh Mexico ditaklukkan
Hawaii dan Filipina jadi jajahan
Ratusan ribu penduduk Filipina sasaran pembunuhan
Jenderal Aguinaldo yang memproklamirkan kemerdekaan
Tak diberi pengakuan dan bangsanya tetap jadi jajahan
Spanyol dibayar 20 juta dollar sebagai imbalan
Inilah ironi sejarah yang mengherankan
Merdeka dari Inggeris dengan perjuangan tidak ringan
Tapi ternyata rasis dan imperialis juga belakangan

[Fidel Castro (BBC Online)] Adalah Cuba, pulau sebesar
telapak tangan
Jarak dari ujung Florida sepelemparan bola tangan
Diengkuk-engkuk dan ditekuk-tekuk tidak mempan
Ditunjuk-ajari pelajaran demokrasi tidak sudi
Dicekik leher ekonominya masih bernafas saja
Dicoba bunuh presidennya tak mati-mati juga
Lihatlah Fidel Castro itu kini
Tetap saja tampan dan tegak, di senja umurnya ini

3

Kini kita menyeberang samudera tiba di Vietnam Utara
Ketika Presiden Lyndon Johnson marah-marah suatu hari
Di Teluk Tonkin kapal perusaknya diganggu patroli
Diperintahkannya pemboman pertama di Vietnam Utara
Agustus bulannya, 1964 tahunnya

''The Rolling Thunder'', ''Guruh Gemuruh''
Itulah nama serangan udara
Yang berlangsung 3 tahun lamanya
Bom bagai badai berhamburan hampir setiap hari
Bom yang dijatuhkan selama tiga tahun itu
Dua kali lipat lebih banyak ketimbang
Bom yang dijatuhkan
Di seluruh front Perang Dunia I dan II

Bom yang 7 juta ton itu
Menyebabkan kematian 3 juta manusia Vietnam
Bayangkanlah 3 juta manusia direnggutkan nyawanya
Tiga juta

[Pemboman di Saigon, 1965 (History Search Beat)]
Bisakah orang Vietnam menjatuhkan bom
Sebutir saja di Amerika?

Bukan saja Vietnam Utara, tapi Vietnam Selatan
Juga dihujani badai bom itu
Di negeri itu kawah-kawah menganga
Bertebaran di mana-mana

Pada Vietnam, mengapa kita lupa
Padahal selama 11 tahun perang itu,
Berita pemboman dan pembunuhan
Setiap hari masuk di harian dan televisi kita

Vietnam jadi laboratorium uji coba macam-macam senjata
Bom napalm, bom Agent Orange, bom Agent Blue yang
Mengunyah daging manusia, mengunyah pepohonan,
Mengunyah dedaunan dan mengunyah hewan-hewan
Di tanah seluas pulau Jawa

Di negeri itu ratusan kawah-kawah menganga
Sawah-sawah musnah, pabrik-pabrik hancur
3 juta orang mati dalam masa 11 tahun itu

[Pemboman di sebuah Sungai, Vietnam Selatan (History
Search Beat)]
Bisakah orang Vietnam menjatuhkan bom
Sebutir saja di Amerika?

Pada Vietnam mengapa kita lupa
Alangkah lemah ingatan kita

Sesudah Lyndon Johnson, Presiden Nixon marah
Baru 3 bulan jadi Presiden
Diperintahkannya menghujani Kamboja dengan bom
Kemudian 200 pesawat B-52 dikirimnya menghabisi
Haiphong dan Hanoi,

Bisakah orang Vietnam menjatuhkan bom
Sebutir saja di Amerika?

Presiden Amerika adalah presiden dunia
Yang paling sering memberi perintah
Menjatuhkan bom, dan semuanya di luar Amerika

Sesudah 11 tahun 179 milyar dollar dihabiskan
Atau 82 juta dollar sehari dibelanjakan
Sesudah 2 juta penduduk sipil Vietnam mati
1 juta tentara Vietnam mati,
60.000 serdadu Amerika mati,
Saigon dikepung ketat dan mereka terbirit-birit lari

[Uncle Sam (JayGee 6)] Amerika, negara adikuasa dan
kaya luarbiasa
Bertekuk lutut dikalahkan Vietnam Utara
Negara kecil, miskin dan compang-camping
Dan tidak sekali pun, tidak satu kilogram pun
Menjatuhkan bom di kota Amerika
Sehingga penduduk sipil, kehilangan nyawa

4

Tidak kapok-kapoknya Angkel Sam
Campur tangan orang punya urusan
Tahun 1980-an, yaitu di Nicaragua
Di peta, negara itu sebesar daun telinga
Di Amerika Tengah, 200.000 bermatian
Negeri kecil yang digiling dilumatkan
Mereka ke Mahkamah Dunia mengadukan
Angkel Sam didenda repatriasi dan Nicaragua
dimenangkan
Tapi si Adidaya ini mengabaikan keputusan
Ke Nicaragua balik lagi melakukan penyerangan
Dan ketika si Daun Telinga mengadukan
Ke Dewan Keamanan
Angkel Sam menjatuhkan veto sendirian

5

Kemudian tengoklah Israil luar biasa dimanja Amerika

Menindas rakyat, membunuhi perempuan
Menyapu anak-anak intifadah
Tidak apa-apa

Mengusir rakyat Palestina ke kemah-kemah di gurun
Membuldozer permukiman
Tidak apa-apa

Melanggar puluhan resolusi Dewan Keamanan
Dicerca dikutuk masyarakat dunia
Tidak apa-apa

Membuat senjata nuklir
Mengancamkan hulu nuklir
Tidak apa-apa

Israil luar biasa dimanja Amerika
Rakyat pembayar pajak Angkel Sam
Tak berdaya mau saja dipaksa
Membiayai subsidi anak manja Israil ini

Kami yang jauh ini jadi bertanya-tanya
Israil ini negara bagian Amerika Serikat
Atau Amerika Serikat provinsi Israil
Perdana Menteri Israil ini gubernur negara bagian AS
Atau Presiden Amerika gubernur provinsi Israil?
Pertanyaan ini pisau bermata dua
Amat sulit menjawabnya
Dan sangat mudah menjawabnya.

6

Pengembaraan peta kita tiba di sekitar Eufrat-Tigris
Ketika badai debu mengotori peta
Di negeri Seribu Satu Malam ini
Terdengar gemuruh Seribu Satu Peluru Kendali

Inilah kisah yang sangat menjemukan
Karena pengulangan lagi peragaan otot kekuasaan
Bersambung dengan beribu peluru kendali berlayangan
Dan 3000 bom berjatuhan
Malam ini berselimut kegelapan dan kengerian
Berulang sejarah campur tangan, intervensi 1000 alasan
Sejak zaman kulit merah Indian, kulit hitam Afrika,
Hawaii, Filipina, Cuba, Vietnam,
Nicaragua, Amerika Tengah, Palestina
Memaksakan kehendak, mau menang sendiri
Rasis dan imperialis sejati
Sehingga cendekiawan Noam Chomsky
Tak dapat menahan hati
Inilah katanya tentang negerinya sendiri:
''United States, leading terrorist state.''

Aku terkesima membaca tulisannya itu
Padahal aku suka manusianya, Amerika itu
Keluarga Werrbach yang 47 tahun lalu
Mengangkatku jadi anak mereka
Di rumah 977 East Circle Drive
Di desa Whitefish Bay
Di bulan puasa Heino menyediakan sahur untukku
Aku terkenang Tim Hubbard teman sekolahku
Yang menghubungkan aku
Ke ladang mixed farming di tepi Danau Michigan
Sehingga aku ingin jadi pengusaha ladang campuran
Seraya menulis puisi
Sehingga aku belajar kedokteran hewan dan peternakan
Aku cinta manusianya, Amerika itu
Petani, penjaga pompa bensin, oma di rumah jompo,
pemusik jazz, penyair, sopir taksi Chicago, guruku,
Tapi aku tidak suka politik pemerintah pusatnya
Dengan enam helai puisiku ini aku menentang perangnya
Kini tengah aku menulis puisi ini di Utan Kayu
Tepat tengah malam di Basrah, Najaf dan Baghdad,
Terkenang aku pada makam Sayidina Ali,
sufi Abdul Qadir Jailani,
Terkenang aku pada Tardji yang memanjat patung Abu
Nawas di Baghdad, dan kupotret dia
Teringat aku pada Gus Mus yang menerjemah untuk kami
5 penyair Indonesia di festival puisi Iraq tahun itu
Mungkin hotel tempat kami menginap sudah hancur
Mungkin fail puisi kami sudah punah dan musnah
Mungkin rekan kami penyair Iraq ada yang mati sudah
Malam ini bom dan peluru kendali
Ganas dan cerdas, berdesing-desing
Berselimut kegelapan dan kengerian
Ratusan ribu anak-anak dan orangtua mereka
Orang kebanyakan pemegang kartu penduduk biasa
Menunggu diusung dengan tandu
Pada hari keesokan
Ke ruang gawat darurat atau ke kuburan.

Jum'at, 28 Maret 2003.

Minggu, 13 Juli 2008

Kita semua adalah tempayan retak

Kita semua adalah tempayan retak

Seorang tukang air di India memiliki dua tempayan besar; masing-masing
bergantung pada kedua ujung sebuah pikulan yang dibawa menyilang pada
bahunya. Satu dari tempayan itu retak, sedangkan tempayan yang satunya lagi
tidak. Jika tempayan yang tidak retak itu selalu dapat membawa air penuh
setelah perjalanan panjang dari mata air ke rumah majikannya, tempayan retak
itu hanya dapat membawa air setengah penuh. Selama dua tahun, hal ini
terjadi setiap hari.

Si tukang air hanya dapat membawa satu setengah tempayan air ke rumah
majikannya. Tentu saja si tempayan yang tidak retak merasa bangga akan
prestasinya, karena dapat menunaikan tugasnya dengan sempurna. Namun si
tempayan retak yang malang itu merasa malu sekali akan ketidaksempurnaannya
dan merasa sedih sebab ia hanya dapat memberikan setengah dari porsi yang
seharusnya dapat diberikannya.

Setelah dua tahun tertekan oleh kegagalan pahit ini, tempayan retak itu
berkata kepada si tukang air : "Saya sungguh malu pada diri saya sendiri,
dan saya ingin mohon maaf padamu".
"Kenapa ?" tanya si tukang air, "Kenapa kamu merasa malu?"

"Saya hanya mampu, selama dua tahun ini, membawa setengah porsi air dari
yang seharusnya dapat saya bawa. Retakan pada sisi saya telah membuat air
yang saya bawa bocor sepanjang jalan menuju rumah majikan kita. Karena
cacadku itu, saya telah membuatmu rugi," kata tempayan itu.

Si tukang air merasa kasihan pada si tempayan retak, dan dalam belas
kasihannya, ia berkata, "Jika kita kembali ke rumah majikan besok, aku ingin
kamu memperhatikan bunga-bunga indah di sepanjang jalan."

Benar, ketika mereka naik ke bukit, si tempayan retak memperhatikan dan baru
menyadari bahwa ada bunga-bunga indah di sepanjang sisi jalan, dan itu
membuatnya sedikit terhibur. Namun pada akhir perjalanan, ia kembali sedih
karena separuh air yang dibawanya telah bocor, dan kembali tempayan retak
itu meminta maaf pada si tukang air atas kegagalannya.

Si tukang air berkata kepada tempayan itu, "Apakah kamu memperhatikan adanya
bunga-bunga di sepanjang jalan di sisimu tapi tidak ada bunga di sepanjang
jalan di sisi tempayan yang lain yang tidak retak itu ? Itu karena aku
selalu menyadari akan cacadmu dan aku memanfaatkannya. Aku telah menanam
benih-benih bunga di sepanjang jalan di sisimu, dan setiap hari jika kita
berjalan pulang dari mata air, kamu mengairi benih-benih itu. Selama dua
tahun ini aku telah dapat memetik bunga-bunga indah itu untuk menghias meja
majikan kita. Tanpa kamu sebagaimana kamu adanya, majikan kita tak akan
dapat menghias rumahnya seindah sekarang".

Setiap dari kita memiliki cacad dan kekurangan kita sendiri. Kita semua
adalah tempayan retak. Namun jika kita mau, Tuhan akan menggunakan
kekurangan kita untuk menghias meja-Nya. Di mata Tuhan yang bijaksana, tak
ada yang terbuang percuma. Jangan takut akan kekuranganmu. Kenalilah
kelemahanmu dan kamu pun dapat menjadi sarana keindahan Tuhan.

Sumber : Satumed.

Temukan cinta anda

Rekans Alumni Pika ytk,
Kalau saya membaca artikel di bawah ini, saya teringat tahun-tahun sekitar
80 an. Pada waktu itu lulusan PIKA masih sedikit sehingga menjadi rebutan.
Karena seringnya berpindah tempat kerja, waktu itu beberapa rekan mendapat
sebutan "kutu loncat".

Sebetulnya apa sih yang mendorong seseorang betah pada pekerjaannya ? Apakah
hanya uang ?

Artikel di bawah ini menarik untuk direnungkan.

------------------------------

TEMUKAN CINTA ANDA

Bila anda tak mencintai pekerjaan anda, maka cintailah orang-orang yang
bekerja di sana. Rasakan kegembiraan dari pertemanan itu. Dan, pekerjaan pun
jadi menggembirakan.

Bila anda tak bisa mencintai rekan-rekan kerja anda, maka cintailah suasana
dan gedung kantor anda. Ini mendorong anda untuk bergairah berangkat kerja
dan melakukan tugas-tugas dengan lebih baik lagi.

Bila toh anda juga tidak bisa melakukannya, cintai setiap pengalaman pulang
pergi dari dan ke tempat kerja anda. Perjalanan yang menyenangkan menjadikan
tujuan tampak menyenangkan juga.

Namun, bila anda tak menemukan kesenangan di sana, maka cintai apa pun yang
bisa anda cintai di tempat kerja anda : tanaman penghias meja, cicak di atas
dinding, atau gumpalan awan di balik jendela. Apa saja !

Bila anda tak menemukan yang bisa anda cintai dari pekerjaan anda, maka
mengapa anda ada di situ ? Tak ada alasan bagi anda untuk tetap bertahan.
Cepat pergi dan carilah apa yang anda cintai, lalu bekerjalah di sana.

Hidup hanya sekali. Tak ada yang lebih indah selain melakukan dengan rasa
cinta yang tulus.

--------------------

Apa komentar anda ?

Salam kompak,
PDS

Kamis, 10 Juli 2008

Racun Penyembuh

Racun Penyembuh

Seorang gadis bernama Lili menikah dan tinggal bersama suami dan ibu mertua.
Dalam waktu singkat, Lili menyadari bahwa ia tidak dapat cocok dengan ibu
mertuanya dalam segala hal. Kepribadian mereka berbeda, dan Lili sangat
marah dengan banyak kebiasaan ibu mertua. Lili juga dikritik terus-menerus.
Hari demi hari, minggu demi minggu, Lili dan ibu mertua tidak pernah
berhenti konflik dan bertengkar. Keadaan jadi tambah buruk, karena
berdasarkan tradisi Cina, Lili harus taat kepada setiap permintaan sang
mertua.

Semua keributan dan pertengkaran di rumah itu mengakibatkan suami yang
miskin itu ada dalam stress yang besar. Akhirnya, Lili tidak tahan lagi
dengan temperamen buruk dan dominasi ibu mertuanya, dan dia memutuskan untuk
melakukan sesuatu.

Lili pergi menemui teman baik ayahnya, Mr Huang, yang menjual jamu. Lili
menceritakan apa yang dialaminya dan meminta kalau-kalau Mr Huang dapat
memberinya sejumlah racun supaya semua kesulitannya selesai.

Mr Huang berpikir sejenak dan tersenyum dan akhirnya berkata, Lili, saya
akan menolong, tapi kamu harus mendengarkan dan melakukan semua yang saya
minta.

Lili menjawab, "Baik, saya akan melakukan apa saja yang anda minta." Mr
Huang masuk kedalam ruangan dan kembali beberapa menit kemudian dengan
sekantong jamu.

Dia memberitahu Lili, "Kamu tidak boleh menggunakan racun yang bereaksi
cepat untuk menyingkirkan ibu mertuamu, karena nanti orang-orang akan
curiga. Karena itu saya memberimu sejumlah jamu yang secara perlahan akan
meracuni tubuh ibu mertuamu. Setiap hari masakkan daging babi atau ayam
kesukaannya dan kemudian campurkan sedikit jamu ini. Nah, untuk memastikan
bahwa tidak ada orang yang mencurigaimu pada waktu ia meninggal, kamu harus
berhati-hati dan bertindak dangan sangat baik dan bersahabat. Jangan
berdebat dengannya, taati dia, dan perlakukan dia seperti seorang ratu".
Lili sangat senang. Dia kembali ke rumah dan memulat rencana pembunuhan
terhadap ibu mertua.

Minggu demi minggu berlalu, dan berbulanbulan berlalu, dan setiap hari, Lili
melayani ibu mertua dengan masakan yang dibuat secara khusus. Lili ingat apa
yang dikatakan Mr Huang tentang menghindari kecurigaan, jadi Lili
mengendalikan emosinya, mentaati ibu mertua, memperlakukan ibu mertuanya
seperti ibu-nya sendiri dengan sangat baik dan bersahabat.

Setelah eman bulan, seluruh rumah berubah. Lili telah belajar mengendalikan
emosinya begitu rupa sehingga hampir-hampir ia tidak pernah meledak dalam
amarah atau kekecewaan. Dia tidak berdebat sekalipun dengan ibu mertua-nya,
yang sekarang kelihatan jauh lebih baik dan mudah ditemani.

Sikap ibu mertua terhadap Lili berubah. Dia mulai menyayangi Lili seperti
anaknya sendiri. Dia terus memberitahu teman-teman dan kenalannya bahwa Lili
adalah menantu terbaik yang pernah ditemuinya. Lili dan ibu mertuanya
sekarang berlaku sepertu ibu dan anak sungguhan. Suami Lili sangat senang
melihat apa yang telah terjadi.

Satu hari, Lili datang menemui Mr. Huang dan minta pertolongan lagi. Dia
berkata, "Mr Huang, tolonglah saya untuk mencegah racun itu membunuh ibu
mertua saya. Dia telah berubah menjadi wanita yang sangat baik dan saya
mengasihinya seperti ibu saya sendiri. Saya tidak ingin dia mati karena
racun yang saya berikan".

Mr. Huang tersenyum dan mengangkat kepalanya. "Lili, tidak usah khawatir.
Saya tidak pernah memberimu racun. Jamu yang saya berikan dulu adalah
vitamin untuk meningkatkan kesehatannya. Satu-satunya racun yang pernah ada
ialah didalam pikiran dan sikapmu terhadapnya, tapi semua sudah lenyap oleh
kasih yang engkau berikan padanya".

Renungan :
Teman, pernahkah engkau menyadari bahwa sebagaimana perlakukanmu terhadap
orang lain akan sama dengan apa yang akan mereka lakukan terhadap kita ?
Pepatah China berkata : Orang yang mengasihi orang lain akan dikasihi.


Sumber : Unknown

Berpikir Sederhana

Berpikir Sederhana

Terpetik sebuah kisah, seorang pemburu berangkat ke hutan dengan membawa
busur dan tombak. Dalam hatinya dia berkhayal mau membawa hasil buruan yang
paling besar, yaitu seekor rusa. Cara berburunya pun tidak pakai anjing
pelacak atau jaring penyerat, tetapi menunggu di balik sebatang pohon yang
memang sering dilalui oleh binatang-binatang buruan. Tidak lama ia menunggu,
seekor kelelawar besar kesiangan terbang hinggap di atas pohon kecil tepat
di depan si pemburu. Dengan ayunan parang atau pukulan gangang tombaknya,
kelelawar itu pasti bisa diperolehnya. Tetapi si pemburu berpikir : "Untuk
apa merepotkan diri dengan seekor kelelawar ? Apakah artinya dia dibanding
dengan seekor rusa besar yang saya incar ?"

Tidak lama berselang, seekor kancil lewat. Kancil itu sempat berhenti di
depannya bahkan menjilat-jilat ujung tombaknya tetapi ia berpikir, "Ah,
hanya seekor kancil, nanti malah tidak ada yang makan, sia-sia". Agak lama
pemburu menunggu. Tiba-tiba terdengar langkah-langkah kaki binatang
mendekat, pemburupun mulai siaga penuh, tetapi ternyata, ah... kijang. Ia
pun membiarkannya berlalu. Lama sudah ia menunggu, tetapi tidak ada rusa
yang lewat, sehingga ia tertidur. Baru setelah hari sudah sore, rusa yang
ditunggu lewat. Rusa itu sempat berhenti di depan pemburu, tetapi ia sedang
tertidur. Ketika rusa itu hampir menginjaknya, ia kaget. Spontan ia
berteriak, "Rusa !!!" sehingga rusanya pun kaget dan lari terbirit-birit
sebelum sang pemburu menombaknya. Alhasil ia pulang tanpa membawa apa-apa.

Renungan :
Banyak orang yang mempunyai idealisme terlalu besar untuk memperoleh sesuatu
yang diinginkannya. Ia berpikir yang tinggi-tinggi dan bicaranya pun
terkadang sulit dipahami. Tawaran dan kesempatan-kesempatan kecil dilewati
begitu saja, tanpa pernah berpikir bahwa mungkin di dalamnya ia memperoleh
sesuatu yang berharga. Tidak jarang orang-orang seperti itu menelan pil
pahit karena akhirnya tidak mendapatkan apa-apa. Demikian juga dengan
seseorang yang mencari pasangan hidup. Kalau dia mengharapkan seorang
gadis cantik atau perjaka tampan yang baik, pintar dan sempurna lahir dan
batin, harus puas dengan tidak menemukan siapa-siapa.

Berpikir sederhana, bukan berarti tanpa pertimbangan logika yang sehat. Kita
tentunya perlu mempunyai harapan dan idelaisme supaya tidak asal tabrak.
Tetapi hendaknya kita ingat bahwa seringkali Tuhan mengajar umat-Nya dengan
perkara-perkara kecil terlebih dahulu sebelum mempercayakan perkara besar
dan lagi pula tidak ada sesuatu di dunia yang perfect, yang memenuhi semua
idealisme kita. Berpikirlah sederhana.

Sumber : Unknown.

Kamis, 03 Juli 2008

Sang tunanetra yang luarbiasa

SANG TUNANETRA YANG LUAR BIASA
Action & Wisdom Motivation Training

Hidup adalah pembelajaran tanpa henti. Setiap hari, setiap saat, dan setiap
waktu, jika kita telaah lebih jauh, selalu menjadi momen pembelajaran. Baik
itu berupa halangan, rintangan, tantangan, atau berbagai kejadian apa pun
yang kita temui. Jika bisa disikapi dengan cara yang bijak, maka selalu ada
sisi positif yang bisa kita ambil sebagai bagian proses belajar.
Maka, tak salah, jika orang mengatakan bahwa pengalaman adalah guru terbaik.
Namun, semua itu harus dikembalikan kepada individu yang menjalaninya. Jika
tak ada proses evaluasi dan tindakan perbaikan, pembelajaran yang didapatkan
pun tak akan maksimal. Hadirnya pengalaman, baru akan bernilai jika kita
bisa memaknainya dengan sudut pandang dan mindset positif.

Seperti yang saya jumpai saat saya memberikan seminar di Asian Agri Medan
pada tanggal 8 Januari 2008, dengan tema "If Better is Possible, Good is Not
Enough". Ketika acara, saya mendapat "pelajaran" yang sangat berharga.
Sebagaimana setiap kali seminar, ada banyak orang yang antusias mengikuti
seminar. Kemudian, banyak pula yang lantas ingin berfoto dan meminta tanda
tangan. Namun, ada satu hal yang luar biasa saat itu. Salah satu orang yang
sangat antusias tersebut ternyata adalah seorang penyandang tunanetra.

Yang menjadikannya luar biasa, orang yang bernama Roswidi itu, adalah
tekadnya. Meski punya keterbatasan fisik, hal tersebut tidak menjadi
halangan baginya untuk berkarya. Hebatnya, dengan kekurangan itu, ia
ternyata adalah sosok yang berada di balik suksesnya acara seminar. Pria
yang mengaku sebagai pendengar setia acara saya, Smart Motivation di radio
Smart FM setiap Senin ini, adalah event organizer acara yang khusus
menangani sound system acara. Dengan keterbatasan itu, Roswidi membuktikan
pada semua orang, bahwa ia tak beda dengan orang kebanyakan.

Bicaranya yang terdengar semangat, menunjukkan betapa keterbatasan yang
dimilikinya, sama sekali bukan halangan untuk sukses. Bahkan, ia mengaku
sudah menjalani usaha sound system itu selama lima tahunan. Sebelumnya, ia
juga pernah menjadi pemain keyboard di berbagai acara. Selain itu, ia
ternyata juga menjadi pengusaha onderdil sepeda. Roswidi benar-benar
menunjukkan kepada saya dan semua orang yang hadir saat itu, bahwa sukses
memang hak siapa saja, "Success is my right!" Ia adalah contoh nyata orang
yang bisa "melihat" dengan tekad dan hati, bahwa halangan dan tantangan,
sebenarnya hanyalah bagian dari proses pembelajaran diri.

Jika menengok keadaan kita, hal ini tentu adalah sebuah hal yang sangat luar
biasa. Semangat dan daya juang Roswidi patut dicontoh. Apalagi, bagi kita
yang dikaruniai tubuh lengkap dan tak kurang suatu apa pun. Seharusnya, dari
contoh kisah Roswidi ini, bisa menumbuhkan semangat dalam diri.

Sungguh, perjalanan saya kali ini ke kota Medan memberi pengalaman yang luar
biasa. Apalagi, Roswidi sempat berkata, "Kita dapat melakukan apa pun, meski
tanpa kedua mata. Sebab, kita masih punya kaki, tangan, otak, dan pikiran
yang bisa kita maksimalkan." Sebuah kalimat sederhana, namun mengandung arti
yang sangat luar biasa. Roswidi membuktikan, bahwa dengan tindakan nyata, ia
pun bisa berkarya layaknya manusia seutuhnya.

Untuk itu, seperti komitmen saya untuk menjadikan tahun ini sebagai tahun
Think and Action 2008, kisah Roswidi ini seharusnya mampu memacu kita untuk
berpikir dan bertindak maksimal. Jika orang yang kurang secara fisik saja
(maaf: buta) mampu, bagaimana dengan kita yang sehat?

Maka, mari kita jadikan semua cobaan dan tantangan, bukan sebagai halangan.
Namun, justru jadi batu loncatan menuju kesuksesan. Dengan think and action,
kita buktikan diri mampu menjemput semua impian.

Salam sukses Luar Biasa!!!
Andrie Wongso